Biaya merupakan pengorbanan
sumber-sumber ekonomi saat ini yang diukur dengan satuan moneter (nilai / uang)
untuk memperoleh manfaat di masa yang akan datang.
Macam-macam biaya:
1.
Biaya Bahan Baku
2.
Biaya Tenaga Kerja
3.
Biaya Overhead Pabrik
1. Biaya Bahan Baku
Bahan baku
adalah bahan yang dapat diidentifikasikan dengan suatu produksi barang jadi,
yang dapat dengan mudah dilacak ke produk tersebut, dan yang merupakan biaya
bahan utama. Sebagai contoh adalah baja yang dipakai membuat mobil. Bahan baku
bersama dengan buruh langsung diklasifikasikan sebagai “biaya utama” (prime
costs). Biaya bahan baku dapat dibagi menjadi biaya langsung dan tak langsung,
klasifikasi ini biasanya didasarkan atas hubungan bahan dengan barang jadi.
Akuntansi
bahan dalam suatu pabrik biasanya melibatkan dua kegiatan: pembelian bahan
(membutuhkan adanya permintaan pembelian, order pembelian, dan laporan
penerimaan), dan pengeluaran bahan (membutuhkan adanya formulir permintaan
bahan).
TABEL 1
RENCANA ABC
Rp.
1,- = Rp. 1000,-
Barang
|
Harga
per unit (1)
|
Pemakaian
unit tahunan (2)
|
%
|
Total
biaya pakai (1) x (2)
|
%
|
|
Rp.
|
Rp.
|
|
Rp.
|
|
1
|
10,-
|
2.600,-
|
5,2
|
26.000,-
|
34.7
|
2
|
20,-
|
800,-
|
1,6
10%
|
16.000,-
|
21,3 72%
|
3
|
7,50
|
1.600,-
|
3,2
|
12.000,-
|
16,0
|
4
|
2,-
|
4500,-
|
9,0
|
9.000,-
|
12,0
|
5
|
1,05
|
5000,-
|
10,0 28%
|
5.250,-
|
7,0 25%
|
6
|
1,-
|
4500,-
|
9,0
|
4.500,-
|
6,0
|
7
|
0,10
|
14.000,-
|
28,0
|
1.400,-
|
1,9
|
8
|
0,05
|
12.000,-
|
24,0 62%
|
600,-
|
0,8 3 %
|
9
|
0,05
|
5000,-
|
10,0
|
250,-
|
0,3
|
Jumlah
|
|
50.000,-
|
100,0
|
75.000,-
|
100,0
|
Rencana
ABC (ABC Plan) adalah suatu metode kendali persediaan yang bersifat selektif;
diusahakan untuk memisahkan dan mengelompokkan bahan baku menurut harga total.
Bahan dapat dimasukkan dalam buku
catatan dengan memakai sistem periodik ataupun terus menerus (perpetual).
Sistem periodik relatif sederhana dan tidak memakai catatan kontinyu mengenai
banyaknya bahan yang dikeluarkan. Sebaliknya, pada sistem perpetual harga bahan
yang dikeluarkan ditentukan pada waktu bahan itu dimasukkan dalam produksi.
Seringkali unit bahan akan berbeda
selama periode tertentu. Metode berikut ini telah dikembangkan untuk menentukan
harga per unit yang diberlakukan terhadap jumlah bahan yang ada.
1.
Identifikasi khusus. Persediaan akhir
dihitung dengan mengalikan jumlah yang ada dengan harga khusus dari unit yang
ada. Harga beli untuk tiap persediaan barang harus diketahui.
2.
Rata-rata sederhana. Harga beli yang
berbeda-beda dijumlahkan dan jumlahnya dibagi dengan total jumlah pembelian
(persediaan awal diberlakukan seperti pembelian).
3.
Rata-rata tertimbang. Setiap jumlah
pembelian dan total harga dijumlahkan dan ditambahkan ke persediaan yang ada.
Rata-rata tertimbang diperoleh dengan terlebiha dahulu mengalikan setiap harga
pembelian dengan jumlah unit dalam setiap pembelian. Jumlah hasil perkalian ini
dibagi dengan total jumlah unit yang siap dipakai.
4.
FIFO. Bahan yang dikeluarkan dianggap
diperoleh dari pembelian paling awal. Karena itu persediaan akhir akan meliputi
harga dari pembelian yang paling akhir.
5.
LIFO. Ini berdasarkan asumsi bahwa bahan
yang terakhir diterima adalah yang pertama dikeluarkan. Karena itu, persediaan
akhir akan termasuk harga dari pembelian yang paling awal.
