Sunday, 15 March 2015

[Fanfiction Hunhan] I'm In Love With My Best Friend - Chapter 05


Warning: This is boy x boy love story, yaoi, mature, nc.

Don't like, don't read. That's simple.

I just own the story. The cast belong to God and their self.

I'm a hunhan hard shipper.

Happy reading...


Sejak pagi, rumah Sehun terlihat ramai dengan orang-orang yang berjalan kesana-kemari mempersiapkan acara. Ruang tengah yang luasnya menyamai ballroom hotel bintang lima pun sudah disulap menjadi tempat acara dengan nuansa hitam putih. Sebuah layar LED di depan, panggung dengan beragam alat musik, serta meja-meja bundar bertaplak hitam mengisi ruangan. Setiap meja terdapat enam kursi di sisinya yang dilapis kain satin putih. Dengan vas bunga mawar di atas meja.

Para koki profesional pun telah menyiapkan menu makanan, percampuran antara kuliner Korea dan Barat. Pesta ulang tahun Sehun sudah dipersiapkan dengan sangat matang.

Jarum jam menunjukkan pukul 8 malam saat tamu undangan mulai datang dan duduk di tempat yang disediakan. Beberapa keluarga dekat, kerabat maupun teman bisnis orang tua Sehun. Tak lupa teman-teman kuliah Sehun hadir dengan mengenakan pakaian formal. Termasuk Kai dan Kris.

Kai dan Kris tidak hentinya mengagumi arsitektur rumah Sehun. Mereka sudah tahu Sehun anak orang kaya, tapi mereka tidak pernah membayangkan keluarga Sehun sekaya itu. Pasti sejak kecil Sehun sudah terbiasa hidup sebagai pangeran. Rumahnya saja sudah seperti istana. Apalagi Sehun anak tunggal. Hidupnya pasti bergelimang harta.

Kris dan Kai duduk di tempat yang sudah ditunjukkan oleh pelayan.

“Kau melihat Sehun?” tanya Kris sambil mengedarkan pandangannya ke seluruh ruangan. Kai melakukan hal yang sama. Kursi-kursi sudah hampir penuh ditempati oleh tamu.

“Aku tidak melihatnya. Mungkin dia muncul paling akhir dan menjadi pusat perhatian. Biasanya dalam drama seperti itu, kan?”

Kris mengangguk paham. Matanya lantas menangkap sosok gadis cantik dengan tubuh tinggi semampai.

“Wait, bukankah itu Sulli?” Kris menyenggol lengan Kai. Kai menatap lurus ke arah yang ditunjukkan Kris.

“Kau benar. Apa yang dia lakukan di sini? Tidak mungkin Sehun mengundangnya.” Kai penasaran. Tetapi melihat Sulli yang berdiri di sisi kanan depan tampak akrab dengan kedua orang tua Sehun, membuatnya sadar.

“Dia mengenal orang tua Sehun. Tampaknya ayahnya rekan bisnis ayah Sehun.”

Apa yang dikatakan Kai memang benar. Sulli tampak anggun dengan gaun putih yang membalut tubuh semampainya. Di sisi kanannya, ia menggandeng seorang pria tua sedang berbincang-bincang dengan orang tua Sehun.

Di tempat lain, Luhan masih berdiri gelisah dengan gaun merah selutut yang dikenakannya. Dia sudah memakai rambut palsu cokelat muda yang terurai di bahu. Wajahnya sudah dipoles make up smokey yang tajam yang menampilkan sisi seksinya. Belum lagi gaun pendek itu terbuka di bagian punggung yang menampilkan punggungnya tanpa cela. Beruntung ia memiliki rambut palsu panjang yang sengaja digerai menutupi punggungnya.

Luhan membenarkan letak gulungan kaos kaki di dadanya. Beruntung gaun itu tertutup di bagian depan sehingga ia tidak perlu khawatir kaos kakinya akan keluar dari tempatnya. Perias yang disewa Sehun memang sangat berbakat kerena berhasil mengubah seorang pria manly menjadi gadis seksi yang memikat.

