a. Definisi Puisi
Secara etimologi, puisi menurut Komaidi (2011: 161) adalah salah satu genre atau jenis sastra. Sering kali istilah “puisi” disamakan dengan “sajak”. Akan tetapi sebenarnya tidak sama, puisi itu merupakan jenis sastra yang melingkupi sajak, sedangkan sajak adalah bagian atau individu puisi. Dalam istilah bahasa Inggrisnya puisi disebut poetry dan sajak disebut poem sedangkan dalam bahasa Belanda gedicht yang berarti sajak.
Gambaran mengenai puisi juga tertuang dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (2003: 903) menguraikan puisi adalah salah satu karya sastra yang terikat oleh irama, matra, rima, dan penyusunannya. Bentuk puisi ditata secara cermat sehingga mempertajam kesadaran orang atau membangkitkan pengalaman pembacanya.
Sarana mengekspresikan ide, menumbuhkan dan membangkitkan perasaan kepada penulis atau penikmatnya, merangsang imajinasi panca indera dengan struktur yang berirama disebut puisi. Semua itu merupakan hal yang sangat krusial, yang direkam dan diekspresikan, dalam pengungkapannya menarik dan meninggalkan kesan. Dengan demikian, puisi itu merupakan rekaman dan hasil interpretasi pengalaman manusia yang penting dan digubah dalam wujud yang paling berkesan (Pradopo, 2009:7).
Sebuah referensi yang berupa buku kecil mampu menjelaskan pandangan puisi dikemukakan oleh (Har, 2011 : 48) adalah rangkaian kata sarat makna, sebagai ungkapan hati yang sangat pribadi atau sebagai kata yang dipilih dan disusun sedemikian rupa sehingga mempunyai makna dan rasa tertentu. Puisi itu ungkapan kata- kata pribadi.
Pada umumnya defenisi puisi yang dikemukakan oleh para penyair romantik Inggris menurut Ahmad (dalam Pradopo, 2009 : 6) antara lain, Samuel Taylor Coleridge mengemukakan puisi adalah kata-kata yang indah dalam susunan terindah. Carlyle mengatakan bahwa puisi merupakan pemikiran yang bersifat musikal. Wordsworth mempunyai gagasan bahwa puisi adalah pernyataan perasaan yang imajinatif. Adapun Auden mengemukakan bahwa puisi itu lebih merupakan pernyataan perasaan yang bercampur-baur. Sementara Dunton berpendapat bahwa puisi adalah pemikiran manusia secara konkret dan artistik dalam bahasa emosional serta berirama. Lebih lanjut, Tengsoe Tjahjono mendefinisikan puisi sebagai ungkapan pikiran dan rasa yang padat berirama, dalam bentuk larik dan bait dengan memakai bahasa indah dalam koridor estetik.
Berdasarkan definisi puisi yang dikemukakan para ahli di atas terdapat perbedaan-perbedaan pemikiran mengenai pengertian puisi. Namun, bila pendapat-pendapat itu dipadukan maka dapat disimpulkan puisi adalah salah satu bentuk karya sastra yang kompleks, indah ,dan ekspresif merupakan luapan perasaan penulis yang diungkapkan secara imajinatif. Puisi memiliki struktur batin dan struktur fisik yang membangun puisi dan memuat nilai-nilai atau pesan penulisnya yang bersifat estetik.
Pembelajaran keterampilan menulis puisi dapat disimpulkan sebagai suatu proses menuangkan pikiran/ide yang berupa rangkaian kata terbaik dan terindah yang lahir dari lubuk hati paling dalam, bukan dari kata-kata yang diajarkan oleh orang tua dan guru, tukilan dari buku atau pinjaman dari orang lain, tapi dari pengalaman hidup yang bergejolak dalam jiwa seorang manusia melalui perenungan dan gugatan nurani tentang makna hidup yang sesungguhnya.
b. Langkah-langkah Menulis Puisi
Dalam menulis sebuah puisi ada hal yang perlu diperhatikan agar tercipta suatu karya sastra yang indah. Ada lima langkah dalam menulis sebuah puisi menurut (Har, 2011 : 59 – 105) di bawah ini.
