Dalam kamus Oh Sehun, tidak pernah ada kata meminta maaf.
Sehun's Angel
Walapun jam pelajaran terakhir telah usai beberapa jam yang lalu, masih banyak siswa yang tinggal di sekolah untuk mengikuti kegiatan ekstrakulikuler.
Sama seperti yang dilakukan Tao, Kris, dan Chanyeol.
Tao sedang berlatih wushu. Kris sedang mengikuti rapat OSIS. Sedangkan Chanyeol latihan band untuk pentas seni minggu depan.
Tinggallah Sehun seorang diri, membaca buku di perpustakaan. Namun konsentrasinya buyar saat mendengar teriakan gadis-gadis yang menyebut nama Luhan.
Oh ya, sepertinya Luhan sudah pulang sejak tadi. Tetapi kenapa mereka meneriaki nama Luhan?
Dengan rasa penasaran, Sehun pun keluar dari perpustakaan dan mendekati keramaian yang terjadi di lapangan sepak bola.
Seperti biasa, Minseok sedang bermain bola. Sehun malas melihatnya.
Namun, Minseok kemudian memberikan bola kepada seseorang. Ya, itu Luhan. Mata Sehun membulat sempurna.
Luhan bermain bola?
Benar, Luhan bermain bola. Ia bermain sangat bagus. Teknik menggiring dan menendang bola ke gawang yang ia miliki sangat baik.
Tetapi Sehun tidak senang melihatnya. Luhan terlalu cantik untuk bermain sepak bola. Mungkin penonton akan lebih memperhatikannya daripada permainan sepak bola itu sendiri. Bagaimana jika kaki Luhan terkilir atau cedera?
Apalagi Luhan harus satu klub dengan Minseok, si kapten. Bagaimana jika Minseok kembali merebut Luhan darinya seperti ia merebut Sulli?
Ya, wake up Oh Sehun! Luhan bukan milikmu.
Sehun berusaha tidak peduli. Tapi tidak bisa.
“Luhan! Luhan! Luhan!”
Gadis-gadis di sampingnya masih meneriakkan nama Luhan. Hal itu semakin membuat kepalanya pusing.
“Berisik!!!” Sehun jadi membentak gadis-gadis tidak berdosa itu. Mereka pun menatap Sehun dengan tatapan aneh.
“Ya. Apa masalahmu, Oh Sehun?” seorang gadis yang cukup tinggi dengan rambut panjang mendekati Sehun.
Itu Sulli. Sejak kapan dia ada di sini?
Sehun memutar bola matanya malas.
“Kau bicara padaku?”
“Tentu saja. Apa ada orang lain yang bernama Oh Sehun di sini?”
“Oh, kukira kau tidak tau namaku. Bukankah selama ini kau hanya memanggilku dengan sebutan ‘oppa’?”
Sulli mendengus kesal.
“Ya! Oh Sehun. Jangan menyindirku seperti itu!”
“Siapa yang menyindir? Itu kenyataan. Bagaimana rasanya menduakan cinta laki-laki? Pasti menyenangkan, menjadi gadis yang populer sehingga bisa mempermainkan cinta orang lain.”
Sebuah tamparan mendarat tepat di pipi kiri Sehun.
Sehun hanya menyunggingkan senyum. Ia sudah menduganya.
Tanpa disadarinya, Luhan dan Minseok berlari menghampiri mereka.
“Ada apa?” tanya Minseok pada Sulli. Sulli memilih berlari meninggalkan tempat itu. Minseok mengejarnya.
“Cih. Drama murahan.” Guman Sehun. Luhan masih bisa mendengarnya dengan jelas.
“Ada apa denganmu, Sehun?”
Sehun mengalihkan pandangannya pada Luhan. Ia mencoba mencari penjelasan atas pertanyaan Luhan tadi. Memangnya ada apa dengannya? Ia merasa baik-baik saja.
“Perkataanmu terlalu berlebihan. Padahal kau tidak tahu kebenarannya. Apa ada bukti kalau Sulli menduakan cintamu?”
Sehun terkejut mendengar pertanyaan Luhan. Luhan tahu darimana kalau ia dan Sulli pernah menjalin hubungan? Apa Minseok yang menceritakannya?
Darimana pula Luhan bisa tahu apa yang ia katakan pada Sulli? Bukankah tadi Luhan berada jauh di lapangan?
Sehun masih belum bisa memberikan jawaban. Ia memilih mengalihkan pandangannya.
“Minta maaflah pada Sulli.”
Sehun kembali menatap Luhan.
“Meminta maaf pada Sulli?” tanya Sehun tidak yakin.
Luhan mengangguk, “Iya, minta maaf pada Sulli.”
“Tapi, Lu. Kenapa harus aku yang meminta maaf? Dia yang terlebih dahulu berkhianat. Seharusnya dia yang meminta maaf padaku.” Sehun protes. Tak pernah ada kata minta maaf dalam kamusnya.
Luhan tak berkata apa-apa lagi. Ia hanya menatap Sehun dengan pandangan yang sulit diartikan. Sehun mencoba menebak. Sepertinya Luhan sedang kecewa. Apa Luhan kecewa padanya?
Sehun menghela nafas panjang.
“Baiklah. Aku akan meminta maaf pada Sulli.”