Pintu kamar Luhan terketuk. Luhan tahu itu Sehun. Acaranya mungkin akan segera dimulai. Luhan berjalan pelan dengan highheels yang menyiksa ke arah pintu.

Kriek.

“Luhan, pesta,

Sehun melupakan kalimatnya. Pemandangan di hadapannya sungguh membuatnya lupa diri. Ah, benarkah itu Luhan? Sehun ragu. Yang dihadapannya saat ini pasti bukan Luhan, melainkan seorang bidadari yang kesasar. Oh Tuhan, bantu Sehun mengendalikan detak jantungnya.

“Sehun, apa pestanya akan dimulai? Oh, tidak. Bagaimana ini? Aku belum siap. Aku pasti tampak aneh. Mereka akan mengenaliku. Aku,

Grep. Sehun memegang kedua bahu Luhan agar Luhan berhenti bergerak gelisah. Luhan terdiam menatap Sehun.

Sehun tersenyum.

“Kau cantik, Luhan. Mereka tidak akan mengenalimu.” Ucapnya mencoba menenangkan Luhan.

Luhan menghela nafas panjang. Ia tidak bisa tenang hanya karena Sehun memujinya cantik. Ingat, dia pria. Masih pria normal.

“Tunggu, ayahku ingin kau memakai ini juga.”

Sehun mengeluarkan sebuah kalung dari saku jas hitamnya. Kalung itu terlihat sangat indah dengan bandul berlian yang cukup besar. Harganya pasti mahal. Luhan tahu itu. Seandainya dia seorang wanita, dia pasti sudah loncat-loncat kegirangan. Hell, wanita mana yang bisa menolak perhiasan yang sangat indah itu?

Sehun membalikkan tubuh Luhan dan memakaikan kalung itu di leher Luhan. Luhan menurut saja. Ia membantu Sehun dengan mengumpulkan rambut palsunya ke sisi kiri sehingga punggungnya terekspos sempurna. Tetapi Luhan tidak merasa risih, toh mereka sama-sama laki-laki.

Glek.

Sehun menelan ludah dengan susah payah. Ia tidak habis pikir mengapa punggung sahabatnya itu sangat putih dan menggoda. Bahkan, tangannya yang tidak sengaja menyentuh kulit leher Luhan bergetar karena sensasi lembut yang baru pertama kali dirasakannya.

‘Kenapa ada pria memiliki kulit selembut ini? Luhan, kau ini pria bukan sih?’

Sehun sekuat tenaga menahan hasratnya untuk mencicipi tubuh Luhan yang begitu menggoda pikirannya. Seandainya ia lupa bahwa malam itu ada acara penting, ia pasti akan menyerang Luhan sekarang juga.

***

Luhan berjalan pelan memasuki ruang acara sambil menggandeng lengan Sehun erat. Dalam hitungan detik, semua mata pun tertuju pada mereka. Sehun dan Luhan berjalan melewati beberapa meja menuju meja yang sudah disiapkan untuk mereka. Sehun tahu orang-orang yang mereka lewati berbisik-bisik nyaring. Kebanyakan mereka memuji tentang betapa sempurnanya kedua orang itu. Sehun menyunggingkan senyum bangga. Sementara Luhan hanya menunduk malu. Apalagi Luhan sempat melihat Kai dan Kris yang matanya melotot sampai nyaris keluar dari tempatnya.

Sehun dan Luhan duduk bersama kedua orang tua Sehun.

Pesta ulang tahun Sehun pun dimulai. Seorang MC membuka acara dengan terampil dimulai dengan menyapa hadirin dan mempersilahkan kedua orang tua Sehun mengucapkan sepatah dua patah kata.

Orang tua Sehun berterima kasih kepada tamu yang datang. Mereka pun bercerita panjang lebar.

“Masih teringat jelas dua puluh tiga tahun yang lalu, saat hubungan sesama jenis masih merupakan hal yang tabu dan bagaimana masyarakat memandang kami dengan pandangan jijik dan mengucilkan kami dari pergaulan yang membuat kami terpuruk dalam kesedihan. Apalagi saat kami memutuskan untuk menikah, banyak yang mengatakan pernikahan kami tidak akan bahagia karena tidak akan menghasilkan keturunan.”

