Monday, 16 June 2014

Akuntansi Biaya


Biaya merupakan pengorbanan sumber-sumber ekonomi saat ini yang diukur dengan satuan moneter (nilai / uang) untuk memperoleh manfaat di masa yang akan datang.
Macam-macam biaya:
1.      Biaya Bahan Baku
2.      Biaya Tenaga Kerja
3.      Biaya Overhead Pabrik


1. Biaya Bahan Baku

            Bahan baku adalah bahan yang dapat diidentifikasikan dengan suatu produksi barang jadi, yang dapat dengan mudah dilacak ke produk tersebut, dan yang merupakan biaya bahan utama. Sebagai contoh adalah baja yang dipakai membuat mobil. Bahan baku bersama dengan buruh langsung diklasifikasikan sebagai “biaya utama” (prime costs). Biaya bahan baku dapat dibagi menjadi biaya langsung dan tak langsung, klasifikasi ini biasanya didasarkan atas hubungan bahan dengan barang jadi.
            Akuntansi bahan dalam suatu pabrik biasanya melibatkan dua kegiatan: pembelian bahan (membutuhkan adanya permintaan pembelian, order pembelian, dan laporan penerimaan), dan pengeluaran bahan (membutuhkan adanya formulir permintaan bahan).

TABEL 1
RENCANA ABC
                                                                                                                  Rp. 1,- = Rp. 1000,-
Barang
Harga per unit (1)
Pemakaian unit tahunan (2)
%
Total biaya pakai (1) x (2)
%

Rp.
Rp.

Rp.

1
10,-
2.600,-
5,2
26.000,-
34.7
2
20,-
800,-
1,6       10%
16.000,-
21,3         72%
3
7,50
1.600,-
3,2
12.000,-
16,0
4
2,-
4500,-
9,0
9.000,-
12,0
5
1,05
5000,-
10,0      28%
5.250,-
7,0           25%
6
1,-
4500,-
9,0
4.500,-
6,0
7
0,10
14.000,-
28,0
1.400,-
1,9
8
0,05
12.000,-
24,0       62%
600,-
0,8            3 %
9
0,05
5000,-
10,0
250,-
0,3
Jumlah

50.000,-
100,0
75.000,-
100,0

            Rencana ABC (ABC Plan) adalah suatu metode kendali persediaan yang bersifat selektif; diusahakan untuk memisahkan dan mengelompokkan bahan baku menurut harga total.
Bahan dapat dimasukkan dalam buku catatan dengan memakai sistem periodik ataupun terus menerus (perpetual). Sistem periodik relatif sederhana dan tidak memakai catatan kontinyu mengenai banyaknya bahan yang dikeluarkan. Sebaliknya, pada sistem perpetual harga bahan yang dikeluarkan ditentukan pada waktu bahan itu dimasukkan dalam produksi.
Seringkali unit bahan akan berbeda selama periode tertentu. Metode berikut ini telah dikembangkan untuk menentukan harga per unit yang diberlakukan terhadap jumlah bahan yang ada.
1.      Identifikasi khusus. Persediaan akhir dihitung dengan mengalikan jumlah yang ada dengan harga khusus dari unit yang ada. Harga beli untuk tiap persediaan barang harus diketahui.
2.      Rata-rata sederhana. Harga beli yang berbeda-beda dijumlahkan dan jumlahnya dibagi dengan total jumlah pembelian (persediaan awal diberlakukan seperti pembelian).
3.      Rata-rata tertimbang. Setiap jumlah pembelian dan total harga dijumlahkan dan ditambahkan ke persediaan yang ada. Rata-rata tertimbang diperoleh dengan terlebiha dahulu mengalikan setiap harga pembelian dengan jumlah unit dalam setiap pembelian. Jumlah hasil perkalian ini dibagi dengan total jumlah unit yang siap dipakai.
4.      FIFO. Bahan yang dikeluarkan dianggap diperoleh dari pembelian paling awal. Karena itu persediaan akhir akan meliputi harga dari pembelian yang paling akhir.
5.      LIFO. Ini berdasarkan asumsi bahwa bahan yang terakhir diterima adalah yang pertama dikeluarkan. Karena itu, persediaan akhir akan termasuk harga dari pembelian yang paling awal.