2. Biaya Tenaga Kerja
Buruh
(tenaga kerja) adalah usaha phisik atau mental yang dipakai dalam memproduksi
suatu produk. Biaya buruh (tenaga kerja) adalah biaya yang dibayar dalam
pemakaian sumber daya manusia. Upah untuk para pegawai yang bekerja dalam
produksi barang adalah biaya buruh (tenaga kerja). Buruh langsung didefinisikan
sebagai semua tenaga kerja yang langsung terlibat dalam produksi suatu produk.
Sebagai contoh adalah pegawai perakitan dalam suatu pabrik mobil.
Harus
dipisahkan antara upah tenaga kerja langsung dan upah tenaga kerja tidak
langsung.
-
Upah tenaga kerja langsung dicatat dengan
mendebit rekening barang dalam proses dan membuat kartu pesanan produksi
tersebut.
-
Upah tenaga kerja tidak langsung dicatat dengan
mendebit BOP sesungguhnya.
Pencatatan Biaya Tenaga Kerja dilakukan
melalui 3 tahap, yaitu:
1.
Pencatatan biaya tenaga kerja yang teutang oleh
perusahaan
Gaji
dan upah xxx
Utang gaji dan upah xxx
2.
Pencatatan distribusi biaya tenaga kerja
-
Langsung: dibebankan kepada pesanan yang
bersangkutan
-
Tidak langsung
-
Biaya tenaga kerja non produksi: Biaya beban produksi yang dibebankan ke
rekening kontrol. Contoh: Biaya pemasaran.
3.
Pencatatan pembayaran gaji dan upah.
Jurnal biaya disribusi tenaga kerja yaitu:
BDP-BTKL xxx
BOP
sesungguhnya xxx
Biaya
administrasi dan umum xxx
Biaya
pemasaran xxx
Gaji
dan upah xxx
Utang
gaji dan upah xxx
Kas xxx
Beberapa
perusahaan telah menentukan rencana uang perangsang sebagai alat untuk
meningkatkan produktifitas, memperkecil biaya dan meningkatkan kontrol biaya.
Sebelum dipakai suatu rencana uang perangsang, maka ke semua faktor baik baik
yang positif maupun negatif, harus dipertimbangkan dengan hati-hati. Akuntansi
buruh (tenaga kerja) dalam suatu pabrik umumnya melibatkan tiga kegiatan:
mencatat waktu, perhitungan total daftar gaji, pembukuan untuk mencatat
pembayaran daftar gaji dan hutang yang dipotong pada setiap periode bayar gaji.
Pembukuan yang diperlukan akan tergantung pada sistem akumulasi biaya yang
dipakai oleh perusahaan itu.
Bila
suatu perusahaan memperkenalkan proses atau produk yang baru, tingkat hasil per
jam akan dipengaruhi oleh “proses belajar”. Pada waktu pegawai sudah lebih
terbiasa dengan suatu prosedur, maka hasil akan meningkat dengan menurunnya
biaya tenaga kerja per unit. Sebelum menentukan standars, atau mengevaluasi biaya
kini dan masa datang, manajemen harus menghitung pengaruh kurva belajar pada
biaya tenaga kerja.
3. Biaya Overhead Pabrik
Biaya
overhead pabrik adalah semua biaya pabrikasi selain dari bahan baku dan tenaga
kerja. Biaya overhead pabrik dapat diklasifikasikan dalam tiga kelompok yaitu
variabel, tetap (fixed), dan semi variabel. Pengklasifikasian biaya overhead
pabrik didasarkan pada sifat perubahannya dalam hubungannya dengan produksi
artinya apakah biaya berubah-ubah sesuai dengan unit yang diproduksi, tetap
konstan untuk tingkat relevansi produksi yang tinggi, atau yang mana biaya
tetap selalu konstan disebut relevant range. Semakin tinggi relevant range
untuk suatu biaya, akan lebih tepat biaya tersebut diklasifikasikan sebagai
biaya tetap.
Anggaran atau estimasi biaya overhead
pabrik dapat didasarkan pada pengalaman masa lalu, ternd-trend industri atau
ramalan ekonomi. Tarif biaya overhead pabrik yang ditentukan sebelumnya
biasanya dihitung dengan menggunakan salah satu atau lebih dari empat tingkat
produksi berikut yaitu: kapasitas teoristis, kapasitas normal, dan kapasitas
sesungguhnya yang diharapkan.
Kapasitas
teoristis adalah kemampuan produksi maksimum pada kondisi yang ideal. Kapasitas
praktis adalah kapasitas teoristis dikurangi dengan kemungkinan adanya pembatas
ekstern. Kapasitas normal didasarkan pada rata-rata tingkat produksi yang
konstan yang meliputi tingkat yang tinggi dan pendek alami. Kapasitas
sesungguhnya yang diharapkan adalah hasil yang diantisipasikan untuk periode-periode
yang akan datang. Hanya kapasitas normal dan kapasita sesungguhnya yang
diharapkan yang memperhitungkan antara permintaan dan produksi karena itu,
kapasitas normal dan kapasitas sesungguhnya yang diharapkan adalah yang paling
relevan untuk menghitung tarif biaya overhead pabrik. Kapasitas normal
menghasilkan angka-angka yang konstan, biaya per unit yang ditentukan
sebelumnya untuk periode yang berbeda, sedangkan kapasitas sesungguhnya yang
diharapkan dapat menghasilkan biaya per unit yang berbeda dari periode ke
periode.