“Benar. Keturunan untuk pasangan gay seperti kami memang sulit. Tapi beruntung kami bertemu dengan seorang dokter baik hati yang membantu kami mendapatkan keturunan.”

Layar LCD menampilkan foto-foto Sehun dari kecil hingga sekarang.

“Oh Sehun. Dia istimewa. Dia adalah anak pertama yang lahir dari hasil bayi tabung di Korea. Banyak yang menganggap kalau bayi hasil bayi tabung akan lemah dan sakit-sakitan. Tetapi tidak dengan Sehun. Kami bersyukur dia terlahir sehat dan tumbuh kuat seperti anak-anak yang lain.”

Kedua orang tua Sehun menatap anak mereka penuh kasih sayang. Sama dengan Sehun.

“Kami tahu, Sehun, anak kami telah banyak menderita di masa kecilnya karena sering menjadi objek bullying teman-temannya. Tetapi, dia adalah anak yang baik, yang tak pernah mengeluh, apalagi menghakimi kedua orang tuanya yang telah memeliharanya dalam lingkungan keluarga yang berbeda.”

Luhan menatap Sehun yang duduk di sampingnya. Sehun meneteskan air mata haru di pipinya, yang segera ia hapus cepat. Luhan menggerakkan tangannya menggenggam tangan Sehun, untuk menenangkannya. Sehun tersenyum ke arah Luhan.

“Kami sangat bersyukur kepada Tuhan karena telah mengirimkan Sehun dalam hidup kami sehingga hidup kami semakin berwarna dan bahagia.”

“Selamat ulang tahun, anakku, Oh Sehun. Kau adalah anugerah terindah dalam hidup kami.” Kedua orang tua Sehun tersenyum. Sehun pun tersenyum. Tepuk tangan meriah mengakhiri pidato kedua orang tua Sehun.

Selanjutnya, para tamu dipersilakan untuk makan malam, diiringi lagu jazz yang dinyanyikan oleh seorang penyanyi wanita.

“Kau sangat cantik malam ini, Luna.” Ujar Taehyun sambil tersenyum.

“Terima kasih.” Luhan tersenyum kaku.

“Kau harus menjaganya baik-baik, Son. Kau tahu berapa banyak serigala lapar yang menatapnya sejak tadi?” ujar Roger sambil menepuk pundak Sehun.

Sehun mengangguk, “I know it, Dad.”

-

-

-

“Benarkah kau Luhan?” tanya Kai tidak percaya melihat gadis cantik di hadapannya.

“Yak! Pelankan suaramu, bodoh!” Luhan menginjak kaki Kai, membuatnya meringis kesakitan.

“Ternyata kau benar-benar Luhan. Aku sampai kaget karena kau sama sekali tidak terlihat seperti banci.”

“Yak!” Kali ini Luhan menginjak kaki Kris, membuat Kris meringis kesakitan. Ternyata highheels yang dipakainya berguna juga.

“Benar. Kau tampak seperti gadis sungguhan.” Tambah Kai.

“Sudahlah, berhenti memujiku. Aku muak mendengarnya.”

Pandangan Luhan berputar ke seluruh penjuru ruangan, Sehun belum kembali.

“Kemana Sehun?” tanya Kris sambil meminum anggur di gelasnya.

“Entahlah. Tadi dia dipanggil orang tuanya. Sepertinya mereka akan berbicara serius.”

Luhan menghela nafas panjang. Tak lama kemudian seorang gadis bergaun putih menghampiri mereka. Itu Sulli.

“Kudengar kau pacarnya Sehun, benar?” tanya Sulli.

Luhan mengangguk ragu. Ia menghindari kontak mata dengan gadis itu. Bagaimanapun ia pernah bertemu gadis itu satu kali. Semoga gadis itu tidak mengenalinya.

“Perkenalkan aku Sulli.” Sulli mengulurkan tangan kanannya. Luhan menyambutnya ragu.

“Aku Luna.”

