Aku sahabatmu.
Jarum jam di pergelangan tangan seorang pemuda tampan bernama Oh Sehun telah menunjukkan pukul 1 malam. Suasana bar tempatnya berada sudah sangat ramai. Dentuman suara musik yang terdengar memekakan telinga, orang-orang yang meliuk-liukkan tubuhnya mengikuti irama, bahkan ada sebagian yang melakukan ciuman panas seakan dunia hanya milik mereka. Sehun merupakan sedikit orang dari sekian banyak orang di tempat itu yang hanya duduk berdiam diri sambil meminum koktail keempatnya. Tak ada sedikitpun niat untuk bergabung dengan tiga orang sahabatnya, Kai, Kris, dan Luhan. Kai sedang melakukan gerakan sexy dance di atas panggung yang memukau para penonton. Kris sedang merayu gadis-gadis. Sedangkan Luhan sedang sibuk dengan teleponnya di dekat pintu masuk. Namun, Sehun tak tertarik ikut dalam salah satu kegiatan para sahabatnya itu karena saat ini pikirannya sedang dipenuhi oleh suatu hal yang menurutnya sangat rumit.
Tak lama kemudian, Kai menghampirinya. Kai tampak kelelahan setelah menghabiskan energinya di atas panggung. Ia memesan satu coktail pada sang bartender lalu duduk di samping Sehun.
“Hei. Kau terlihat murung. Ada apa?” tanya Kai.
Sehun menghela nafas. Ia tak berniat menjawab pertanyaan Kai.
“Cerita saja, siapa tahu aku bisa membantu.” Lanjut Kai.
Sehun menghela nafas berat.
“Aku akan dijodohkan.”
“Mwo?!” Kai melotot tak percaya, membuat kedua matanya lebih besar dari biasanya.
“Aku akan dijodohkan dan menikah setelah lulus kuliah.”
“Wah, hidupmu benar-benar seperti dalam drama yang selalu ditonton ibuku, kau tahu? Aku bisa menebak kalau calon istrimu itu pasti berasal dari keluarga kaya yang sederajat dengan keluargamu dan kalian akan menikah untuk memper-erat hubungan bisnis, benar?”
Sehun sedikit kesal saat ucapan Kai ternyata memang sepenuhnya benar. Apa memang hidupnya seperti dalam drama-drama kebanyakan?
“Lalu apa yang akan kau lakukan?” tanya Kai lagi.
Sehun baru akan membuka mulutnya saat Kris menghampiri mereka setelah mendapat nomor telepon gadis yang diincarnya. Ia memesan minuman.
“Ada apa?” tanya Kris saat ia melihat dua orang itu tampak begitu serius.
Kai pun menceritakan masalah Sehun pada Kris, dan seperti yang sudah diduga, Kris memberikan reaksi yang sama dengan Kai, hanya saja ekspresi terkejut Kris lebih terkesan cool.
“Jadi, apa rencanamu?” tanya Kris.
“Ayahku masih memberiku kesempatan untuk membatalkan rencana itu kalau aku sudah punya calon sendiri.”
“Jadi, intinya kau harus segera mencari pacar.”
Sehun mengangguk membenarkan ucapan Kai.
“Coba saja ajak mantanmu, Sulli, balikan. Mungkin dia akan menerimamu kembali.” Ujar Kris.
“Omg, Kris, kau tahu apa yang Sulli lakukan padaku. Aku tidak mungkin mengejarnya lagi. Itu terlalu menyakitkan.”
“Cari saja pacar baru. Kau tampan dan banyak yang mengidolakanmu. Aku yakin kau bisa memilih dengan mudah.”
Sehun sedikit senang mendengar pujian Kai, namun ia menentang usul Kai.
“Pacar baru? Tidak. Hatiku masih belum sembuh sepenuhnya dari luka yang diberikan Sulli. Tidak mungkin aku mencari pacar baru. Apalagi wanita itu terlalu menjengkelkan, ribet, tak tahu diuntung. Aku muak.”
Kai dan Kris hanya bisa terdiam mendengarkan luapan emosi Sehun itu. Ya, memang baru dua hari yang lalu Sehun putus dengan kekasihnya, Sulli. Alasannya, Sulli lebih memilih pria lain. Padahal Sehun sudah berusaha mati-matian demi hubungannya. Tidakkah itu menyakitkan?
Selama mereka berpikir, Luhan menghampiri mereka dengan wajah tak kalah cemberut. Ketiga orang yang melihatnya ikut bertanya-bertanya, ada apa dengan pemuda imut itu?
“Kau kenapa? Tak biasanya kau cemberut begitu, kau kan yang paling berisik di sini.”
Luhan melirik Kris sinis, lalu mengambil minuman Sehun dan meneguknya cepat. Percuma saja Sehun mencegah, dia selalu kalah cepat.
“Aku akan diusir dari apartemen.”
“Mwo?!” Kai, Sehun, dan Kris serempak terkejut.
“Ayahku meninggalkan banyak hutang, sehingga semua harta keluargaku di sita. Aku diberi waktu tiga hari untuk meninggalkan tempat itu.”
Luhan menghela nafas berat.
“Lalu kau akan tinggal dimana?” tanya Kai.
