Thursday 17 April 2014

Partisipasi Orang Tua dalam Pendidikan Anak

Partisipasi berasal dari kata participation yang berarti mengambil bagian atau ikut serta dalam mengambil bagian atau dapat juga disebut peran serta atau keterlibatan.

Partisipasi pada dasarnya tidak terlepas dari konsep manejemen, partisipasi sering dikaitkan dengan keikutsertaan dalam pengambilan kepiutusan maupun dalam implementasi, ini berarti konsep partisipasi dapat berupa keikutsertaan dalam proses perencanaan, pelaksanaan, penggerakan dan pengendalian serta ikut memikul tanggung jawab dalam mencapai tujuan. Di samping itu, partisipasi juga menyangkut pemberian saran, ide atau bahkan kerjasama. Hal ini sesuai dengan Pamudji (1985) yang mengartikan partisipasi sebagai ikut sertanya sesuatu untuk mengambil bagian dalam aktivitas yang dilakukan oleh susunan kesatuan yang lebih menyangkut kerjasama dan merupakan tempat terjadinya kesepakatan, harapan-harapan, persepsi-persepsi serta system komunikasi.

Sementara Davis (1967:427) menyatakan bahwa “participation is defined as a mental group situation which encourages himk to contribute to group goals and share responbility in them”. Partisipasi adalah keterlibatan mental dan emosi seseorang dalam situasi kelompok yang menggiatkan mereka untuk menyumbang pada tujuan kelompok serta bertanggung jawab terhadap hal tersebut.

Selanjuitnya, pengertian partisipasi menurut ensiklopedia pendidikan adalah suatu gejala demokratis dimana orang diikutsetakan dalam perencanaan seta pelaksanaan dan juga ikut memikul tanggung jawab sesuai dengan kematangan dan tingkat kewajibannya, partisipasi itu menjadi lebih baik dalam bidang-bidang fisik maupun bidang mental serta penentuan kebijakan (Suryasubroto, 1997).

Berdasarkan pengertian tersebut, maka yang dimaksud dengan partisipasi adalah suatu proses keikutsertaan seseorang dalam bentuk perencanaan, pelaksanaan, kerjasama, dan tanggung jawab baik fisik maupun mental.

Sementara itu, konsep keterlibatan prang tua menurut Cooper (dalam Suprat, 2000:72) adalah “parental involvement has typically menat parents volunteering their time to participate in school activities and taking an active part in their children’s learning.” Keterlibatan keluarga berarti secara khusus meluangkan waktunya untuk berpartisipasi dalam kegiatan-kegiatan sekolah dan ikut ambil bagian dalam kegiatan belajar anaknya.

Mengacu ke beberapa definisi tersebut, dapat disimpulkan bahwa partisipasi orang tua adalah keterlibatan atau keikutsertaan secara fisik dan mental dalam bentuk perencanaan, pengarahan, dan kerjasama serta bertanggung jawab dalam kegiatan belajar anak mencapai tujuan.

Dapat dipahami bahwa partisipasi orang tua mengandung dua aspek yang penting kaitannya dengan kegiatan belajar anak yaitu keterlibatan fisik dan mental orang tua, dan adanya tanggung jawab. Oleh karena itu, keterlibatan orang tua untuk mendukung keberhasilan pendidikan anaknya sangat luas, tidak hanya terbatas pada urusan di dalam rumah tangga seperti penyediaan sarana belajar saja.

Pada dasarnya, partisipasi orang tua dalam kegiatan pendidikan anak, tidak lain adalah untuk meningkatkan motivasi dan keberhasilan anak dalam mencapai tujuan pendidikan, di samping mengasuh, orang tua bertanggung jawab atas pendidikan anaknya. Hal ini sesuai dengan pendapat Gettinger and Guetschow dalam Suprat (2000:22) bahwa “parental involvement will also increase the social, emotional, and academic growth of children.” Keterlibatan keluarga juga akan meningkatkan social, emosional, dan perkembangan akademik anak.

Dengan demikian, dapat dikatakan bahwa keterlibatan orang tua dalam melaksanakan kegiatan pendidikan anak sangat penting, karena akan berpengaruh positif bagi keberhasilan dan kemajuan pendidikan anak.

Keluarga sebagai lingkungan pendidikan pertama dan utama mempunyai arti yang strategis dalam membekali dan mengisi nilai-nilaio kehidupan yang dibutuhkan oleh seorang anak. Dengan demikian yang bertanggung jawab masalah pendidikan anak adalah orang tua. Meskipun kita akui bahwa keluarga bukan merupakan satu-satunya pranata yang menata kehidupan anak. Berkaitan dengan hal tersebut, menurut Tilaar (1999) ada dua hal yang perlu diperhatikan, pertama adalah bahwa keluarga telah memberikan kepercayaan kepada sekolah untuk melaksanakan tugas yang tidak dapat dilaksanakan oleh keluarga sepenuhnya ialah pengembangan intelektual anak. Kedua adalah bahwa pembinaan pengembangan anak bukan hanya terjadi dalam lingkungan sekolah, tetapi di dalam berbagai pranata social yanga ada di dalam masyarakat.

Menurut Purwanto (1998) hubungan antara orang tua dengan sekolah akan dapat memperoleh pengetahuan-pengetahuan dan pengalaman dari sekolah/guru dalam hal pendidikan anak-anaknya.

Selain itu, juga akan dapat mengetahui permasalahan-permasalahan yang dihadapi anak baik menyangkut kedisiplinan, kerajinan, tingakt kemampuan, dan lain sebagainya. Karena itu, kerjasama antara orang tua dengan sekolah/guru sangat mendukung akan keberhasilan pendidikan anak.

Orang tua sebagai pendidik sekaligus dapat membimbing, memotivasi, menyuruh, bahkan menegur anak untuk belajar agar dapat berhasil dengan baik. Berkaitan dengan itu pula orang tua perlu memantau kegiatan belajar melalui buku kintrol dan mengevaluasi hasil belajar yang diperoleh anak. Hal-hal tersebut hendaknya menjadi perhatian orang tua, karena orang tua mempengaruhi keberhasilan dalam pencapaian tujuan pendidikan anak.

No comments:

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...