Luhan tak ingin berubah menjadi manusia.
Sehun's Angel
Walaupun kedua mata indah itu masih terpejam, entah mengapa Sehun tidak bisa mengalihkan pandangannya dari wajah cantik itu.
Sungguh sempurna makhluk ciptaan Tuhan.
Sehun tak henti mengaguminya.
Baginya, tak ada yang bisa mengalahkan keindahan pemandangan yang ada di hadapannya saat ini.
Luhan masih tertidur pulas di ranjang Sehun.
Ranjang Sehun?
Ya, Sehun yang membawanya pulang karena ia tidak tahu letak rumah Luhan.
Tentu, merupakan hal yang mudah untuk mengangkat tubuh Luhan.
Karena tubuhnya seringan kapas. Sehun sendiri tidak merasa kesulitan.
Sehun tersenyum. Entah mengapa ia merasa bahagia.
“Jangan. Jangan.”
Luhan berbicara, namun matanya masih terpejam. Sedang mengigau tampaknya.
Luhan bergerak tidak nyaman dalam selimut yang menutupi setengah badannya.
“Luhan, ada apa?”
Sehun tidak harus bagaimana. Apakah ia harus membangunkan Luhan sekarang?
“Kumohon, jangan menyukaiku, Sehun.”
Sehun tertegun. Kasihan. Luhan sampai harus membawa pikiran itu ke dalam mimpi.
Apa perasaaannya begitu membebani Luhan?
“Luhan...” Sehun menyentuh pipi Luhan untuk membangunkannya. Namun, hal itu justru membuat Luhan tampak kesakitan.
Sehun menjauhkan tangannya dengan perasaan terkejut.
Apa itu tadi? Kenapa Luhan terlihat kesakitan hanya karena Sehun menyentuh pipi Luhan?
Sehun memilih menunggu hingga Luhan terbangun dengan sendirinya.
Tak lama kemudian, Luhan membuka mata.
Ia terkejut melihat Sehun duduk di sampingnya.
Dimana dia? Ruangan itu tampak asing baginya.
“Kau baik-baik saja?” tanya Sehun.
Luhan masih berusaha mengumpulkan segenap kekuatannya untuk berdiri.
“Kau. Sudah kubilang jangan pedulikan aku, kenapa kau tidak mau mendengar?” Luhan menatap Sehun tajam dengan kedua mata berkaca-kaca.
“Luhan..maafkan aku..” Sehun tidak sampai hati melihat kedua mata indah itu menangis.
Luhan mengalihkan pandangannya, entah mengapa hatinya terasa sakit. Setetes air yang jatuh di pipinya membuatnya terkejut.
Apa ini? Luhan segera menghapusnya.
“Kau tidak perlu memikirkan perasaanku, Luhan. Aku tahu kau menyukai Minseok. Aku tidak akan membebanimu dengan perasaanku. Tapi, jangan melarangku menyukaimu atau peduli padamu karena aku tidak akan bisa melakukannya.”
Sehun menatap Luhan dalam. Tampak kejujuran dari kedua matanya. Luhan tahu itu. Tubuhnya menghangat seketika.
Oh, tidak. Luhan harus secepatnya meninggalkan tempat itu sebelum tubuhnya mulai bereaksi lagi.
Luhan segera beranjak dari tempat tidur lalu berlari keluar rumah Sehun. Sehun mengejarnya.
“Luhan, biarkan aku mengantarmu!” teriak Sehun. Luhan tidak memperdulikannya.
Sehun semakin cemas, bagaimana jika Luhan pingsan di tengah jalan?
Sehun terus berlari mengejar Luhan sampai ke jalan raya. Sayangnya, ia tidak melihat mobil truk yang melaju cepat dari arah kanan.
Biip...Biip... Biiiiiiiiiiip......................
Suara klakson menyadarkan Sehun, ia menoleh ke kanan. Mobil truk itu sudah berada lima senti di depannya.
Dan....