1) Memancing Ide
Segala apa yang kita tulis itu disebut dengan ide. Terkadang memang tidak mudah menemukan ide meskipun banyak ide di sekitar kita. Ide bisa kita temukan dengan merenung dan memikirkannya. Kita bisa menggunakan indra dengan apa yang kita lihat, dengar, cium, rasakan, dan kita raba sebagai bahan untuk puisi kita. Ungkapan perasaan yang bahagia ataupun sedih. Berimajinasi atau membayangkan sesuatu peristiwa baik yang telah atau belum terjadi. Membaca juga salah satu cara yang dapat kita lakukan untuk memancing ide. Misalnya berita koran yang dikaitkan dengan pengalaman kita.
2) Memahami Tema
Tema pada puisi merupakan masalah pokok yang diangkat dalam penulisannya. Tema seringkali menjadi jawaban dari pertanyaan “Apa yang diungkapkan penyair dalam puisinya?” Tema yang biasanya diangkat beragam, misalnya menggunakan tema sosial, politik, adat, keagamaan, keluarga, nasionalisme, alam atau lingkungan hidup, kekerasan dan hak asasi manusia, cinta dan remaja, cinta dan perselingkuhan, hukum, misteri, horor, komedi, dan sebagainya.
3) Pemilihan Judul dan Diksi (Pilihan Kata)
Judul adalah bagian penting dalam puisi. Judul yang baik harus mencerminkan seluruh isi, tetapi judul harus mempertimbangkan aspek keindahan atau kepadatannya. Pilihan kata yang melekat pada sebuah puisi harus meninggalkan kesan yang mendalam dibenak pembaca. Pilihan kata yang dipilih mempunyai makna dan diungkapkan dengan cara yang tidak biasa.
4) Penggunaan Kata-kata Kiasan
Kata kiasan atau gaya bahasa menjadi sarana dalam melahirkan puisi yang bernilai estetis. Pemilihan kata atau diksi dapat menggunakan bahasa figuratif. Cara menulis bahasa figuratif dengan memanfaatkan kiasan. Kiasan adalah cara melukiskan sesuatu dengan jalan menyamakan dengan sesuatu yang lain. Salah satunya dalam penggunaan majas. Fungsi majas sebagai bahasa figuratif, yaitu dapat memperjelas, menjadikan lebih menarik, dan memberikan daya hidup dalam puisi atau karya sastra tersebut. Misalnya personifikasi, simile dan hiperbola.
5) Mengedit
Mengedit adalah menilai kembali kata-kata yang kita tulis dan mengubahnya sehingga menjadi lebih bagus. Pada langkah inilah kita membaca kembali baris-baris puisi dan menilainya. Apakah kita perlu mengubahnya dengan kata yang lain atau membiarkannya karena sudah bagus.
Dalam peningkatan pembelajaran keterampilan menulis melalui penciptaan suatu puisi maka siswa bebas mengekpresikan pengalaman-pengalaman hidup, pikiran, perasaan, imajinasi, dan cita-cita. Ekspresi dalam menulis puisi tetap harus memperhatikan estetika atau keindahan berbahasa. Ekspresi yang disampaikan dengan bahasa penuh keindahan akan dapat menghadirkan kenikmatan tersendiri bagi pembaca. Chairil Anwar merupakan salah satu sastrawan yang banyak menulis puisi dengan mementingkan isi dalam mengekspresikan pikiran dan perasaannya daripada bentuk puisi itu sendiri (suwandi dan Sutarmo, 2008: 170).
c. Kriteria penilaian puisi
Penilaian suatu karya sastra yang objektif dan dapat dipertanggungjawabkan, pusat perhatian kita harus jatuh pada karya itu sendiri dan bukan karena pengarangnya atau latar belakang pengarang yang bersangkutan. Inilah yang disebut ergosentrisme, yaitu penilaian yang berangkat dan berpusat pada karyanya itu sendiri, dan bukan karena pengarangnya, teman-temannya atau tokoh-tokoh yang digambarkannya. Itulah sebabnya, kriteria-kriteria apa saja yang dapat digunakan sebagai dasar untuk menentukan baik buruknya, berhasil tidaknya karya sastra itu, khususnya pada karya sastra yang bergenre puisi (Mahayana, 2008 : 1).
