Sunday 3 August 2014

Cerpen: Sial

Karena setiap kesialan, kelak akan berbuah manis...

"SHH..SIAL!" Fey menginjak kotoran anjing di jalan ketika ia baru saja pulang dari wawancara pekerjaan yang gagal. Dengan sisa tenaganya, Fey membersihkan sepatu high heelsnya. Hah, padahal sepatu itu baru dibelinya kemarin.

"Kenapa aku harus sesial ini? Wawancara gagal! Injak kotoran anjing pula! Aishh.. menyebalkan!" gerutu Fey sambil menggosok-gosokkan hak sepatunya di batu. Berhasil, kotoran yang menempel di sepatunya sudah hilang. Tapi tidak dengan baunya. Fey sendiri tidak tahan menciumnya. Apalagi orang lain. Padahal dia harus naik bus hari ini karena dompetnya ketinggallan dan satu-satunya harapan adalah uang sepuluh ribu yang terselip di saku bajunya.
"Bagaimana ini?" Fey meratapi nasibnya yang malang. Antara harus memakai sepatu itu dan dipelototi orang-orang dalam bus atau berjalan dengan telanjang kaki dan tetap dipelototi orang-orang dalam bus.
"Ah, emang aku peduli?" Fey cuek. Ia memilih tetap memakai sepatunya karna bagaimanapun hasilnya tetap sama.
Benar saja, baru sedetik yang lalu ia menaiki bus yang penuh oleh penumpang, semua mata langsung melihat ke arahnya. Bahkan, tanpa aba-aba mereka serentak menutup hidung. Fey pura-pura tak tahu. Padahal jelas dialah sumber bau yang tidak enak itu. Karena bau itu mulai tercium saat dia satu-satunya orang yang naik bus di halte dekat bank itu.
Fey hanya mencoba menutupi perasaan malunya selama perjalanan.

-----

Akhirnya, Fey sampai di rumah. Ia segera melepas sepatunya dan membuka knop pintu rumahnya.
Jenjeng!! Tiba-tiba sebuah kue tart menabraknya dan berhasil mengotori wajahnya.
"Ups! Sorry...Fey,, tadinya aku mau ngagetin kamu, tapi.." pemuda itu kehilangan kata-kata. Fey mendengus kesal.
"Yak! Rio!! Ngapain kamu di rumahku?!" Fey melotot garang. Pemuda bernama Rio itu menjawab takut-takut.
"Mau kasih surprise.."
"Hah? Surprise? Oke, kamu sudah berhasil! Aku sangat terkejut! Sekarang kamu pulang sana!!"
Dengan kasar Fey membersihkan sisa-sisa wipe cream di wajahnya setelah membukakan pintu lebar-lebar untuk Rio.
Rio masih belum sadar sepenuhnya. Sebenarnya dia pun shock dan menabrakkan kue tart di tangannya ke wajah Fey itu benar-benar di luar rencana.
"Maaf...Fey..." suara berat Rio tak digubris oleh Fey. Ia masih sibuk membersihkan wajahnya.
"Fey... maaf, aku tidak sengaja, sungguh!"
"Sudahlah, kau pulang saja sana!"
"Tapi, Fey,"
"Pulang sana!!!"
Tanpa sadar Fey berteriak histeris meluapkan kemarahannya akan kejadian yang menimpanya sejak tadi pagi hingga detik ini pada Rio. Benar, Fey tak marah pada Rio. Dia tahu Rio tidak sengaja melakukan itu. Dia hanya melampiaskan kemarahannya pada Rio.
Segera setelah menyadari dirinya sudah terlalu berlebihan, Fey meminta maaf.
"Sorry, Yo" kata Fey sambil menunduk menatap ujung jari kakinya.
Tidak. Sebenarnya Fey sedang berusaha menyembunyikan wajahnya di balik rambut panjangnya yang terurai bebas. Karena entah mengapa air matanya jatuh tanpa bisa ia kendalikan.
Rio tahu itu. Perlahan ia mendekati gadis yang sudah dikaguminya sejak lama itu lalu memeluknya. Sambil menepuk pelan pundak Fey agar tangisnya segera reda.
Fey menangis dalam diam dengan tetap bersembunyi dalam dekapan Rio. Yang entah sejak kapan membuatnya tenang.
"Maaf," ucap Fey dan Rio bersamaan. Keduanya saling bertatapan lalu tersenyum menyadari kata yang spontan keluar dari mulut mereka.
Fey lalu kembali membersihkan sisa cream sekaligus air mata di wajahnya. Sedangkan Rio berperan sebagai cermin yang menunjuk bagian wajah Fey yang masih kotor.
"Di sini," Rio menunjuk cream yang menempel di pipi Fey.
Fey kembali mengusap pipinya dengan tangan.
"Bagaimana? Sudah bersih?"
Rio menggeleng. "Masih ada di sini," Rio menunjuk cream di bibir Fey bagian bawah.
Fey ingin mengusap cream di bibirnya tapi Rio menghentikan tangannya cepat.
"Kenapa?" tanya Fey heran.
Rio tersenyum.
"Biar aku saja." ucapnya.
Mata Fey membulat sempurna saat Rio mendaratkan ciumannya tepat di bibir Fey. Lalu menjilat cream yang menempel di  bibir Fey.
"Manis." Rio tersenyum.
Fey masih berdiri mematung dengan wajah yang merona merah seperti kepiting rebus.

5 detik kemudian...
"Yak! Rio!! Apa yang kau lakukan?!" Fey kembali histeris lalu mengambil sebuah payung yang paling dekat dengan tempatnya berdiri, hendak memberi pelajaran pada Rio. Sementara Rio yang tidak mau kena pukul segera berlari cepat meninggalkan Fey yang mengejarnya bak polisi yang mengejar pencuri.
Ya, pencuri ciuman pertama Fey.
Walaupun Fey tidak dapat memungkiri, kalau rasanya memang manis...

1 comment:

Anonymous said...

Hahaa, endingnya lucu, kirain..
btw rio itu cuma temannya ya? belum jadi pacar kan?
masih kurang penjelasan tentang hubungan mereka.
Tpi tetap menarik! Keep writing!

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...