Supir truk akhirnya berhasil menghentikan mobilnya setelah melaju satu meter jauhnya, ia segera turun melihat kondisi anak muda yang ditabraknya.
Anehnya, pemuda itu menghilang.
...
...
...
Sehun terdiam menatap sosok yang menyelamatkan nyawanya.
Ia tahu itu Luhan. Tapi, kedua sayap putih di punggung Luhan membuatnya tak dapat mengeluarkan satu kata pun.
“Kau tidak apa-apa?” Luhan bertanya.
Pikiran Sehun sedang kosong saat ini.
Bagaimana bisa ia berpindah tempat dari jalan raya ke lantai 5 gedung sekolahnya dalam sekejap mata?
Apalagi Luhan... tampak berbeda.
Apa yang terjadi?
Luhan dapat membaca raut wajah Sehun. Ya, Sehun pasti sangat terkejut.
Tapi ia tidak bisa mengabaikan Sehun begitu saja saat mengetahui sebuah mobil truk melaju ke arahnya.
Luhan tidak tahu mengapa ia merasa harus menyelamatkan Sehun. Walaupun itu berarti ia harus membuka jati dirinya yang sesungguhnya.
Sehun masih menatap Luhan tidak percaya sambil memperhatikan sayap Luhan yang semakin mengecil kemudian menghilang dari balik punggungnya.
“Kau... Apa kau ini?”
Sebuah pertanyaan akhirnya keluar dari mulut Oh Sehun.
Luhan pun menyiapkan dirinya untuk menceritakan semuanya pada Sehun.
“Aku adalah malaikat.”
Mata Sehun membulat sempurna.
“Tugas pertama yang diberikan untukku adalah menyatukan kau dan Sulli.”
“Kalian sudah ditakdirkan untuk bersama.”
“Oleh karena itu, aku mendekati Minseok. Aku sengaja membuatnya menyukaiku agar ia memutuskan Sulli.”
“Agar Sulli bisa kembali padamu dan kalian bisa bersama lagi.”
“Tapi kau...”
“Tapi aku menyukaimu.”
Sehun memotong pembicaraan Luhan. Tampaknya ia mulai mengerti cerita yang Luhan sampaikan.
“Kau salah, Luhan. Aku tidak ditakdirkan bersama Sulli. Saat ini di hatiku cuma ada dirimu. Kau salah.”
Luhan menggeleng pelan.
“Kau yang salah, Sehun. Kau tidak seharusnya suka padaku. Kau harus kembali pada Sulli.”
Akh.. Luhan merasakan dadanya nyeri lagi.
“Aku tidak mau. Aku tidak bisa.”
Sehun tidak terima. Untuk apa ia harus bersama dengan orang yang tidak ia cintai?
Sehun mendekati Luhan, membuat Luhan harus melangkah mundur perlahan.
Dada Luhan terasa sesak, dan entah mengapa ia bisa mendengar bunyi detak jantung.
Tunggu dulu, Luhan tidak punya jantung.
Dia malaikat yang bahkan tidak punya perasaan. Selain ketaatan menjalani tugas yang dibebankan padanya.
Tapi mengapa ia mendengar detak jantung berasal dari tubuhnya?
Dan dia... gugup?
“Aku tidak bisa bersama Sulli.” Kata Sehun tepat di hadapan Luhan sambil menatap kedua bola mata indah itu.
“Kumohon jangan seperti ini, Sehun. Kalau kau tidak kembali bersama Sulli, aku...”
Luhan menunduk dalam. Sehun masih menunggu Luhan melanjutkan kalimatnya.
“Aku... akan berubah jadi manusia.”
Sehun terkejut mendengarnya.
Tapi... Bukankah itu hal yang bagus?
Sehun merasa senang, tapi air mata Luhan membuatnya terdiam.
Ia akhirnya sadar, Luhan...tidak ingin berubah menjadi manusia.
...
...
...
No comments:
Post a Comment