Monday, 14 April 2014

Metode Quantum Learning

Metode Quantum Learning termasuk baru diterapkan dalam dunia pendidikan dan pengajaran di Indonesia. Melalui cara ini siswa tidak hanya diajar banyak tentang teori dan praktek, tetapi mereka juga membangun rasa percaya diri, merasa berhasil dalam hidup mereka dan bergembira, yang semuanya dalam waktu yang bersamaan (DePorter, 1999: 2).


Quantum Learning mencakup aspek-aspek penting dalam program neurolinguistik (NLP), yaitu suatu penelitian tentang bagaimana otak mengatur informasi. Program ini meneliti hubungan antara perkataan dan perbuatan yang dapat digunakan untuk menciptakan jalinan pengertian antara siswa dan guru. Para pendidik mengetahui penggunaan kata-kata yang positif untuk meningkatkan tindakan positif. Melalui metode ini, juga dapat menunjukkan gaya belajar terbaik dari setiap orang, sehingga siswa mampu mengoptimalkan cara belajar untuk menjadi pegangan mencapai keberhasilan.

Metode Quantum Learning ini mencoba memberikan siswa kebebasan berekspresi dalam belajar sesuai dengan tipe belajar mereka masing-masing dan musik latar untuk menciptakan suasana yang santai. Musik sangat penting untuk lingkungan Quantum Learning, karena sebenarnya berhubungan dan mempengaruhi kondisi fisiologis seseorang. Selama melakukan pekerjaan mental yang berat, denyut nadi dan tekanan darah meningkat, gelombang otak semakin cepat dan otot-otot menegang, sedangkan jika dengan musik yang tepat akan mempengaruhi denyut nadi dan tekanan darah menurun, gelombang otak melambat dan otot-otot menjadi relaks (DePorter, 1999: 74).

Berdasarkan uraian di atas, maka dapat dipahami bahwa Quantum Learning merupakan suatu metode pembelajaran yang menyenangkan dengan berusaha mengkombinasikan pekerjaan mental yang menekankan dengan fisiologi relaks, sehingga siswa merasa bergembira dalam belajar yang nantinya melahirkan siswa yang istimewa.

Teori yang menjadi dasar dalam metode Quantum Learning adalah:

1) Teori otak kanan/otak kiri

Dua belahan otak dikenal dengan belahan otak kanan dan otak kiri. Orang yang memanfaatkan kedua belahan otak ini akan cenderung seimbang dalam setiap aspek kehidupan mereka. Belajar terasa sangat mudah bagi mereka karena mempunyai pilihan untuk menggunakan bagian otak yang diperlukan dalam setiap pekerjaan yang sedang dihadapi. Kerja otak kiri sangat logis dan rasional, sedangkan otak kanan berisfat acak dan tidak beraturan. Cara berpikirnya sesuai dengan cara-cara untuk mengetahui hal yang bersifat non verbal, seperti perasaan, emosi, pengenalan bentuk dan pola, musik, kepekaan warna dan kreativitas.

Ketika otak kiri sedang bekerja seperti mempelajari materi baru maka otak kanan akan cenderung terganggu selama konsentrasi dalam belajar. Itulah sebabnya kadang-kadang seseorang melamun dan memperhatikan pemandangan. Oleh karena itu, memasang musik, menggambar atau lainnya merupakan cara efektif untuk menyibukkan otak kanan (DePorter, 1999: 38).

2) Pilihan Modalitas (Visual, Auditorial, dan Kinestetika)

Gaya belajar merupakan kunci untuk mengembangkan kinerja dalam pekerjaan dan sekolah karena setiap orang mempunyai cara yang optimal dalam mempelajari informasi baru. Pada awal pengalaman belajar, salah satu diantara langkah-langkah pertama adalah mengenali modalitas seseorang sebagai modalitas visual, auditorial, dan kinestetika (V-A-K). Orang visual belajar melalui apa yang dilihatnya, orang auditorial belajar melalui apa yang didengarnya, dan orang kinestetika belajar lewat gerak dan sentuhan. Walaupun ada orang yang belajar dengan menggunakan ketiga modalitas ini pada tahapan tertentu, tetapi kebanyakan orang lebih cenderung pada salah satu diantara ketiganya (DePorter, 1999: 112).

