Wednesday, 25 December 2013

Pertumbuhan Fisik Remaja


Remaja sebagai periode tertentu dari kehidupan manusia merupakan suatu konsep yang relatif baru dalam kajian psikologi. Di negara-negara Barat, istilah remaja dikenal dengan “adolescence” yang berasal dari kata dalam bahasa Latin “adolescere” (kata bendanya adolescentia = remaja), yang berarti tumbuh menjadi dewasa atau dalam perkembangan menjadi dewasa.

Untuk merumuskan sebuah definisi yang memadai tentang remaja tidaklah mudah, sebab kapan masa remaja berakhir dan kapan anak remaja berubah menjadi dewasa tidak dapat ditetapkan secara pasti. Kesulitan untuk memastikan kapan berakhirnya masa adolesen ini, diantaranya karena adolesen sesungguhnya merupakan suatu ciptaan budaya, yakni suatu konsep yang muncul dalam masyarakat modern sebagai tanggapan terhadap perubahan sosial yang menyertai perkembangan industri pada abad ke-19 di Eropa dan Amerika Serikat. Terlepas dari kesulitan merumuskan definisi dan menentukan batas akhir masa remaja, namun dewasa ini istilah “adolesen” atau remaja telah digunakan secara luas untuk menunjukkan suatu tahap perkembangan antara masa anak-anak dan masa dewasa, yang ditandai oleh perubahan-perubahan fisik umum serta perkembangan kognitif dan sosial. Pada mulanya, tanda-tanda perubahan fisik dari masa remaja terjadi dalam konteks pubertas. Dalam konteks ini, kematangan organ-organ seks dan kemampuan reproduktif bertumbuh dengan cepat. Baik anak laki-laki maupun anak perempuan mengalami pertumbuhan fisik yang cepat, yang disebut “growth spurt” (percepatan pertumbuhan), dimana terjadi perubahan dan percepatan pertumbuhan di seluruh bagian dan dimensi badan (Zigler & Stevenson, 1993). Pertumbuhan cepat bagi anak perempuan terjadi 2 tahun lebih awal dari anak laki-laki. Umumnya anak perempuan mulai mengalami pertumbuhan cepat pada usia 10,5 tahun dan anak laki-laki pada usia 12,5 tahun. Bagi kedua jenis kelamin, pertumbuhan cepat ini berlangsung selama kira-kira 2 tahun (Diamond & Diamond, 1986).
 A. Pengertian dan Penyebab Perubahan Fisik 
Pertumbuhan Fisik adalah perubahan fisik yang terjadi dan merupakan gejala primer dalam pertumbuhan remaja. Perubahan-perubahan fisik itu meliputi: pertumbuhan ukuran tubuh, perubahan proporsi tubuh, munculnya ciri-ciri kelamin primer dan ciri kelamin sekunder.

Pertumbuhan tinggi remaja tergantung oleh tiga faktor yaitu: faktor genetik (keturunan), gizi dan variasi individu. Disamping terjadinya pertumbuhan fisik yang pesat, terdapat pula perubahan lainnya. Umumnya pada anak perempuan, pertumbuhan payudara merupakan tanda pertama yang paling nyata.

Penyebab perubahan fisik pada masa remaja adalah adanya dua kelenjar yang aktif bekerja dalam system endokrin. Kelenjar Pituitary yang terletak di dasar otak mengeluarkan dua macam hormon yang diduga erat ada hubungannya dengan perubahan pada masa remaja. Kedua hormon itu adalah hormon pertumbuhan yang menyebabkan terjadinya perubahan ukuran tubuh, dan hormon gonadotropik atau sering disebut hormon yang merangsang gonad agar mulai aktif bekerja. Menjelang individu memasuki masa remaja, kedua hormon itu sudah mulai diproduksi dan semakin banyak ketika individu memasuki masa remaja.

Selama masa remaja, seluruh tubuh mengalami perubahan di bagian luar dan di bagian dalam, baik perubahan struktur tubuh maupun fungsinya. Pada kenyataannya hampir semua bagian tubuh perubahannya mengikuti irama yang tetap, sehingga waktu kejadiannya dapat diperkirakan sebelumnya. Perubahan tersebut tampak jelas sekali pada awal masa remaja.

