Wednesday 5 March 2014

Keterampilan-Keterampilan Mengajar

Belajar adalah penambahan pengetahuan atau perubahan tingkah laku sebagai rangkaian kegiatan, seperti membaca, mendengar, mengamati, meniru, dan sebagainya. Perubahan dari yang tidak tahu menjadi tahu. Oleh karena itu, dapat dikatakan terjadi proses belajar apabila seseorang menunjukkan tingkah laku yang berbeda.


Tujuan belajar:

1. Untuk mendapatkan pengetahuan

2. Penanaman konsep dan keterampilan

3. Pembentukan sikap

Keterampilan-Keterampilan Mengajar

1. Keterampilan Membuka Pelajaran

Tujuan: (1) untuk menciptakan mental murid agar siap memasuki persoalan yang akan dibicarakan; (2) untuk menimbulkan minat serta pemusatan perhatian murid terhadap apa yang akan dibicarakan dalam kegiatan belajar mengajar (KBM).

Siasat membuka pelajaran pada permulaan pelajaran

Guru: Selamat pagi anak-anak. Pada pagi ini ibu akan membahas topik mengarang. Apakah anak-anak siap mengikuti pelajaran? Siapa yang suka mengarang?

Siasat membuka pelajaran pada saat pengenalan konsep baru

Guru: Nah, pada pertemuan ini kita akan membicarakan topik baru. Pada minggu lalu, kita telah belajar mengarang narasi, namun pada kali ini kita akan membahas mengarang ilmiah. Sudahkah anak-anak melihat karangan ilmiah? Siapa yang pernah menyusun karya ilmiah? Pernahkah adik-adik menyusun makalah atau paper?

Siasat membuka pelajaran pada saat akan dimulai tanya jawab

Guru: Setelah anak-anak mempelajari seluk-beluk mengarang, coba amati tulisan yang ibu bagikan tadi, tentukan jenis tulisan itu dan alasanmu.

2. Keterampilan Menutup Pelajaran

- Merangkum atau membuat garis besar persoalan yang baru dipelajari

- Mengkonsolidasikan perhatian murid terhadap hal-hal pokok pembicaraan.

- Mengorganisasikan semua kegiatan yang baru dipelajari agar siswa memahami secara utuh bahan pelajaran.

3. Keterampilan Bertanya

Kebiasaan yang perlu dihindari:

a. Mengulang pertanyaan sendiri

b. Mengulangi jawaban siswa

c. Menjawab pertanyaan sendiri

d. Pertanyaan yang memancing jawaban serempak

e. Pertanyaan ganda: tidak boleh lebih dari satu kata kerja operasional atau objek.

f. Menentukan siswa untuk menjawab, sebelum mengajukan pertanyaan

Komponen Keterampilan Bertanya Dasar:

1. Pengungkapan pertanyaan secara jelas dan singkat sehingga dapat dipahami siswa.

2. Pemberian acuan: guru memberikan acuan berupa pertanyaan yang berisi informasi yang relevan dengan jawaban yang diharapkan dari siswa.

3. Pemusatan: dimulai dengan pertanyaan berfokus luas kemudian diikuti pertanyaan yang lebih khusus.

4. Pemindahan giliran: beberapa siswa secara bergiliran diminta menjawab pertanyaan yang sama.

5. Penyebaran: guru berusaha agar semua siswa mendapat giliran secara merata.

6. Pemberian waktu berpikir: sesudah mengajukan satu pertanyaan ke seluruh siswa, guru perlu memberikan waktu beberapa detik untuk berpikir, sebelum menunjuk salah seorang siswa untuk menjawabnya.

7. Pemberian tuntunan. Ada tiga cara yang dapat digunakan dalam pemberian tuntunan yaitu (1) mengungkapkan sekali lagi pertanyaan itu dengan cara lain yang lebih sederhana dan dengan susunan kata yang lebih mudah dipahami siswa; (2) mengajukan pertanyaan lain yang lebih sederhana yang jawabannya dapat dipakai menuntun siswa menemukan jawaban pertanyaan semula; (3) mengulang penjelasan-penjelasan sebelumnya yang berhubungan dengan pertanyaan itu.

