Sunday, 1 February 2015

[Fanfiction Hunhan] Sehun's Angel Part 2




Luhan, membuat semua orang terpesona saat melihatnya.


Sehun's Angel

Tap...tap...tap...
Kris, Tao, dan Chanyeol baru saja memasuki pintu gerbang sekolah saat mereka melihat sosok Oh Sehun berdiri di depan pintu kelas.

“Itu Oh Sehun. Tamatlah riwayat kita!” Tao menepuk jidatnya sendiri.

“Sepertinya dia sedang menunggu kita. Apa lebih baik kita bolos saja?” Chanyeol mengusulkan.

“Jangan. Hadapi sajalah. Paling kita cuma babak belur, seperti biasa.” Ujar Kris.

“Baiklah.”

Chanyeol, Kris, dan Tao pun memberanikan diri menghadapi Sehun.

“Ya. Akhirnya, kalian datang juga. Aku sudah menunggu kalian sejak tadi.” Sehun sumringah lalu meletakkan lengannya di pundak Tao.

Tao menelan ludah kasar.

“Maafkan kami, Oh Sehun. Kami tidak bermaksud meninggalkanmu. Tapi…”

“Sssttt… Aku tidak ingin mendengarkan hal itu. Justru aku berterima kasih karena kalian meninggalkanku semalam.”

“Hah?” Kris, Chanyeol, dan Tao serempak menunjukkan wajah bingungnya.

“Ya, karena kemarin aku bertemu dengan seseorang bernama Luhan. Kalian tahu, dia sangat mempesona!” Seru Sehun semangat.

“Benarkah? Seperti apa gadis itu?” Chanyeol penasaran.

“No..no..no.. Dia seorang laki-laki.”

“What?!!!” Mulut Kris melebar seperti bola voli.

“Kau terpesona karena seorang pria?” Chanyeol memastikan.

Sehun mengangguk pasti.

“Sepertinya dia sudah gila.” Bisik Kris.

Tao menangis, “Oh tidak. Bagaimana ini? Sehun sudah tidak waras. Ini kesalahan kita yang meninggalkannya semalam. Huhuhu…”

“Ya. Ya. Ya. Siapa yang tidak waras? Aku seribu persen waras, tahu!” Sehun sewot.

“Baiklah. Kami percaya. Sekarang biarkan kami bertemu dengan Luhan.” Kata Kris.

Kening Sehun berkerut, “Masalahnya, aku hanya tahu namanya.”

“Aku justru ingin meminta bantuan kalian untuk mencarinya.”

Kris, Chanyeol, dan Tao saling berpandangan.

“Baiklah.”

Mereka pun memasuki kelas karena bel pertama telah berbunyi nyaring.

Sulli dan Minseok masuk berbarengan, membuat semua mata tertuju pada mereka.

“Wah, mesra sekali mereka. Sama-sama terlambat.” Ujar Chanyeol.

Sehun tak memperdulikannya.

Tak lama kemudian, guru mereka masuk ke dalam kelas.

“Selamat pagi anak-anak. Bagaimana kabar kalian hari ini?” tanya bu guru basa basi.

“Baik, Buuuuu” jawab seluruh murid serempak.

“Baguslah kalau begitu, sebelum memulai pelajaran hari ini, Ibu akan memperkenalkan siswa baru yang akan menjadi teman kalian. Ayo masuk.” Ibu guru mengalihkan pandangannya ke arah pintu. Hal yang sama dilakukan oleh seluruh siswa yang berada dalam kelas.

“Siapa ya?” Mereka bertanya-tanya karena penasaran.

Mulut Sehun menganga selebar sepuluh senti melihat sosok yang baru memasuki kelas itu.

Demi dewa di langit, itu Luhan.

Itu benar-benar Luhan.

Luhan memasuki ruang kelas dengan langkah pasti.

“Anak-anak, perkenalkan, ini Luhan, siswa pindahan dari China. Luhan, perkenalkan dirimu.”

Bu guru tersenyum mempersilakan Luhan berbicara.

Luhan mengedarkan pandangannya ke seluruh ruang kelas.

“Annyonghaseo, nama saya Luhan. Saya harap kita bisa menjadi teman baik.” Luhan tersenyum.

Seluruh siswa seperti membeku.

“Luhan, kau bisa duduk di kursi kosong yang ada di belakang, samping Oh Sehun.”

Luhan mengangguk mengerti lalu berjalan menuju tempat yang ditujukan padanya.

Semua mata tak henti mengekorinya.

Luhan pun duduk di tempatnya, lalu menoleh melihat Sehun yang membeku sejak tadi.

“Selamat pagi.” Sapa Luhan.

“Pa..pagi.” Sehun tersenyum kaku.

Luhan tersenyum balik.

Suasana di kelas berubah menjadi pameran tunggal dengan Luhan sebagai objeknya hingga sang guru harus bersusah payah mengalihkan pandangan seluruh siswanya pada pelajaran.

