Sehun's Angel
Meminta maaf bagi Oh Sehun sama seperti mendaki pegunungan Everest, terjun dari tebing Niagara, dan menyelami Samudera Pasifik.
Intinya, itu sulit.
Oleh karena itu, Sehun hanya bolak-balik di depan ruang tari ballet. Tanpa berniat untuk masuk dan bertemu Sulli.
Tetapi ia pun tidak bisa membatalkan niatnya untuk meminta maaf karena sudah terlanjur janji pada Luhan.
Apalagi Luhan selalu menanyakan hal yang sama setiap bertemu dengan Sehun.
“Sehun, apa kau sudah minta maaf pada Sulli?”
Ah, Sehun tidak bisa menatap kedua mata indah Luhan dengan kebohongan. Jadi, Sehun hanya menjawab bahwa ia akan meminta maaf sepulang sekolah nanti.
Inilah saatnya.
Sehun menghembuskan nafas panjang sambil memutar knop pintu ruang balet di depannya.
Tanpa ia duga, Sulli pun melakukan hal yang sama. Sehingga mata mereka bertemu dalam keterkejutan.
Dengan kecepatan cahaya, Sulli kembali ingin menutup pintu. Namun, Sehun menahan dengan kakinya.
“Ya! Pergi sana! Aku tidak mau melihatmu!”
Suara Sulli masih terdengar dari balik pintu yang tidak tertutup rapat itu.
“Aku ingin bicara denganmu, sebentar saja.” Ucap Sehun lembut.
Sulli sedikit terkejut mendengarnya. Benarkah itu Oh Sehun yang kemarin berbicara padanya?
“Apa lagi? Kau mau menyindirku lagi? Mau menghinaku? Atau mau membalas tamparan yang kuberikan? Yang mana?” Sulli tidak mudah percaya begitu saja. Mungkin itu hanya taktik Sehun untuk menemuinya.
Sehun mati-matian menahan emosi yang sudah memuncak di kepalanya. Ia menghembuskan nafas berat.
“Bukan itu. Sama sekali bukan ketiganya. Tolonglah, Sulli-ya.”
Sulli tertegun mendengar panggilan manis dari Oh Sehun. Sudah lama ia tidak mendengarnya.
Sulli pun memutuskan untuk membuka pintu. Lalu menatap Sehun dingin.
“Apa?”
“Eoh?”
“Apa yang ingin kau bicarakan?” tanya Sulli lagi.
Ah, Sehun hampir lupa.
“Aku ingin.. min...” Lidah Sehun seperti terjepit. Susahnya mengatakan minta maaf.
Sulli menatapnya heran, “Ingin min apa?”
Sehun menghirup nafas dalam-dalam.
“Aku ingin minta maaf.” Sehun menunduk.
Itu kali pertama Oh Sehun meminta maaf. Jadi, wajar saja kalau dia malu luar biasa.
“Apa???” Sebenarnya Sulli mendengarnya dengan jelas. Namun, ia masih tidak yakin kalimat itu keluar dari mulut seorang Oh Sehun.
“Aku minta maaf.”
“Apa???”
“Aku minta maaf.”
“Apa???”
“Aku minta maaf!!! Kau itu tuli ya?! Sudah kubilang berkali-kali juga.” Sehun tidak bisa menahan amarahnya.
Sulli tersenyum dalam hati, itu baru Oh Sehun yang dikenalnya.
“Jadi... Kau memaafkanku?”
Sulli menghela nafas.
“Tidak.”
Sulli menutup pintu rapat.
Sehun mendengus kesal. Ingin sekali rasanya ia melemparkan sepatunya sekarang juga ke wajah gadis itu.
Ugh! Menyebalkan!
Sehun pun berlalu pergi.
...
...
...
Luhan masih duduk di kursi panjang yang terletak di ruang istirahat pemain bola. Beberapa orang yang satu klub dengannya berpamitan satu per satu setelah berganti pakaian dan mengunci loker mereka. Tinggal si kapten Minseok yang baru selesai mengganti pakaiannya.
“Kau baik-baik saja?” tanya Minseok lalu duduk di samping Luhan.
“Tidak, sepertinya kakiku terkilir.” Jawab Luhan sambil mencoba menggerakkan kaki kanannya.
“Benarkah?”
Minseok berlutut di hadapan Luhan lalu membantu menggerakkan pergelangan kaki Luhan.
Luhan meringis kesakitan.
Sepertinya pergelangan kaki Luhan benar-benar terkilir.
Minseok segera mengambil obat penghilang nyeri lalu menyemprotkannya di kaki Luhan.
“Bagaimana sekarang?”
Luhan mencoba menggerakkan kembali kakinya.
“Sudah lebih baik.”
“Oh ya? Syukurlah.” Minseok pun beranjak pergi.
Tapi Luhan menahan tangannya. Minseok memandangnya heran.
“Apa masih sakit?”
Luhan menggeleng pelan.
“Terima kasih.” Luhan tersenyum.
Minseok terpaku sejenak.
Ah, kenapa senyum anak itu begitu manis? Lama-lama Minseok bisa jatuh cinta padanya.
“Kalau begitu aku pulang duluan, Sulli sudah menungguku. Sampai jumpa besok.” Minseok berlalu pergi sebelum degup jantungnya berdebar cepat.
Luhan hanya tersenyum melihatnya.
Rencananya berhasil.
Luhan pun beranjak pulang.
Ia bertemu Sehun di depan pintu.
Sejak kapan Sehun berdiri di sana?
“Kau sudah meminta maaf pada Sulli?”
Seperti dugaan, Luhan menanyakan hal itu lagi. Kali ini Sehun bisa mengangguk yakin.
“Benarkah? Kalau begitu hubungan kalian sudah lebih baik, bukan?”
Sehun terdiam sejenak, entah harus menjawab apa.
“Oh ya Luhan. Bisakah kau menemaniku besok? Aku ingin ke taman hiburan.” Tanya Sehun.
Luhan berpikir sejenak.
“Apa Chanyeol, Kris, dan Tao tidak bisa menemanimu?”
Huffh... Sehun menghembuskan nafas panjang.
Luhan memang terlalu polos.
Bagaimana ia bisa tidak tahu kalau saat ini Sehun sedang mengajaknya berkencan?
Kencan, Luhan.
“Mereka ada kesibukan masing-masing.” Sehun menjawab asal.
“Jadi, apa kau mau menemaniku?” tanya Sehun lagi.
“Hmm... Baiklah. Aku akan menemanimu.”
Senyum Sehun mengembang, namun segera sirna saat Luhan melanjutkan kalimatnya.
“Tapi kau harus mengajak Sulli juga. Hubungan kalian sudah membaik, kan?”
...
...
...
No comments:
Post a Comment