TABEL 2
ALOKASI BIAYA DENGAN
METODE ALJABAR
(dalam
ribuan rupiah)
|
DEPT. PEMBANTU
|
DEPT/
PRODUKSI
|
||
Pemeliharaan gedung dan lantai (X)
|
Administrasi umum pabrik (Y)
|
Mesin (A)
|
Perakitan
(B)
|
|
Biaya total
|
10.000
|
7.500
|
36.500
|
44.600
|
Dialokasikan ke dept.
Produksi A dan B
|
(11.735)
|
1.173 (1)
|
4.964 (2)
|
5.868
(3)
|
Dialokasikan ke dept.
Pembantu X dan dept. Produksi A dan B
|
1.735 (4)
|
(8.673)
|
5.203 (5)
|
1.735
(6)
|
Saldo setelah dialokasi
|
0
|
0
|
46.397
|
52.203
|
Tarif biaya overhead
pabrik
|
|
|
25,78 (7)
|
54,95
(8)
|
Perhitungannya:
Alokasi departemen X, pemeliharaan gedung dan lantai:
%
jasa yang diterima x biaya total
(1) ke dept. Y- adm. Umum pabrik Rp. 1.173.000,- ( 10 x Rp. 11.735.000,-)
(2) ke dept. A – mesin Rp.
4.694.000,- ( 40 x Rp. 11.735.000,-)
(3) ke dept. B – perakitan Rp. 5.868.000,- ( 50 x Rp.
11.735.000,-)
Rp.
11.735.000,-
Alokasi departemen X, administrasi umum pabrik
|
|
% jasa yang diterima x biaya total
|
(4) ke dept. X – pemeliharan gedung dan lantai
|
Rp. 1.735.000,-
|
( 20 x Rp. 8.673.000,-)
|
(5) ke dept. A – mesin
|
Rp. 5.203.000,-
|
( 60 x Rp. 8.673.000,-)
|
(6) ke dept. B – perakitan
|
Rp. 1.735.000,-
|
( 20 x Rp. 8.673.000,-)
|
|
Rp. 8.673.000,-
|
|
Tarif biaya overhead pabrik (didasarkan pada jam buruh
langsung) untuk departemen produksi:
Biaya
total ÷ jam buruh langsung
(7) untuk dept. A, mesin Rp. 25.780,- ( Rp. 46.397.000,- ÷ 1.800 )
(8) untuk dept. B, perakitan Rp. 54.950,- ( Rp. 52.203.000,- ÷ 950 )
Tarif
biaya overhead pabrik dihitung dalam presentase atau dalam rupiah dari satuan
produksi. Banyak dasar yang dapat digunakan sepanjang dasar tersebut mempunyai
hubungan terhadap sifat biaya overhead dan relatif mudah untuk menggunakannya.
Biaya overhead pabrik dibebankan ke produksi berdasarkan tarif yang telah
ditentukan sebelumnya sementara barang diproduksi.
Biaya-biaya
yang dikeluarkan untuk mengoperasikan departemen pembantu dialokasikan dengan
metode langsung, metode bertahap, atau metode aljabar ke departemen produksi
yang tepat sebagai bagian dari biaya pabrik.
Metode
langsung meliputi alokasi biaya departemen pembantu langsung ke departemen
produksi, dan mengabaikan jasa-jasa yang diberikan oleh salah satu depatemen
pembantu ke departemen pembantu yang lain. Biaya-biaya dialokasikan dengan
metode ini dengan dasar yang relevan terhadap jasa yang diberikan.
Metode
bertahap mengalokasikan biaya departemen pembantu ke departemen pembantu yang
lain dan juga ke departemen produksi. Tetapi metode ini mengabaikan jasa timbal
balik antara departemen pembantu, sebab segera setelah biaya salah satu
departemen pembantu dialokasikan, tidak ada biaya lain yang dapat dialokasikan
ke departemen tersebut.
Metode
aljabar memperhitungkan jasa timbal balik dan menggunakan persamaan berganda.
Metode ini lebih tepat dibandingkan dengan metode dan/atau metode bertahap,
tetapi sedikit lebih kompleks dan sering digunakan dalam sistem yang telah
menggunakan komputer. Masing-masing metode menghasilkan tarif yang berbeda.
No comments:
Post a Comment