B. Jenis-jenis Perubahan dalam Pertumbuhan Fisik

Adapun perubahan-perubahan fisik yang penting dan terjadi pada masa remaja adalah:

1. Perubahan Ukuran Tubuh

Irama pertumbuhan mendadak menjadi cepat sekitar dua tahun sebelum anak mencapai taraf pematangan kelaminnya. Setahun sebelum pematangan itu, anak akan bertambah tinggi. Pertumbuhan tubuh seterusnya akan terjadi namun dalam tempo yang sedikit lebih lamban. Anak laki-laki tumbuh terus lebih cepat dari pada anak perempuan. Pertumbuhan anak laki-laki akan mencapai bentuk tubuh dewasa pada usia 19-20 tahun sedang bagi anak perempuan pada usia 18 tahun.

2. Perubahan Proporsi Tubuh

Ciri tubuh yang kurang proporsional pada masa remaja tidak sama untuk seluruh tubuh, adapula bagian tubuh yang semakain proporsional. Proporsi yang tidak seimbang akan berlangsung terus sampai masa puber selesai sehingga akhirnya proporsi tubuh mulai tampak seimbang menjadi proporsi orang dewasa. Perubahan ini terjadi baik di dalam maupun di bagian luar tubuh anak.

3. Ciri Kelamin Primer

Pada masa kanak-kanak, alat kelamin primer masih belum berkembang dengan sempurna. Ketika memasuki masa remaja alat kelamin mulai berfungsi dengan sempurna saat remaja pria berumur 14 tahun. Sedangkan pada anak wanita, indung telurnya mulai berfungsi pada usia 13 tahun.

4. Ciri Kelamin Sekunder

Yang dimaksud dengan ciri kelamin sekunder pada anak perempuan adalah membesarnya buah dada dan mencuatnya puting susu, pinggul melebar, tumbuh rambut di sekitar alat kelamin, tumbuh rambut di ketiak dan suara bertambah nyaring. Sedangkan ciri sekunder pada anak laki-laki adalah tumbuh kumis dan janggot, otot-otot mulai tampak, bahu melebar, nada suara membesar, tumbuh jakun, tumbuh bulu ketiak, bulu dada, bulu di sekitar kelamin, serta perubahan jaringan kulit menjadi lebih kasar dan pori-pori membesar.

C. Kondisi- Kondisi Yang Mempengaruhi Pertumbuhan Fisik

Kondisi-kondisi yang mempengaruhi pertumbuhan fisik remaja antara lain adalah pengaruh keluarga, pengaruh gizi, gangguan emosional, jenis kelamin, status sosial ekonomi, kesehatan dan bentuk tubuh.

1. Pengaruh Keluarga

Pengaruh keluarga meliputi faktor keturunan dan faktor lingkungan. Karena faktor keturunan, sang anak dapat lebih tinggi atau panjang daripada anak lainnya sehingga tubuhnya lebih berat, jika ayah dan ibu atau kakeknya tingggi dan panjang.

2. Pengaruh Gizi

Anak yang memperoleh gizi cukup biasanya akan lebih tinggi tubuhnya dan sedikit lebih cepat mencapai taraf remaja dibandingkan dengan mereka yang kurang memperoleh gizi.

3. Gangguan Emosional

Anak yang terlalu sering mengalami gangguan emosional akan menyebabkan terbentuknya steroid adrenal yang berlebihan. Kondisi ini akan berakibat berkurangnya pembentukan hormon pertumbuhan. Bila terjadi hal demikian, pertumbuhan awal remaja terhambat dan tidak tercapai berat tubuh yang seharusnya.

4. Jenis Kelamin

Anak laki-laki cenderung lebih tinggi dan lebih berat daripada anak perempuan. Terjadinya perbedaan berat dan tinggi tubuh ini karena bentuk tulang dan otot pada anak laki-laki memang berbeda dari anak perempuan.

5. Status Sosial-ekonomi

Anak-anak yang berasal dari keluarga dengan status ekonomi-sosial yang rendah, cenderung lebih kecil dari anak yang berasal dari keluarga yang status ekonomi-sosialnya tinggi.

6. Kesehatan

Anak-anak yang sehat dan jarang sakit, biasanya akan memiliki tubuh yang lebih berat daripada anak yang sering sakit.

7. Pengaruh Bentuk Tubuh

Bentuk tubuh apakah mesomorf,ektomorf, atau endomorf, akan mempengaruhi besar kecilnya tubuh anak. Misalnya, anak yang bangun tubuhnya mesomorf akan lebih besar daripada yang endomorf, karena mereka memang lebih gemuk dan berat.

Daftar Pustaka
Daruma, Rasak, dkk. 2004. Perkembangan Peserta Didik. Makassar: FIP-UNM.

No comments:

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...