Berdasarkan kriteria terhadap keberhasilan atau kegagalan sebuah karya sastra, khususnya puisi. Dapat dilakukan dengan mencermati sedikitnya kelima yang menjadi dasar penilaian objektif dan dapat dipertanggungjawabkan. Kebaruan tema, pemilihan judul, pemilihan diksi, penggunaan gaya bahasa, dan kesesuaian isi dengan tema.
Kriteria pertama kebaruan tema pada puisi yang dituliskan. Apakah puisi itu memperlihatkan kebaruan (inovasi). Modern dalam hal pemilihan tema. Kedua, pemilihan judul yang dipilih harus sesuai dengan tema yang diangkat agar. Ketiga pilihan kata (diksi). Dari pilihan kata maka kepaduan puisi dari setiap baitnya akan tergambar dan keseluruhannya akan membangun sebuah tema. Keempat, Pemanfaatan gaya bahasa. Gaya bahasa yang digambarkan sesuai dengan suasana yang akan diciptakan, memancarkan banyak makna, dan mampu menghidupkan suasana dalam puisi yang dituliskan. Kelima, kesesuaian isi dengan tema mengandung tujuan atau maksudyang ingin disampaikan, sesuai dengan tema.
Pemahaman mengenai sedikitnya lima aspek penilaian puisi mempunyai ukuran, parameter atau dasar dalam objektivitas untuk menilai keberhasilan keterampilan menulis puisi siswa. Paling tidak penilaian mengenai puisi mempunyai landasan, yang dapat dipertanggungjawabkan secara objektif dan beralasan.
Secara etimologi, puisi menurut Komaidi (2011: 161) adalah salah satu genre atau jenis sastra. Sering kali istilah “puisi” disamakan dengan “sajak”. Akan tetapi sebenarnya tidak sama, puisi itu merupakan jenis sastra yang melingkupi sajak, sedangkan sajak adalah bagian atau individu puisi. Dalam istilah bahasa Inggrisnya puisi disebut poetry dan sajak disebut poem sedangkan dalam bahasa Belanda gedicht yang berarti sajak.
Gambaran mengenai puisi juga tertuang dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (2003: 903) menguraikan puisi adalah salah satu karya sastra yang terikat oleh irama, matra, rima, dan penyusunannya. Bentuk puisi ditata secara cermat sehingga mempertajam kesadaran orang atau membangkitkan pengalaman pembacanya.
Sarana mengekspresikan ide, menumbuhkan dan membangkitkan perasaan kepada penulis atau penikmatnya, merangsang imajinasi panca indera dengan struktur yang berirama disebut puisi. Semua itu merupakan hal yang sangat krusial, yang direkam dan diekspresikan, dalam pengungkapannya menarik dan meninggalkan kesan. Dengan demikian, puisi itu merupakan rekaman dan hasil interpretasi pengalaman manusia yang penting dan digubah dalam wujud yang paling berkesan (Pradopo, 2009:7).
Sebuah referensi yang berupa buku kecil mampu menjelaskan pandangan puisi dikemukakan oleh (Har, 2011 : 48) adalah rangkaian kata sarat makna, sebagai ungkapan hati yang sangat pribadi atau sebagai kata yang dipilih dan disusun sedemikian rupa sehingga mempunyai makna dan rasa tertentu. Puisi itu ungkapan kata- kata pribadi.