Adapun ciri-ciri ketiga tipe belajar tersebut sebagai berikut:

1. Tipe Visual

a. Tipe visual mudah mengingat apa yang dilihat daripada yang didengar.

b. Mengingat dengan asosial visual.

c. Sulit untuk mengingat informasi kecuali jika ditulis.

d. Lebih suka seni daripada musik.

e. Pembaca cepat dan tekun.

2. Tipe Auditorial

a. Tipe auditorial senang membaca dengan keras dan mendengarkannya.

b. Dapat mengulang kembali dan menirukan nada, birama dan warna suara.

c. Belajar dengan mendengarkan dan mudah mengingat apa yang didengar dari pada yang dilihat.

d. Lebih suka musik daripada seni.

3. Tipe Kinestetika

a. Tipe kinestetika mudah belajar melalui praktek.

b. Selalu berorientasi pada fisik dan banyak bergerak.

c. Menggunakan jari sebagai petunjuk ketika membaca.

d. Banyak menggunakan isyarat tubuh.

e. Tidak dapat duduk diam untuk waktu lama.

Berdasarkan uraian di atas maka DePorter (1999: 40) menyatakan bahwa:

Setiap orang sebenarnya memiliki potensi otak yang sama besar dengan Einstein, tinggal bagaimana orang itu mengolahnya dengan mengoptimalkan modalitas belajar manusia yaitu tipe visual, auditorial, dan kinestetika. Bila seseorang mampu mengenali tipe belajarnya dan melakukan pembelajaran yang sesuai maka belajar akan terasa sangat menyenangkan dan memberikan hasil yang optimal.

Kelebihan dan kekurangan Quantum Learning adalah:

Kelebihan

a. Menciptakan suasana belajar yang menyenangkan.

b. Membangun rasa percaya diri pada siswa.

c. Menumbuhkan kreativitas siswa dalam belajar.

d. Meningkatkan kemampuan berkomunikasi dalam suatu lingkungan yang menyenangkan.

Kekurangan

Hanya dapat diterapkan oleh guru yang memiliki kesabaran dan kemampuan memadukan ketiga unsur visual, auditorial dan kinestetik dalam mengajar, sedangkan tidak semua guru mampu melakukannya kemampuan tersebut.

Langkah-langkah metode Quantum Learning yang sebenarnya diterapkan mencakup banyak bidang keterampilan yang semuanya terpadu secara menyeluruh sehingga menciptakan kondisi yang sempurna untuk belajar apa saja, antara lain:

1) menciptakan lingkungan belajar yang sempurna

Bagi pelajar Quantum, faktor lingkungan sama dengan penataan panggung. Cara menata ruang, musik, penataan cahaya dan bantuan visual di dinding dan papan iklan semua merupakan kunci-kunci dalam menciptakan lingkungan belajar yang optimal dan membuat siswa merasa senang jika berada dalam ruangan.

2) Membangun sikap positif.

3) Memberikan motivasi.

Quantum Learning menciptakan konsep motivasi, langkah-langkah menumbuhkan minat belajar dan belajar aktif.

4) Menemukan cara belajar

Sistem identifikasi cara belajar visual, auditorial, dan kinestetika membedakan bagaimana seseorang menyerap informasi untuk menentukan dominasi otak dan bagaimana memproses informasi, aktivitas-aktivitas yang berbeda memerlukan cara berpikir yang berbeda pula. Mengetahui gaya belajar yang berbeda akan membantu guru untuk dapat mendekati semua peserta didik dalam menyampaikan informasi.

5) Mempelajari cara membaca dengan cepat

6) Mempelajari teknik menulis yang canggih seperti cara menulis peta pikiran

7) Berpikir kreatif 
Source: 
Deporter,B.Mike .1999. Quantung Learning Membiasakan Belajar Nyaman dan Menyenangkan. Bandung: Penerbit Kaifa.

No comments:

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...