Konsep perkembangan mengandung arti adanya
perubahan-perubahan yang progresif yang terjadi sebagai hasil kematangan dan
pengalaman. Perubahan itu menyangkut seluruh yang ada pada manusia dan
perubahan ini merupakan suatu proses yang kompleks yang mengintegrasikan
seluruh struktur tersebut. Artinya perubahan ini menyangkut struktur fisik dan
neurologik, tingkah laku dan sifat-sifat (traits) yang berjalan secara teratur
dan terus menerus. Dikatakan progresif, oleh karena pada 20 tahun pertama
kehidupan, perubahan-perubahan itu biasanya menghasilkan cara-cara bereaksi
yang lebih baik/maju, yaitu dalam bentuk tingkah laku yang lebih sehat, lebih
terorganisasi, lebih kompleks, stabil dan efisien.
Pendapat umum mengatakan bahwa tingkah laku pada
tingkatan yang lebih lanjut dianggap lebih matang dibanding dengan tingkatan
sebelumnya, dan masa dewasa dianggap memiliki taraf kematangan yang paling
tinggi. Oleh karena itu, kematangan fungsi-fungsi dan struktur-struktur pada
masa dewasa dianggap sebagai tujuan ideal dari perkembangan.
Dalam perkembangan tersebut terdapat hukum-hukum yang
merupakan kecenderungan-kecenderungan umum dalam pertumbuhan dan perkembangan
individu, yaitu:
A. Hukum Cephalocoudal
Hukum
ini menyangkut pertumbuhan fisik yang dimulai dari kepala ke arah kaki. Bagian-bagian
pada kepala tumbuh lebih dahulu daripada bagian-bagian lain. Hal ini sudah
terlihat pada pertumbuhan pranatal, yaitu pada janin. Seorang bayi yang baru
dilahirkan mempunyai bagian-bagian dan alat-alat pada kepala yang lebih
“matang” daripada bagian-bagian lain. Bayi bisa menggunakan mulut dan matanya
lebih cepat daripada anggota badan lainnya. Baik pada masa perkembangan pranatal,
neonatal maupun anak-anak, proporsi bagian kepala dengan rangka batang tubuhnya
mula-mula kecil dan makin lama perbandingan ini makin besar.
B. Hukum Proximodistal
Hukum
ini menyangkut pertumbuhan fisik yang berpusat pada sumbu (seperti jantung,
hati, dan alat-alat pencernaan) dan mengarah ke tepi (seperti tangan dan kaki).
Artinya, alat-alat tubuh yang berada di pusat lebih dahulu berfungsi daripada
anggota tubuh yang berada di tepi. Hal ini dikarenakan alat-alat tubuh yang
berada di pusat itu lebih vital daripada anggota tubuh yang ada di tepi seperti
tangan dan kaki. Kelainan yang terjadi pada jantung dan ginjal bisa berakibat
fatal bagi anak, akan tetapi kelainan yang terjadi pada anggota gerak masih
dapat membuat anak melangsungkan kehidupannya.
Ditinjau
dari sudut biologis, anatomis dan ilmu faal masih banyak lagi ketentuan yang
berhubungan dengan pertumbuhan, stuktur dan fungsi serta kefaalan anggota
tubuh. Misalnya dalam hal kematangan, anggota-angota tubuh akan tumbuh,
berkembang dan berfungsi yang tidak sama antara satu dengan lainnya.Contohnya
terlihat kepada kelenjar-kelenjar kelamin, yang baru mulai berfungsi (matang)
ketika anak memasuki masa remaja. Pada saat ini terjadi perubahan besar pada
bentuk tubuh, yang bahkan juga mempengaruhi perubahan pada kehidupan psikisnya.
Contoh lain misalnya pertumbuhan indera penglihatan atau mata lebih cepat
daripada pertumbuhan otot-otot tangan dan kaki.
C. Perkembangan
Terjadi dari Umum ke Khusus
Hukum ini
menyatakan bahwa pada setiap aspek terjadi proses perkembangan yang dimulai
dari hal-hal yang umum, kemudian secara sedikit demi sedikit meningkat ke
hal-hal yang khusus . Terjadi proses diferensiasi seperti dikemukakan oleh
Werner (1957) sebagai berikut; “perkembangan sejalan dengan prinsip
orthogenetis, bahwa perkembangan berlangsung dari keadaan global dan kurang
berdiferensiasi sampai ke keadaan di mana diferensiasi itu diartikan sebagai
prinsip totalitas pada diri anak; bahwa dari penghayatan totalitas itu lambat
laun bagian-bagiannya menjadi semakin nyata dan bertambah jelas dalam kerangka
keseluruhan.”