Pada umumnya defenisi puisi yang dikemukakan oleh para penyair romantik Inggris menurut Ahmad (dalam Pradopo, 2009 : 6) antara lain, Samuel Taylor Coleridge mengemukakan puisi adalah kata-kata yang indah dalam susunan terindah. Carlyle mengatakan bahwa puisi merupakan pemikiran yang bersifat musikal. Wordsworth mempunyai gagasan bahwa puisi adalah pernyataan perasaan yang imajinatif. Adapun Auden mengemukakan bahwa puisi itu lebih merupakan pernyataan perasaan yang bercampur-baur. Sementara Dunton berpendapat bahwa puisi adalah pemikiran manusia secara konkret dan artistik dalam bahasa emosional serta berirama. Lebih lanjut, Tengsoe Tjahjono mendefinisikan puisi sebagai ungkapan pikiran dan rasa yang padat berirama, dalam bentuk larik dan bait dengan memakai bahasa indah dalam koridor estetik.
Berdasarkan definisi puisi yang dikemukakan para ahli di atas terdapat perbedaan-perbedaan pemikiran mengenai pengertian puisi. Namun, bila pendapat-pendapat itu dipadukan maka dapat disimpulkan puisi adalah salah satu bentuk karya sastra yang kompleks, indah ,dan ekspresif merupakan luapan perasaan penulis yang diungkapkan secara imajinatif. Puisi memiliki struktur batin dan struktur fisik yang membangun puisi dan memuat nilai-nilai atau pesan penulisnya yang bersifat estetik.
Pembelajaran keterampilan menulis puisi dapat disimpulkan sebagai suatu proses menuangkan pikiran/ide yang berupa rangkaian kata terbaik dan terindah yang lahir dari lubuk hati paling dalam, bukan dari kata-kata yang diajarkan oleh orang tua dan guru, tukilan dari buku atau pinjaman dari orang lain, tapi dari pengalaman hidup yang bergejolak dalam jiwa seorang manusia melalui perenungan dan gugatan nurani tentang makna hidup yang sesungguhnya.
b. Langkah-langkah Menulis Puisi
Dalam menulis sebuah puisi ada hal yang perlu diperhatikan agar tercipta suatu karya sastra yang indah. Ada lima langkah dalam menulis sebuah puisi menurut (Har, 2011 : 59 – 105) di bawah ini.
1) Memancing Ide
Segala apa yang kita tulis itu disebut dengan ide. Terkadang memang tidak mudah menemukan ide meskipun banyak ide di sekitar kita. Ide bisa kita temukan dengan merenung dan memikirkannya. Kita bisa menggunakan indra dengan apa yang kita lihat, dengar, cium, rasakan, dan kita raba sebagai bahan untuk puisi kita. Ungkapan perasaan yang bahagia ataupun sedih. Berimajinasi atau membayangkan sesuatu peristiwa baik yang telah atau belum terjadi. Membaca juga salah satu cara yang dapat kita lakukan untuk memancing ide. Misalnya berita koran yang dikaitkan dengan pengalaman kita.
2) Memahami Tema
Tema pada puisi merupakan masalah pokok yang diangkat dalam penulisannya. Tema seringkali menjadi jawaban dari pertanyaan “Apa yang diungkapkan penyair dalam puisinya?” Tema yang biasanya diangkat beragam, misalnya menggunakan tema sosial, politik, adat, keagamaan, keluarga, nasionalisme, alam atau lingkungan hidup, kekerasan dan hak asasi manusia, cinta dan remaja, cinta dan perselingkuhan, hukum, misteri, horor, komedi, dan sebagainya.
3) Pemilihan Judul dan Diksi (Pilihan Kata)
Judul adalah bagian penting dalam puisi. Judul yang baik harus mencerminkan seluruh isi, tetapi judul harus mempertimbangkan aspek keindahan atau kepadatannya. Pilihan kata yang melekat pada sebuah puisi harus meninggalkan kesan yang mendalam dibenak pembaca. Pilihan kata yang dipilih mempunyai makna dan diungkapkan dengan cara yang tidak biasa.