“Bagaimanapun aku berterima kasih pada Luna karena berpacaran dengan Sehun. Jadi, perjodohan kami bisa dibatalkan.”

“Perjodohan? Jadi, kau gadis yang akan dijodohkan dengan Sehun?” tanya Kai.

“Begitulah. Tapi sekarang tidak lagi. Oh ya, aku tidak melihat Luhan. Bukankah biasanya kalian bertiga tidak terpisahkan?”

Glek.

Luhan menatap Kai dan Kris bergantian meminta bantuan.

“Dia sedang sibuk... Bekerja.”

“Iya, aku dengar, Luhan jatuh miskin. Karena itu dia harus bekerja siang malam? Aku kasihan padanya.”

Tak ada yang merespon perkataan Sulli.

“Baiklah. Tolong katakan padanya kalau dia membutuhkan bantuan, aku bisa menolongnya. Aku pamit dulu ya! Bye Luna, Kris, Kai!” Sulli beranjak pergi.

Ketiga orang itu serempak menghela nafas lega.

Tak lama kemudian, seorang pelayan menghampiri Luhan. Luhan diminta untuk kembali ke mejanya. Disaat yang sama, Sehun dan kedua orang tuanya telah duduk di tempat mereka.

“Hei, Sehun, kau dari mana?” tanya Luhan berbisik.

Sehun tidak menjawab. Dia hanya diam di tempat.

Roger berdiri dan mengangkat gelas yang berisi anggur lalu memukul gelas itu dengan garpu menghasilkan suara nyaring yang membuat seluruh perhatian tamu fokus ke arahnya.

“Harap perhatiannya, sejenak. Hadirin.”

Para tamu melihatnya penasaran.

“Terima kasih. Hmm.. Berhubung ini adalah hari yang penting, kami akan mengumumkan sesuatu.” Roger menarik nafas, “Sehun, anak kami, akan bertunangan dengan kekasihnya, Luna.”

Apa?! Luhan terkejut setengah hidup. Ia menatap Sehun horor, meminta penjelasan.

Sehun hanya berguman minta maaf.

“Sehun.”

Sehun menatap orang tuanya sejenak. Kedua orang tuanya mengangguk pelan.

Sehun pun menghela nafas, lalu berdiri. Ia merogoh kantongnya dan mengeluarkan sebuah kotak berisi cincin.

Sehun berlutut di depan Luhan dengan bertumpu pada satu lututnya. Sehun menatap Luhan. Luhan gelisah melihat para tamu yang sangat serius melihat mereka. Bahkan Kai dan Kris pun sama.

Luhan masih mencoba mencerna apa yang terjadi saat matanya kembali bertemu mata elang milik Sehun.

‘Apa yang kau lakukan?’ Luhan menggerakkan mulutnya tanpa suara. Sehun mengerti maksudnya.

“Luna, would you marry me?” suara Sehun terdengar nyaring membuat hadirin berseru serempak berharap Luhan akan menjawab ‘yes’.

Luhan masih menatap Sehun tidak percaya.

‘Please’ Sehun berucap tanpa suara. Tapi Luhan mengerti ucapannya. Ia tahu Sehun menginginkan jawaban ‘ya’ seperti tamu lainnya.

Ini hanya pura-pura. Luhan hanya perlu bersandiwara. Baiklah. Luhan mengangguk pelan

Sehun tersenyum lega. Lalu memakaikan cincin berlian yang pas di jari manis Luhan.

Para penonton bertepuk tangan meriah, termasuk kedua orang tua Sehun yang tersenyum bahagia.

Kai dan Kris saling melempar pandang, “What the hell is going on?” seru mereka bersamaan.

-

-

-
TBC

1 comment:

Yuko said...

huwaaaaa hunhan tunangaaaaan.. kenapa aku ga diundang kepesta tunangannya coba? kan aku termasuk saksi bisu(?)perjalanan cinta mereka(?) wkwk
semoga aja happy end._. soalnya pasti orangtua sehun bakal kecewa banget kalo ampe tau yg sebenernya... semoga aja hunhan tetep bersama deh

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...