Senyum Luhan mengembang seketika.
Sehun melihatnya heran.
Kenapa Luhan terlihat sangat senang?
...
...
...
Sama seperti yang dilakukan Tao, Kris, dan Chanyeol.
Tao sedang berlatih wushu. Kris sedang mengikuti rapat OSIS. Sedangkan Chanyeol latihan band untuk pentas seni minggu depan.
Tinggallah Sehun seorang diri, membaca buku di perpustakaan. Namun konsentrasinya buyar saat mendengar teriakan gadis-gadis yang menyebut nama Luhan.
Oh ya, sepertinya Luhan sudah pulang sejak tadi. Tetapi kenapa mereka meneriaki nama Luhan?
Dengan rasa penasaran, Sehun pun keluar dari perpustakaan dan mendekati keramaian yang terjadi di lapangan sepak bola.
Seperti biasa, Minseok sedang bermain bola. Sehun malas melihatnya.
Namun, Minseok kemudian memberikan bola kepada seseorang. Ya, itu Luhan. Mata Sehun membulat sempurna.
Luhan bermain bola?
Benar, Luhan bermain bola. Ia bermain sangat bagus. Teknik menggiring dan menendang bola ke gawang yang ia miliki sangat baik.
Tetapi Sehun tidak senang melihatnya. Luhan terlalu cantik untuk bermain sepak bola. Mungkin penonton akan lebih memperhatikannya daripada permainan sepak bola itu sendiri. Bagaimana jika kaki Luhan terkilir atau cedera?
Apalagi Luhan harus satu klub dengan Minseok, si kapten. Bagaimana jika Minseok kembali merebut Luhan darinya seperti ia merebut Sulli?
Ya, wake up Oh Sehun! Luhan bukan milikmu.
Sehun berusaha tidak peduli. Tapi tidak bisa.
“Luhan! Luhan! Luhan!”
Gadis-gadis di sampingnya masih meneriakkan nama Luhan. Hal itu semakin membuat kepalanya pusing.
“Berisik!!!” Sehun jadi membentak gadis-gadis tidak berdosa itu. Mereka pun menatap Sehun dengan tatapan aneh.
“Ya. Apa masalahmu, Oh Sehun?” seorang gadis yang cukup tinggi dengan rambut panjang mendekati Sehun.
Itu Sulli. Sejak kapan dia ada di sini?
Sehun memutar bola matanya malas.
“Kau bicara padaku?”
“Tentu saja. Apa ada orang lain yang bernama Oh Sehun di sini?”
“Oh, kukira kau tidak tau namaku. Bukankah selama ini kau hanya memanggilku dengan sebutan ‘oppa’?”
Sulli mendengus kesal.
“Ya! Oh Sehun. Jangan menyindirku seperti itu!”
“Siapa yang menyindir? Itu kenyataan. Bagaimana rasanya menduakan cinta laki-laki? Pasti menyenangkan, menjadi gadis yang populer sehingga bisa mempermainkan cinta orang lain.”
Sebuah tamparan mendarat tepat di pipi kiri Sehun.
Sehun hanya menyunggingkan senyum. Ia sudah menduganya.
Tanpa disadarinya, Luhan dan Minseok berlari menghampiri mereka.
“Ada apa?” tanya Minseok pada Sulli. Sulli memilih berlari meninggalkan tempat itu. Minseok mengejarnya.
“Cih. Drama murahan.” Guman Sehun. Luhan masih bisa mendengarnya dengan jelas.
“Ada apa denganmu, Sehun?”
Sehun mengalihkan pandangannya pada Luhan. Ia mencoba mencari penjelasan atas pertanyaan Luhan tadi. Memangnya ada apa dengannya? Ia merasa baik-baik saja.
“Perkataanmu terlalu berlebihan. Padahal kau tidak tahu kebenarannya. Apa ada bukti kalau Sulli menduakan cintamu?”
Sehun terkejut mendengar pertanyaan Luhan. Luhan tahu darimana kalau ia dan Sulli pernah menjalin hubungan? Apa Minseok yang menceritakannya?
Darimana pula Luhan bisa tahu apa yang ia katakan pada Sulli? Bukankah tadi Luhan berada jauh di lapangan?
Sehun masih belum bisa memberikan jawaban. Ia memilih mengalihkan pandangannya.
“Minta maaflah pada Sulli.”
Sehun kembali menatap Luhan.
“Meminta maaf pada Sulli?” tanya Sehun tidak yakin.
Luhan mengangguk, “Iya, minta maaf pada Sulli.”
“Tapi, Lu. Kenapa harus aku yang meminta maaf? Dia yang terlebih dahulu berkhianat. Seharusnya dia yang meminta maaf padaku.” Sehun protes. Tak pernah ada kata minta maaf dalam kamusnya.
Luhan tak berkata apa-apa lagi. Ia hanya menatap Sehun dengan pandangan yang sulit diartikan. Sehun mencoba menebak. Sepertinya Luhan sedang kecewa. Apa Luhan kecewa padanya?
Sehun menghela nafas panjang.
“Baiklah. Aku akan meminta maaf pada Sulli.”
Senyum Luhan mengembang seketika.
Sehun melihatnya heran.
Kenapa Luhan terlihat sangat senang?
...
...
...
No comments:
Post a Comment