“Entahlah. Tapi, bukankah aku memiliki kalian? Kalian mau kan’ menampungku?” tanya Luhan dengan puppy eyesnya, persis seperti anjing kecil yang terlantar.
Sehun, Kai, dan Kris hanya bisa saling melempar pandang.
“Kau tahu kan’ bagaimana tempat tinggalku. Hanya cukup untuk satu orang. Mian.” Ujar Kai.
Luhan kecewa, ia pun mengalihkan pandangannya pada Kris. Namun, mengingat perilaku Kris yang seringkali membawa wanita pulang ke apartemennya membuat Luhan bergidik. Ia tak mungkin akan serius belajar di tempat Kris.
“Kenapa? Kau bisa menginap di tempatku.” Ujar Kris yakin.
“Err... Tidak. Terima kasih.” Tolak Luhan mentah-mentah. Ia pun mengalihkan pandangannya pada Sehun yang hanya terdiam sejak tadi.
“Bagaimana denganmu, Sehunna? Apa aku boleh menginap di tempatmu?”
Sehun berpikir sejenak. Pasti akan sulit menerima Luhan di tempatnya. Ia masih tinggal bersama orang tua. Kedua orang tuanya akan sulit menerima keberadaan orang asing. Apalagi kedua orang tua yang sama-sama ia panggil ayah adalah pasangan gay yang menolak keberadaan pemuda lain, kecuali anak mereka, Sehun. Alasannya, kedua orang tua Sehun sangat pencemburu.
“Seandainya kau perempuan, kau mungkin akan diizinkan menginap. Tapi, kau tahu kan’ bagaimana orang tuaku.”
Luhan mengangguk mengerti, ia pernah mendengar cerita keluarga Sehun. Sehun adalah anak hasil bayi tabung dari sel kedua orang tua laki-lakinya.
“Aha!!! Aku punya ide!” seru Kai tiba-tiba, membuat mata ketiga orang didekatnya serempak melihat ke arahnya.
“Bagaimana kalau Luhan menyamar sebagai seorang gadis dan berpura-pura menjadi pacar Sehun?”
“Mwo?!” Luhan terkejut setengah hidup.
“Benar juga. Sehun kan’ membutuhkan seorang pacar. Luhan bisa berpura-pura sebagai pacar Sehun agar ayahnya membatalkan rencana pernikahan Sehun dan Luhan bisa mendapatkan tempat tinggal.” Tambah Kris.
“Apa yang kalian bicarakan? Aku sama sekali tidak mengerti.” Luhan bingung. Sehun pun berinisiatif menjelaskan permasalahan yang sedang dialaminya setelah yakin bahwa ide gila Kai itu ada baiknya juga. Baik, karena ia tidak perlu berurusan dengan wanita dan tidak perlu diributkan dengan hubungan yang rumit. Hanya berpura-pura.
“Kalian sudah gila rupanya. Aku tidak akan mau menyamar menjadi wanita, mau ditaruh dimana harga diriku sebagai pria manly?” Luhan sangat kesal dengan ide temannya itu.
“Kau bilang manly, tapi bibirmu yang mengerucut itu terlihat seperti anak perempuan, tahu?”
Luhan kembali melirik Kris sinis.
“Kau juga memiliki wajah kecil, tubuhmu sangat kurus dan terlihat lemah, dan kau sebenarnya pendek untuk ukuran laki-laki.” Tambah Kris diikuti tawa dari Kai dan Sehun seolah membenarkan ucapan Kris itu.
“Yak!!!”
Kris segera mengambil langkah seribu saat melihat deathglare dari Luhan, walaupun itu terlihat tidak menyeramkan, Kris cukup tahu kekuatan pukulan Luhan yang tak sesuai ukuran tubuhnya.
“Yak! Kau!! Kemari! Aku akan membunuhmu!!!” Luhan berancang-ancang mengejar Kris namun dihentikan oleh Sehun.
“Jangan pikirkan perkataan Kris. Menurutku, kau memang manly.” Hibur Sehun. Luhan pun kembali duduk di tempatnya.
“Jadi bagaimana, Lu?” Kai masih berharap ide gilanya terlaksana.
Luhan masih bimbang, ia membutuhkan tempat tinggal karena tak mempunyai cukup uang untuk menyewa sebuah kamar kecil sekalipun. Uangnya habis setelah membayar uang semester kemarin.
“Kau hanya menyamar saat orang tuaku di rumah. Di luar kau bisa kembali menjadi dirimu. Tidak akan ada yang tahu kecuali kami.”
Luhan masih terdiam mendengar penjelasan Sehun.
“Kita sama-sama saling membantu, Lu. Bukankah itu gunanya sahabat? Kau sahabatku, benar?”
Sehun tak menyerah membujuk Luhan. Luhan pun akhirnya mengangguk lemah.
“Tentu saja, aku sahabatmu.”
Sehun tersenyum bahagia. Kai pun merasa senang ide gilanya dapat terwujud.
“Ngomong-ngomong, aku sudah tidak sabar melihatmu berpakaian wanita.”
“Yak!!!” Luhan segera melancarkan pukulannya pada Kai membuat Kai menjerit kesakitan.
-
-
-
TBC
No comments:
Post a Comment