Sunday 20 January 2013

Cerpen: My Mistake

Aku memandangi gaun putih yang tergantung di dekat lemariku. Esok hari adalah hari pernikahanku. Seharusnya esok menjadi hari yang paling membahagiakan bagiku. Hari dimana aku akan menempuh hidup baru. Dengan status baru sebagai seorang istri. Tapi aku sama sekali tidak merasakan hal itu. Aku tidak merasa bahagia.
            Sampai detik saat banyak orang yang menungguku keluar dari ruangan menuju altar. Aku masih tidak bisa merasakan kebahagiaan itu. Aku berjalan menuju altar dengan senyum palsu terukir di bibirku. Langkahku terasa berat. Di sampingku, ayahku dengan senyum bahagia menuntunku menuju altar tempat seorang pria telah menungguku. Seseorang yang baru kukenal beberapa hari. Dan dari beberapa hari itu, aku hanya tahu namanya, Adam.

            Beberapa detik menuju altar terasa seperti menempuh jarak ribuan kilometer. Ya, karena langkahku terasa berat. Namun, aku tidak bisa mengelak lagi. Aku tidak bisa menghindar lagi. Mungkin, ini memang sudah takdirku untuk hidup bersama seseorang yang tak kuinginkan.

            Ada sela di mana aku berdoa dalam hati, agar waktu berhenti detik itu juga. Atau aku dapat menghilang detik itu juga. Namun, aku tak bisa berbuat apa-apa. Hingga  aku sampai di altar dan mengucap janji di depan Tuhan. Meski Tuhan tahu aku berbohong.

            “Aku harus bagaimana, Ryan? Orang tuaku sudah menjodohkanku dengan orang lain. Apa yang harus aku lakukan?”

            “Apa kau ingat, Ryan? Aku pernah berjanji kalau aku tidak akan menikah selain denganmu. Maaf, aku tidak bisa memenuhi janjiku. Aku harus menerima pernikahan ini. Menurut orang tuaku, dia orang yang baik. Aku akan menerima pernikahan ini.”

            Masih terngiang ucapan terakhirku pada kekasihku, Ryan. Sebelum akhirnya aku meninggalkannya meski ia berulang kali memanggil namaku. Aku pergi.

            Tiga bulan berlalu. Aku telah hidup seperti pelayan sekaligus pelacur dalam waktu yang bersamaan. Orang yang bernama Adam itu tidak sebaik yang aku dan orang tuaku pikirkan sebelumnya. Dia tidak sepertimu. Dia pemarah. Dia tidak sabar. Dia hanya memikirkan dirinya sendiri.

            Dia selalu memerintah. Dia tak pernah menyayangiku tulus. Aku harus selalu menuruti perintahnya. Aku harus selalu memenuhi nafsunya meski aku tak mau. Dan dia hanya akan memberiku uang setelah dia puas. Ini menyiksa. Aku sangat menderita.

            Akhirnya aku memutuskan untuk berhenti berpura-pura. Aku tidak mau menjadi alat pemuas nafsu belaka. Aku menginginkan kebahagiaan. Kebahagiaan bersama seseorang yang kucintai dan mencintaiku.

            Kesalahanku adalah memilih seseorang yang bukan dirimu. Hidup bersama seseorang yang bukan dirimu. Menjalani kehidupan berumahtangga dengan seseorang yang bukan dirimu. Dan menyerahkan harta paling berharga bagiku pada seseorang yang bukan dirimu.

Sekarang aku menyesal. Aku tahu aku telah salah. Aku salah sejak awal dengan menerima pinangan dari seseorang yang bukan dirimu. Seharusnya aku tahu aku tidak akan bisa mencintai orang lain selain dirimu. Seharusnya aku sadar aku tidak akan bisa bahagia bersama seseorang yang bukan dirimu. Seharusnya aku sabar menunggumu kembali padaku.

Namun, semua telah terlambat. Hidupku sudah hancur kerena kesalahanku. Diriku sudah hampa karena kesalahanku. Aku pun sudah tak dapat lagi bersamamu karena kesalahanku. Aku tak memiliki apa-apa lagi yang dapat kuberikan padamu. Ini sangat menyakitkan. Tapi aku tak dapat mengubah segalanya seperti sedia kala. Aku sudah hancur.

Kuharap kau menemukan seseorang yang lebih baik dariku. Seseorang yang tidak akan membuat kesalahan sepertiku. Maafkan aku, cintaku. Aku bersalah padamu....

(Created by Shaoran Amalia)

No comments:

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...