Terjatuh itu menyakitkan.
Apalagi jika kau jatuh dari langit.
Memangnya kau malaikat?
Iya, aku malaikat.
Namaku Luhan.
Sehun’s Angel
La la la la la la…
Entah sudah keberapa kali Sehun mendendangkan lagu yang sama. Tak satupun yang berani menghentikannya walaupun suaranya sanggup memecahkan gendang telinga yang mendengarnya. Kris, Tao, dan Chanyeol hanya bisa berpura-pura menikmati suara yang sangat tidak bagus itu.
Demi dewa di langit, kapan dia akan berhenti bernyanyi?
Kris, Tao, dan Chanyeol saling berpandangan sambil berkode-kode yang hanya mereka yang tahu artinya.
Intinya, mereka mengendap-ngendap meninggalkan Sehun sendiri yang serius bernyanyi dengan penghayatan yang luar biasa.
“Ya. Bagaimana kalau nanti dia bunuh diri atau semacamnya?” tanya Tao mulai khawatir.
“Ah, tidak mungkin. Dia terlalu takut untuk mati.” Jawab Chanyeol.
“That’s right. Mau sampai kapan kita mendengarkan suaranya? Suara tikus saja mungkin lebih bagus darinya.” Tambah Kris.
“Yup. Lagipula ini bukan pertama kalinya kan’. Dia selalu seperti itu kalau diputuskan kekasihnya. Tinggalkan saja dia. Besok dia pasti akan kembali seperti sedia kala.”
Chanyeol pun menarik teman-temannya itu masuk ke dalam mobil, meninggalkan Sehun yang masih bernyanyi ria di dalam ruang karaoke.
Sehun berhenti bernyanyi menyadari dirinya tinggal seorang diri di ruangan yang cukup besar itu.
Ia pun berteriak histeris.
“Huhuhu… Bahkan teman-temanku pun meninggalkanku. Untuk apa aku ada di dunia ini?!”
Sehun melemparkan mic di tangannya hingga mengenai layar di hadapannya yang seketika membuat suara musik terhenti.
“Oh tidak. Jangan katakan kalau aku baru saja merusaknya.” Sehun cemas bukan kepalang.
Tanpa pikir panjang, ia pun mengambil langkah seribu meninggalkan tempat itu.
Sehun berjalan kaki menyusuri pelataran sungai han. Pikirannya masih bimbang antara mengakhiri hidupnya saat ini atau tunggu sampai besok.
Apakah lebih baik jika ia mati tenggelam atau jatuh dari lantai lima gedung sekolahnya?
Entahlah. Sehun hanya merasa sangat buruk hari ini.
Nilai ulangannya jeblok, berat badannya naik lima kilo, dan Sulli memutuskan hubungan dengannya.
Semua itu hanya karena seorang pria pendek bernama Minseok.
Demi dewa di langit, Sehun jauh lebih menarik daripada anak itu.
Dasar, Sulli bodoh.
Brukk!!!
Tiba-tiba sesuatu jatuh menimpanya.
Sehun membuka mata dan melihat sesuatu yang menimpanya itu dengan lebih jelas.
Itu bukan sesuatu, melainkan seseorang.
Ia sepertinya seorang gadis.
Ah tidak, dia seorang laki-laki. Sehun tidak merasakan apa-apa saat dadanya tertimpa dada orang itu.
“Kyaaa!!” Sehun segera mendorong tubuh orang itu menjauh darinya.
“Awh…Sakit..” si laki-laki tadi mengeluh sambil meraba punggungnya.
Sehun masih memerhatikan gerak gerik orang itu.
Setidaknya, dia cukup cantik untuk ukuran pria.
Baru kali ini dia melihat pretty boy yang sesungguhnya.
“Maaf. Maafkan aku.” Pria itu menatap Sehun.
Sehun tertegun.
Bahkan kedua matanya terlihat sangat jernih dengan pancaran binar yang sangat indah.
Jauh lebih indah dari mata mantan kekasihnya dulu yang bernama… Siapa namanya? Ah, dia sudah melupakannya.
“Kau baik-baik saja?”
Hei, Sehun. Ada apa denganmu? Sadarlah!
Sehun menepuk pipinya sendiri.
“Ya, ya. Aku baik-baik saja.”
“Syukurlah.” Laki-laki itu tersenyum.
Senyum yang sangat indah.
Senyum tulus yang sanggup mendebarkan hati siapapun yang melihatnya.
Ugh! Dada Sehun seperti sedang didatangi ribuan kupu-kupu.
Ya! Oh Sehun, sadarlah! Dia laki-laki!!!
Tidak bisa. Sehun bukan dirinya saat ini.
Ia hanya tersenyum membalas si pria cantik.
Senyum paling canggung yang pernah terlihat darinya.
Laki-laki itu pun berdiri dan mengulurkan tangannya untuk membantu Sehun bangkit.
Sehun menyambutnya dengan senang hati.
“Sekali lagi, aku minta maaf. Sampai jumpa.”
Laki-laki itu beranjak pergi.
Jadi begini saja akhirnya?
Dia bahkan belum berkenalan dengan laki-laki itu.
Apakah dia harus melepaskan pria pertama yang membuatnya terpesona itu?
“Tunggu!”
Laki-laki itu berbalik, melihat Sehun.
“Siapa namamu?”
“Aku?”
“Ya, kamu.” Siapa lagi?
“Oh. Aku… Luhan.”
“Luhan. Aku Sehun.”
“Sehun. Baiklah, aku akan mengingatnya. Sampai jumpa!”
“Sampai jumpa!”
Sehun hanya bisa melihat punggung pemuda bernama Luhan yang semakin menjauh itu.
Luhan.
Ya, paling tidak Sehun sudah tahu namanya.
Tinggal mencarinya di media sosial atau paling parah di kantor polisi.
Ya, Sehun bisa mencarinya di kantor polisi dengan mengatakan,
“Pak polisi, seseorang telah mencuri hatiku. Namanya Luhan. Cepat tangkap dia dan bawa padaku.”
Hahaha. Sehun tertawa sendiri menyadari betapa gila lamunannya itu.
Tapi kenapa Luhan mengatakan ‘Sampai Jumpa’ seakan-akan mengetahui kalau mereka akan bertemu lagi?
Entahlah. Sehun hanya bisa tersenyum.
Hari ini tidak terlalu buruk.
…
…
…
1 comment:
sepertinya menarik.
next ya...
Post a Comment