2. Biaya Tenaga Kerja

            Buruh (tenaga kerja) adalah usaha phisik atau mental yang dipakai dalam memproduksi suatu produk. Biaya buruh (tenaga kerja) adalah biaya yang dibayar dalam pemakaian sumber daya manusia. Upah untuk para pegawai yang bekerja dalam produksi barang adalah biaya buruh (tenaga kerja). Buruh langsung didefinisikan sebagai semua tenaga kerja yang langsung terlibat dalam produksi suatu produk. Sebagai contoh adalah pegawai perakitan dalam suatu pabrik mobil.
            Harus dipisahkan antara upah tenaga kerja langsung dan upah tenaga kerja tidak langsung.
-          Upah tenaga kerja langsung dicatat dengan mendebit rekening barang dalam proses dan membuat kartu pesanan produksi tersebut.
-          Upah tenaga kerja tidak langsung dicatat dengan mendebit BOP  sesungguhnya.

Pencatatan Biaya Tenaga Kerja dilakukan melalui 3 tahap, yaitu:
1.      Pencatatan biaya tenaga kerja yang teutang oleh perusahaan
Gaji dan upah                                      xxx
            Utang gaji dan upah                            xxx
2.      Pencatatan distribusi biaya tenaga kerja
-  Langsung: dibebankan kepada pesanan yang bersangkutan
- Tidak langsung
- Biaya tenaga kerja non produksi: Biaya beban produksi yang dibebankan ke rekening kontrol. Contoh: Biaya pemasaran.
3.      Pencatatan pembayaran gaji dan upah.

Jurnal biaya disribusi tenaga kerja yaitu:
  BDP-BTKL                                      xxx
  BOP sesungguhnya                          xxx
  Biaya administrasi dan umum          xxx
  Biaya pemasaran                               xxx
            Gaji dan upah                                                  xxx

  Utang gaji dan upah                         xxx
            Kas                                                                  xxx

            Beberapa perusahaan telah menentukan rencana uang perangsang sebagai alat untuk meningkatkan produktifitas, memperkecil biaya dan meningkatkan kontrol biaya. Sebelum dipakai suatu rencana uang perangsang, maka ke semua faktor baik baik yang positif maupun negatif, harus dipertimbangkan dengan hati-hati. Akuntansi buruh (tenaga kerja) dalam suatu pabrik umumnya melibatkan tiga kegiatan: mencatat waktu, perhitungan total daftar gaji, pembukuan untuk mencatat pembayaran daftar gaji dan hutang yang dipotong pada setiap periode bayar gaji. Pembukuan yang diperlukan akan tergantung pada sistem akumulasi biaya yang dipakai oleh perusahaan itu.
            Bila suatu perusahaan memperkenalkan proses atau produk yang baru, tingkat hasil per jam akan dipengaruhi oleh “proses belajar”. Pada waktu pegawai sudah lebih terbiasa dengan suatu prosedur, maka hasil akan meningkat dengan menurunnya biaya tenaga kerja per unit. Sebelum menentukan standars, atau mengevaluasi biaya kini dan masa datang, manajemen harus menghitung pengaruh kurva belajar pada biaya tenaga kerja.

3. Biaya Overhead Pabrik

            Biaya overhead pabrik adalah semua biaya pabrikasi selain dari bahan baku dan tenaga kerja. Biaya overhead pabrik dapat diklasifikasikan dalam tiga kelompok yaitu variabel, tetap (fixed), dan semi variabel. Pengklasifikasian biaya overhead pabrik didasarkan pada sifat perubahannya dalam hubungannya dengan produksi artinya apakah biaya berubah-ubah sesuai dengan unit yang diproduksi, tetap konstan untuk tingkat relevansi produksi yang tinggi, atau yang mana biaya tetap selalu konstan disebut relevant range. Semakin tinggi relevant range untuk suatu biaya, akan lebih tepat biaya tersebut diklasifikasikan sebagai biaya tetap.
            Anggaran atau estimasi biaya overhead pabrik dapat didasarkan pada pengalaman masa lalu, ternd-trend industri atau ramalan ekonomi. Tarif biaya overhead pabrik yang ditentukan sebelumnya biasanya dihitung dengan menggunakan salah satu atau lebih dari empat tingkat produksi berikut yaitu: kapasitas teoristis, kapasitas normal, dan kapasitas sesungguhnya yang diharapkan.
            Kapasitas teoristis adalah kemampuan produksi maksimum pada kondisi yang ideal. Kapasitas praktis adalah kapasitas teoristis dikurangi dengan kemungkinan adanya pembatas ekstern. Kapasitas normal didasarkan pada rata-rata tingkat produksi yang konstan yang meliputi tingkat yang tinggi dan pendek alami. Kapasitas sesungguhnya yang diharapkan adalah hasil yang diantisipasikan untuk periode-periode yang akan datang. Hanya kapasitas normal dan kapasita sesungguhnya yang diharapkan yang memperhitungkan antara permintaan dan produksi karena itu, kapasitas normal dan kapasitas sesungguhnya yang diharapkan adalah yang paling relevan untuk menghitung tarif biaya overhead pabrik. Kapasitas normal menghasilkan angka-angka yang konstan, biaya per unit yang ditentukan sebelumnya untuk periode yang berbeda, sedangkan kapasitas sesungguhnya yang diharapkan dapat menghasilkan biaya per unit yang berbeda dari periode ke periode.