Sejak bayi
dilahirkan, ia telah mempunyai “gambaran total atau gambaran lengkap” tentang
dunia ini, hanya saja gambaran tersebut masih kabur dan samar-samar. Terbawa
oleh perkembangannya, gambaran total yang samar-samar tadi berangsur-angsur
menjadi terang dan bagian-bagiannya bertambah nyata, jelas dan strukturnya
semakin lengkap. Timbullah kemudian kompleks dan unsure-unsur, umpamanya unsur
gerak, jarak, struktur, warna dan lain-lain. Namun semuanya merupakan bagian
dari satu totalitas atau keseluruhan dan mengandung sifat-sifat totalitas
tersebut. Dalam hubungannya dengan konsep perkembangan orthogenetic yang
dikemukakan oleh Werner ini, maka perubahan kearah terorganisasi dan
terintegrasinnya suatu aspek menunjukan adanya kontinuitas. Perubahan-perubahan
yang terjadi berlangsung terus pada tahapan-tahapan perkembangan berikutnya
dengan cara-cara yang sama. Apa yang ada perkembangan sebelumnya diteruskan
pada tahapan-tahapan perkembangan berikutnya dengan cara-cara yang sama. Apa
yang ada pada perkembangan berikutnya, sedangkan perubahan kearah diferensiasi
yaitu timbulnya karekteristik baru yang berasal dari sesuatu yang sebelumnya
masih global disebut diskontinuitas.
Pada anak prasekolah dan taman kanak-kanak tampak adanya diskontinuitas, sedang pada kolompok umur yang lebih tinggi sampai dengan mahasiswa menunjukan kontinuitas.
Pada anak prasekolah dan taman kanak-kanak tampak adanya diskontinuitas, sedang pada kolompok umur yang lebih tinggi sampai dengan mahasiswa menunjukan kontinuitas.
Misalnya: Reaksi
takut; bayi pertama kali akan bereaksi takut terhadap objek/orang asing
dengan reaksi umum. Kemudian pada usia-usia selanjutnya reaksi takut ini akan
lebih khas/spesifik yang akan ditandai dengan bentuk-bentuk tingkah laku
tertentu antara lain: lari, menangis, bersembunyi dan lain sebagainya.
D.
Perkembangan Berlangsung dalam Tahapan-Tahapan Perkembangan
Dalam perkembangan terjadi penahapan yang terbagi-bagi
ke dalam masa-masa perkembangan. Pada setiap masa perkembangan terdapat ciri-ciri
perkembangan yang berbeda antara ciri-ciri yang ada pada suatu masa
perkembangan lain. Sebenarnya ciri-ciri yang ada masa perkembangan terdahulu
dapat diperlihatkan pada masa-masa perkembangan berikutnya. Hanya dalam hal ini
terjadi dominasi pad ciri-ciri yang baru. Jadi bila seseorang suatu tahap dalam
perkembanganya, maka mungkin saja ia masih memperlihatkan cirri-ciri yang
sebenarnya merupakan cirri-ciri perkembngan masa perkembanganya yang terdahulu
hanya saja apa yang diperlihatkan itu dalam “jumlah” yang kecil. Justru apabila
ciri-ciri pada masa-masa perkembangan sebelumnya banyak diperlihatkan dalam
perkembangan baru berarti ia belum meningkat ke tahap perkembangan berikutnya.
Ada aspek-aspek tertentu yang tidak berkembang dan
tidak meningkat lagi, yang hal ini disebut fiksasi.
Aspek intelek pada anak-anak tertentu yang memang secara konstitusional terbatas,
pada suatu saat akan relatif berhenti, tidak bisa atau sulit berkembang dan
dikembangkan. Masalah penahapan (periodisasi) perkembangan ini biasanya juga
merupakan masalah yang banyak dipersoalkan oleh para ahli; pendapat mereka
mengenalkan dasar-dasar penahapan itu serta panjang masing-masing tahap juga
bermacam-macam, yang pada umumnya lebih bersifat teknis daripada konsepsional.
Contoh penahapan dalam perkembangan manusia itu antara
lain meliputi: masa pra-lahir, masa jabang bayi ( 0-2 minggu), masa bayi (1
minggu-1 tahun). Masa ank pra-sekolah (1-5 tahun) masa sekolah (1 tahun-12
tahun), masa remaja (13-21 tahun), masa dewasa (21-65 tahun) masa tua (65 tahun
keatas).
