Malaikat tidak memiliki perasaan. Sehun tak tahu itu.
Sehun's Angel
“Kita putus saja.”
“Maafkan aku.”
Sulli sudah menduga hal itu yang akan dibicarakan Minseok saat Minseok memanggilnya di sela-sela latihan ballet.
Sulli tidak berkata apa-apa. Ia hanya menatap punggung Minseok yang mulai menjauh.
Namun, entah mengapa ia tidak meneteskan air mata satupun. Mungkin karena ia sudah mempersiapkan diri untuk menghadapi hal itu. Atau air matanya sudah habis karena menangis seharian kemarin.
Sulli memilih melanjutkan latihan balletnya.
...
...
...
“Sulli sudah putus dengan Minseok.” Ujar. Ketiga teman yang ia hampiri di kantin tidak menghiraukan ucapan pria itu.
“Kau telat. Beritanya sudah basi, you know.” Chanyeol. memilih meminum jus jeruk di depannya.
“Benarkah? Lalu bagaimana denganmu, Sehun. Apa kau tidak ingin kembali pada Sulli?”
Mata Sehun melotot mendengar ucapan Kris. Kalau saja dia tidak mengingat bahwa Kris adalah salah satu sahabatnya, bubble tea di tangannya pasti sudah terlempar mengenai wajah Kris.
“Untuk apa pula Sehun kembali pada Sulli? Dia sudah punya Luhan.” Ujar Tao.
“Tapi bukankah Luhan menyukai Sulli?” tanya Kris.
“Bukan. Ternyata Luhan suka pada Minseok.”
“Apa?!” Mulut Kris melebar sepuluh senti mendengar perkataan Chanyeol itu.
“Iya. Coba kau ceritakan lagi Sehun. Si Kris ketinggalan berita.”
Sehun menghembuskan nafas panjang. Ia pun menceritakan kejadian di kamar mandi dan ucapan Luhan yang ia rekam baik-baik dalam pikirannya.
“Whoa.. I don’t believe it. Jadi, bagaimana sekarang? Apa kau menyerah?”
Pertanyaan Kris membuat Sehun menggelengkan kepalanya.
“Aku akan membuatnya menyukaiku.”
...
...
...
Luhan baru saja keluar dari perpustakaan saat kedua matanya menangkap sosok Sehun yang sedang berjalan ke arahnya. Luhan berpura-pura tidak melihatnya dan berjalan ke arah berbeda. Namun, ia berhenti ketika melihat Sulli juga berjalan ke arahnya.
Sulli berhenti tepat di hadapan Luhan. Ia menatap Luhan tajam.
“Apa kau puas sudah merebut kekasih orang?” tanya Sulli sinis.
Luhan mengerti arah pembicaraan gadis itu.
“Aku tidak merebut siapapun.”
Perkataan Luhan membuat Sulli naik darah.
Plakkk!!!
Sebuah tamparan keras mendarat tepat di pipi mulus Luhan.
“Yak!! Kau gila?!” Sehun yang baru sampai langsung melotot ke arah Sulli. Sulli tidak peduli.
“Luhan, kau tidak apa-apa?”
Sehun menoleh menatap Luhan.
“Jangan pedulikan aku.” Luhan beranjak pergi.
Sehun ingin mengejarnya, tapi mungkin Luhan sedang tidak ingin diganggu saat ini.
“Kau salah, Sulli. Harusnya kau membalaskan sakit hatimu pada Minseok, bukan Luhan! Minseok yang suka padanya! Itu bukan salah Luhan!” emosi Sehun turut naik.
“Tidak. Itu salahnya karena dia sudah tebar pesona di depan Minseok. Lagipula kenapa kau begitu peduli pada pria cantik itu?”
“Karena aku menyukainya. Jadi, jangan lakukan itu lagi. Kalau kau menyakiti Luhan lagi, aku tidak akan segan-segan membalasmu. Mengerti?” Sehun pergi.
Sulli tidak dapat menyembunyikan rasa terkejutnya.
Sehun menyukai Luhan?
Demi dewa di langit, ada apa dengan semua pria di sekolah ini?
Mengapa mereka semua mendadak berubah menjadi gay?
Tapi sesungguhnya ancaman Sehun yang paling membuat Sulli terkejut.
Ia tak menyangka Sehun bisa mengatakan hal itu.
Sejujurnya, Sulli kecewa.
Tak bisakah Sehun kembali menjadi Sehun yang dulu?
Seorang Sehun yang hanya mencintai Sulli dan rela melakukan apapun demi dirinya?
Entah mengapa, air mata Sulli menetes satu per satu.
...
...
...
Luhan berjalan pulang, namun merasakan dadanya semakin terasa sakit.
Seharusnya tidak seperti ini.
Luhan tidak pernah merasakan rasa sakit sebelumnya.
Tak ada satupun hal yang bisa melukainya. Karena dia seorang malaikat.
Dia tak pernah sakit.
Dia bahkan tidak memiliki perasaan.
Namun, tugas yang diberikan padanya ternyata lebih berat dari perkiraan.
Setelah berhasil membuat Minseok memutuskan Sulli, seharusnya Sulli bisa kembali pada Sehun.
Tetapi Sehun membuat segalanya jadi rumit.
Kenapa Sehun harus menyukainya?
“Luhan, tunggu!”
Suara itu milik Oh Sehun. Untuk apa lagi dia mengejar Luhan?
Luhan mempercepat langkahnya, namun rasa sakit yang menghujam dadanya tak dapat tertahankan lagi.
Detik berikutnya, Luhan sudah tidak sadarkan diri.
“Luhan!!!”
...
...
...
No comments:
Post a Comment