TABEL 2
ALOKASI BIAYA DENGAN METODE ALJABAR
                                                                        (dalam ribuan rupiah)

DEPT. PEMBANTU
DEPT/ PRODUKSI
Pemeliharaan gedung dan lantai (X)
Administrasi umum pabrik (Y)
Mesin (A)
Perakitan (B)
Biaya total
10.000
7.500
36.500
44.600
Dialokasikan ke dept. Produksi A dan B
(11.735)
1.173 (1)
4.964 (2)
5.868 (3)
Dialokasikan ke dept. Pembantu X dan dept. Produksi A dan B
1.735 (4)
(8.673)
5.203 (5)
1.735 (6)
Saldo setelah dialokasi
0
0
46.397
52.203
Tarif biaya overhead pabrik


25,78 (7)
54,95 (8)

Perhitungannya:
Alokasi departemen X, pemeliharaan gedung dan lantai:

                                                            % jasa yang diterima x biaya total
(1) ke dept. Y- adm. Umum pabrik    Rp. 1.173.000,- ( 10 x Rp. 11.735.000,-)
(2) ke dept. A – mesin                                    Rp. 4.694.000,- ( 40 x Rp. 11.735.000,-)
(3) ke dept. B – perakitan                   Rp. 5.868.000,- ( 50 x Rp. 11.735.000,-)
                                                            Rp. 11.735.000,-

Alokasi departemen X, administrasi umum pabrik


% jasa yang diterima x biaya total
(4) ke dept. X – pemeliharan gedung dan lantai
Rp. 1.735.000,-
( 20 x Rp. 8.673.000,-)
(5) ke dept. A – mesin
Rp. 5.203.000,-
( 60 x Rp. 8.673.000,-)
(6) ke dept. B – perakitan
Rp. 1.735.000,-
( 20 x Rp. 8.673.000,-)

Rp. 8.673.000,-

Tarif biaya overhead pabrik (didasarkan pada jam buruh langsung) untuk departemen produksi:
                                                                        Biaya total ÷ jam buruh langsung
(7) untuk dept. A, mesin Rp. 25.780,-            ( Rp. 46.397.000,- ÷ 1.800 )
(8) untuk dept. B, perakitan Rp. 54.950,-       ( Rp. 52.203.000,- ÷ 950 )     
                       
            Tarif biaya overhead pabrik dihitung dalam presentase atau dalam rupiah dari satuan produksi. Banyak dasar yang dapat digunakan sepanjang dasar tersebut mempunyai hubungan terhadap sifat biaya overhead dan relatif mudah untuk menggunakannya. Biaya overhead pabrik dibebankan ke produksi berdasarkan tarif yang telah ditentukan sebelumnya sementara barang diproduksi.
            Biaya-biaya yang dikeluarkan untuk mengoperasikan departemen pembantu dialokasikan dengan metode langsung, metode bertahap, atau metode aljabar ke departemen produksi yang tepat sebagai bagian dari biaya pabrik.
            Metode langsung meliputi alokasi biaya departemen pembantu langsung ke departemen produksi, dan mengabaikan jasa-jasa yang diberikan oleh salah satu depatemen pembantu ke departemen pembantu yang lain. Biaya-biaya dialokasikan dengan metode ini dengan dasar yang relevan terhadap jasa yang diberikan.
            Metode bertahap mengalokasikan biaya departemen pembantu ke departemen pembantu yang lain dan juga ke departemen produksi. Tetapi metode ini mengabaikan jasa timbal balik antara departemen pembantu, sebab segera setelah biaya salah satu departemen pembantu dialokasikan, tidak ada biaya lain yang dapat dialokasikan ke departemen tersebut.    
            Metode aljabar memperhitungkan jasa timbal balik dan menggunakan persamaan berganda. Metode ini lebih tepat dibandingkan dengan metode dan/atau metode bertahap, tetapi sedikit lebih kompleks dan sering digunakan dalam sistem yang telah menggunakan komputer. Masing-masing metode menghasilkan tarif yang berbeda.

No comments:

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...