Salah satu prinsip pembelajaran bahasa yang dikemukakan oleh Parera (1986) adalah ajarkanlah bahasa dan bukan tentang bahasa. Pernyataan tersebut berangkat pada suatu kenyataan bahwa proses pembelajaran bahasa Indonesia mengarah pada pemahaman dan penghapalan kaidah-kaidah tata bahasa. Hal ini mengakibatkan para siswsa pada menguraikan tata bahasa, tetapi tidak dapat mempergunakan bahasa itu dalam komunikasi dengan baik dan benar.
Keberadaan suatu bahasa dapat memungkinkan manusia untuk saling berkomunikasi, saling berbagi pengalaman. Saling belajar dari yang lain, dan memungkinkan pengembangan intelektual. Mata pelajaran bahasa dan sastra Indonesia adalah program untuk mengembangkan pengetahuan, keterampilan berbahasa dan sikap positif terhadap bahasa Indonesia.
Pembelajaran sastra dimaksudkan untuk meningkatkan kemampuan siswa mengapresiasi karya sastra. Kegiatan mengapresiasi sastra berkaitan erat dengan letihan mempertajam perasaan,penalaran dan daya hayal, serta kepekaan terhadap masyarakat, budaya dan lingkungan hidup. Perbandingan bobot antara pembelajaran bahasa dan satra sebaiknya seimbang dan dapat disajikan secara terpadu, misalnya wacana satra dapat sekaligus dijadikan sebagai bahan pembelajaran bahasa.
Berdasarkan uraian tersebut, dapatlah dipahami bahwa pembelajaran bahasa dan satra Indonesia senantiasa menekankan pada pembelajaran dalam konteks komunikatif yang nyata, baik pada aspek mendengarkan, berbicara, membaca dan menulis. Dalam kegiatan pembelajaran. Materi kesastraan dapat dijadikan untuk kepentingan pembelaran aspek kebahasaan.
Keberadaan suatu bahasa dapat memungkinkan manusia untuk saling berkomunikasi, saling berbagi pengalaman. Saling belajar dari yang lain, dan memungkinkan pengembangan intelektual. Mata pelajaran bahasa dan sastra Indonesia adalah program untuk mengembangkan pengetahuan, keterampilan berbahasa dan sikap positif terhadap bahasa Indonesia.
Pembelajaran sastra dimaksudkan untuk meningkatkan kemampuan siswa mengapresiasi karya sastra. Kegiatan mengapresiasi sastra berkaitan erat dengan letihan mempertajam perasaan,penalaran dan daya hayal, serta kepekaan terhadap masyarakat, budaya dan lingkungan hidup. Perbandingan bobot antara pembelajaran bahasa dan satra sebaiknya seimbang dan dapat disajikan secara terpadu, misalnya wacana satra dapat sekaligus dijadikan sebagai bahan pembelajaran bahasa.
Berdasarkan uraian tersebut, dapatlah dipahami bahwa pembelajaran bahasa dan satra Indonesia senantiasa menekankan pada pembelajaran dalam konteks komunikatif yang nyata, baik pada aspek mendengarkan, berbicara, membaca dan menulis. Dalam kegiatan pembelajaran. Materi kesastraan dapat dijadikan untuk kepentingan pembelaran aspek kebahasaan.
No comments:
Post a Comment