E. Hukum
Tempo dan Ritme Perkembangan
Tahapan perkembangan berlangsung secara berurutan,
terus menerus dan dalam tempo perkembangan yang relatif tetap serta bisa
berlaku umum. Justru perbedaan-perbedaan waktu, yaitu cepat-lambatnya sesuatu
penahapan perkembangan terjadi, atau masa perkembangan dijalan menampilkan
adanya perbedaan-perbedaan individu. Semakin lambat masa-masa perkembangan
dibandingkan dengan norma-norma umum yang berlaku semakin menunjukan adanya
tanda-tanda gangguan atau hambatan dalam perkembangan. Adanya hubungan-hubungan
antara satu asfek dengan asfek lain yang saling mempengaruhi, menunjukan
bilamana satu aspek mengalami kelambatan, maka pada asfek-asfek lain juga akan
terjadi hal yang samaa; sebaliknya kalau tidak maka ada faktor-faktor khusus
yang mempengaruhi perkembangan itu. Karena itu setiap gejala baru dapat
dijelaskan berdasarkan perkembangan sebelumnya.
Dalam praktik sering terlihat dua hal sebagai petunjuk
keterlambatan pada keseluruhan perkembangan mental, yakni:
1) Jika perkembangan kemampuan fisiknya untuk berjalan
jauh tertinggal dari patokan umum, tanpa ada sebab khusus pada fungsionalitas
fisiknya yang terganggu.
2) Jika perkembangan kemampuan berbicara sangat terlambat dibandingkan dengan anak-anak lain pada masa perkembangan yang sama. Seorang anak yang pada umur 4 tahun misalnya mengalami kesulitan dalam berbicara, mengemukakan sesuatu dan terbatas perbendaharaan kata, mudah diramalkan anak itu akan mengalami kelambatan pada seluruh aspek perkembangan.
2) Jika perkembangan kemampuan berbicara sangat terlambat dibandingkan dengan anak-anak lain pada masa perkembangan yang sama. Seorang anak yang pada umur 4 tahun misalnya mengalami kesulitan dalam berbicara, mengemukakan sesuatu dan terbatas perbendaharaan kata, mudah diramalkan anak itu akan mengalami kelambatan pada seluruh aspek perkembangan.
Cepat-lambatnya sesuatu masa perkembangan dilalui dan
seluruh perkembangan dicapai, selain berbeda antara perkembangan filogenetik dan
ontogenetik, juga menunjukan perbedaan secara perorangan, meskipun tingkat
perbedaannya tidak terlalu besar. Cepat-lambatnya suatu masa perkembangan
dilalui, menjadi ciri yang menetap sepanjang hidupnya, bilamana tidak ada
hal-hal yang bisa mempengaruhi proses perkembangan menjadi lambat dan
terlambat.
Ritme atau irama perkembangan akan semakin jelas tampak pada saat kematangan fungsi-fungsi. Pada saat itu terlihat adanya selingan diantara cepat dan lambatnya perkembangan, yang kurang lebih tetap/konstan sifatnya. Inilah yang disebut sebagai irama perkembangan.
Setiap perkembangan tidak berlangsung secara melompat-lompat, akan tetapi menurunkan suatu pola tertentu dengan tempo dan iramatertentu pula, yang ditentukan oleh kekuatan-kekuatan dari dalam diri anak. Tidak banyak yang bisa dilakukan oleh ses yang bereorang pendidik untuk mengubah, mempercepat atau memperlambat tempo dan irama perarkembangan tersebut.
Ritme atau irama perkembangan akan semakin jelas tampak pada saat kematangan fungsi-fungsi. Pada saat itu terlihat adanya selingan diantara cepat dan lambatnya perkembangan, yang kurang lebih tetap/konstan sifatnya. Inilah yang disebut sebagai irama perkembangan.
Setiap perkembangan tidak berlangsung secara melompat-lompat, akan tetapi menurunkan suatu pola tertentu dengan tempo dan iramatertentu pula, yang ditentukan oleh kekuatan-kekuatan dari dalam diri anak. Tidak banyak yang bisa dilakukan oleh ses yang bereorang pendidik untuk mengubah, mempercepat atau memperlambat tempo dan irama perarkembangan tersebut.
Sumber:
Sunarto,H, dan Agung,Hartono. 2008. Perkembangan Peserta Didik. Jakarta : Rineka Cipta.
No comments:
Post a Comment