Luhan, membuat semua orang terpesona saat melihatnya.

...

...

...

Kris, Tao, dan Chanyeol mengerti alasan Sehun menyukai Luhan.
Ya, Luhan memang mempesona.

Baik laki-laki maupun perempuan mengakuinya. Oleh karena itu, sejak istirahat siang tadi, siswa berkerumun di meja Luhan layaknya semut yang mengerumuni gula.

Mereka tak menyia-nyiakan kesempatan untuk berkenalan dengan pria cantik itu.

“Hai Luhan, kenalkan namaku Jihye.”

“Aku Hyukjae.”

“Aku Minho.”

Luhan hanya tersenyum menyambut jabatan tangan mereka satu per satu.

“Ya, ya, ya! Bagaimana Luhan bisa mengingat nama kalian semua dalam sehari?” Sehun yang terdiam sejak tadi ikut-ikutan pusing.

“Tidak apa-apa. Aku bisa mengingatnya.” Kata Luhan lembut. Membuat para penggemarnya kembali terpesona.

“Oh ya, Luhan. Perkenalkan namaku Chanyeol.”

“Aku Tao.”

“Kris.”

Sehun melotot ke arah tiga sahabatnya itu dengan tatapan mematikan. Kris, Tao, dan Chanyeol berpura-pura tidak melihatnya.

Luhan menyambut jabatan tangan ketiga orang itu.

...

...

...

“Ya, jodoh memang tidak lari kemana. Kalian lihat kan’ justru Luhan yang datang padaku. Ini yang namanya takdir.” Celoteh Sehun saat istirahat di kantin. Ia mencomot kimbap yang ada di hadapannya.

“Ya, aku bisa mengerti alasanmu sampai terpesona seperti itu.” ujar Tao, lalu meminum buble tea milik Sehun membuat Sehun memandangnya malas.

“Sayangnya, sainganmu terlalu banyak, Oh Sehun. Lihat di sana.” Chanyeol menunjuk pemandangan yang tidak jauh dari mereka.

Sebuah meja tempat Luhan makan siang yang dipenuhi oleh pemujanya dari perempuan dan laki-laki.

Sehun menghela nafas panjang. Ucapan Chanyeol benar, saingannya terlalu banyak. Kesempatannya sangat kecil. Sudah siapkah dirinya kecewa untuk kedua kalinya? Sepertinya tidak. Dia tidak mau menyerah sekarang. Mungkin, takdir akan berpihak padanya. Siapa yang tahu.

“Ya, ikut aku.”

Sehun mengangkat nampan makan siangnya lalu berjalan menuju meja Luhan. Chanyeol, Tao, dan Kris mengikutinya dari belakang. Sehun meletakkan nampannya tepat di depan Luhan, membuat Luhan memandangnya heran.

“Boleh aku duduk di sini?” tanya Sehun. Luhan mengangguk pelan. Sehun pun duduk setelah mengusir semua orang yang berada di meja itu dibantu ketiga sahabatnya. Para penggemar Luhan terpaksa meninggalkan meja itu karena tidak mau berurusan dengan gank preman itu.

Luhan bertambah heran melihat semua orang pergi menjauh. Sebegitu hebatnyakah seorang Oh Sehun ini? Entahlah ia tidak tahu. Tetapi bukankah itu baik? Tugasnya akan semakin mudah.

“Aku tidak tahu apa kau ingat atau tidak. Tapi semalam kita bertemu di sungai han. Aku adalah orang yang kau tabrak waktu itu. Oh Sehun.” Ujar Sehun mengingatkan. Kedua mata Luhan membulat tidak percaya.

“Ya, ya. Aku ingat. Kau orang yang mau bunuh diri itu kan’?”

What the hell? Apakah wajahnya terlihat begitu putus asa sampai-sampai orang lain bisa tahu niatnya bunuh diri?

Well, mau tidak mau begitulah kesan pertama yang dilihat Luhan darinya. Ini buruk. Sama sekali tidak keren. Sehun harus mencari cara untuk mengubah image itu.

“Bagaimana keadaanmu sekarang?” Luhan balik bertanya. Ugh, menatap matanya saja sudah membuat jantung Sehun berdebar dua kali lebih cepat dari biasanya. Luhan terlalu manis. Mungkin ibunya penggemar permen, kue, es krim atau semacamnya sampai-sampai melahirkan anak laki-laki yang begitu manis.

“Uhm. Aku baik-baik saja. Lagipula aku bertemu seseorang sepertimu yang membuat mood-ku kembali baik.” Sehun tersenyum, senyum terbaik yang pernah ia tunjukkan.

Oh tidak. Jangan katakan kalau Sehun tertarik padanya. Ini buruk.

Luhan tidak menanggapinya.

...

...

...

No comments:

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...