4) Penggunaan Kata-kata Kiasan
Kata kiasan atau gaya bahasa menjadi sarana dalam melahirkan puisi yang bernilai estetis. Pemilihan kata atau diksi dapat menggunakan bahasa figuratif. Cara menulis bahasa figuratif dengan memanfaatkan kiasan. Kiasan adalah cara melukiskan sesuatu dengan jalan menyamakan dengan sesuatu yang lain. Salah satunya dalam penggunaan majas. Fungsi majas sebagai bahasa figuratif, yaitu dapat memperjelas, menjadikan lebih menarik, dan memberikan daya hidup dalam puisi atau karya sastra tersebut. Misalnya personifikasi, simile dan hiperbola.
5) Mengedit
Mengedit adalah menilai kembali kata-kata yang kita tulis dan mengubahnya sehingga menjadi lebih bagus. Pada langkah inilah kita membaca kembali baris-baris puisi dan menilainya. Apakah kita perlu mengubahnya dengan kata yang lain atau membiarkannya karena sudah bagus.
Dalam peningkatan pembelajaran keterampilan menulis melalui penciptaan suatu puisi maka siswa bebas mengekpresikan pengalaman-pengalaman hidup, pikiran, perasaan, imajinasi, dan cita-cita. Ekspresi dalam menulis puisi tetap harus memperhatikan estetika atau keindahan berbahasa. Ekspresi yang disampaikan dengan bahasa penuh keindahan akan dapat menghadirkan kenikmatan tersendiri bagi pembaca. Chairil Anwar merupakan salah satu sastrawan yang banyak menulis puisi dengan mementingkan isi dalam mengekspresikan pikiran dan perasaannya daripada bentuk puisi itu sendiri (suwandi dan Sutarmo, 2008: 170).
c. Kriteria penilaian puisi
Penilaian suatu karya sastra yang objektif dan dapat dipertanggungjawabkan, pusat perhatian kita harus jatuh pada karya itu sendiri dan bukan karena pengarangnya atau latar belakang pengarang yang bersangkutan. Inilah yang disebut ergosentrisme, yaitu penilaian yang berangkat dan berpusat pada karyanya itu sendiri, dan bukan karena pengarangnya, teman-temannya atau tokoh-tokoh yang digambarkannya. Itulah sebabnya, kriteria-kriteria apa saja yang dapat digunakan sebagai dasar untuk menentukan baik buruknya, berhasil tidaknya karya sastra itu, khususnya pada karya sastra yang bergenre puisi (Mahayana, 2008 : 1).
Berdasarkan kriteria terhadap keberhasilan atau kegagalan sebuah karya sastra, khususnya puisi. Dapat dilakukan dengan mencermati sedikitnya kelima yang menjadi dasar penilaian objektif dan dapat dipertanggungjawabkan. Kebaruan tema, pemilihan judul, pemilihan diksi, penggunaan gaya bahasa, dan kesesuaian isi dengan tema.
Kriteria pertama kebaruan tema pada puisi yang dituliskan. Apakah puisi itu memperlihatkan kebaruan (inovasi). Modern dalam hal pemilihan tema. Kedua, pemilihan judul yang dipilih harus sesuai dengan tema yang diangkat agar. Ketiga pilihan kata (diksi). Dari pilihan kata maka kepaduan puisi dari setiap baitnya akan tergambar dan keseluruhannya akan membangun sebuah tema. Keempat, Pemanfaatan gaya bahasa. Gaya bahasa yang digambarkan sesuai dengan suasana yang akan diciptakan, memancarkan banyak makna, dan mampu menghidupkan suasana dalam puisi yang dituliskan. Kelima, kesesuaian isi dengan tema mengandung tujuan atau maksudyang ingin disampaikan, sesuai dengan tema.
Pemahaman mengenai sedikitnya lima aspek penilaian puisi mempunyai ukuran, parameter atau dasar dalam objektivitas untuk menilai keberhasilan keterampilan menulis puisi siswa. Paling tidak penilaian mengenai puisi mempunyai landasan, yang dapat dipertanggungjawabkan secara objektif dan beralasan.
*Berasal dari berbagai sumber. Bertujuan hanya untuk membagi ilmu :)
No comments:
Post a Comment