Komponen Keterampilan Bertanya Lanjut:

1. Pengubahan tuntutan tingkah laku kognitif dalam menjawab pertanyaan. Selain menggunakan pertanyaan yang didasarkan pada taksonomi Bloom, guru dapat mengajukan pertanyaan pelacak untuk memenuhi maksud pengubahan tuntutan kognitif.

2. Pengaturan urutan pertanyaan. Guru harus mengatur urutan pertanyaan, yakni mulai dari pertanyaan pemahaman, analisis, sintesis, dan evaluasi.

3. Penggunaan pertanyaan pelacak. Ada tujuh teknik pertanyaan pelacak, yakni:

a. Klarifikasi: jika siswa menjawab kurang tepat, maka guru memberikan pertanyaan pelacak yang meminta siswa menjelaskan dengan kata-kata lain.

Contoh: Dapatkah kamu menjelaskan sekali lagi apa....

Dapatkah kamu membuat rangkuman singkat dari penjelasan itu?

b. Meminta siswa memberikan alasan yakni siswa memberikan bukti untuk menunjang jawabannya.

Contoh: Apa buktinya bahwa apa yang kamu katakan itu benar?

c. Meminta kesepakatan pandangan, ialah guru meminta pandangan siswa lain tentang pendapat siswa tadi.

Contoh: Siapa yang setuju dengan jawaban itu? Mengapa?

Beri alasan mengapa kamu setuju atau tidak setuju?

d. Meminta ketepatan jawaban.

e. Meminta jawaban yang lebih relevan.

f. Meminta contoh.

g. Meminta jawaban lebih kompleks.

Contoh: Dapatkah kamu memberikan ide penting lainnya lagi mengenai hal itu?

4. Peningkatan terjadinya interaksi

a. Siswa diberi kesempatan singkat untuk mendiskusikan jawabannya bersama teman dekatnya.

b. Jika siswa mengajukan pertanyaan, guru tidak segera menjawab pertanyaan tersebut, melainkan melontarkan kembali pertanyaan itu kepada siswa untuk didiskusikan.

4. Keterampilan Memberi Penguatan

Penggunaan dalam kelas:

a. Tujuan yang dapat dicapai adalah meningkatkan perhatian siswa, membangkitkan dan memelihara motivasi siswa, memudahkan siswa belajar, mengontrol dan memodifikasi tingkah laku siswa yang kurang positif, serta mendorong munculnya tingkah laku yang produktif.

b. Prinsip penggunaan: kehangatan dan keantusiasan; kebermaknaan dan menghindari penggunaan respon negatif.

c. Cara penggunaan:

- penggunaan kepada pribadi tertentu;

- penggunaan kepada kelompok siswa;

- pemberian penguatan dengan segera;

- variasi dalam penggunaan.

Komponen-komponen penguatan

a. Penguatan verbal: berupa kata, seperti: benar, bagus, tepat sekali, betul.

b. Penguatan nonverbal, antara lain:

- Penguatan berupa mimik dan gerakan badan.

- Penguatan dengan cara mendekati.

- Penguatan dengan sentuhan.

- Penguatan dengan kegiatan yang menyenangkan, misalnya memilih siswa sebagai pemimpin/ketua pada kelompok kesenian karena bakatnya.

- Penguatan berupa simbol atau benda, seperti tanda (v) pada buku siswa.

- Penguatan tak penuh: guru tidak langsung memberikan respon menyalahkan siswa jika jawaban itu salah, melainkan guru sebaiknya mengatakan jawabanmu sebagian benar, tetapi masih perlu disempurnakan sedikit.

5. Keterampilan Mengadakan Variasi Stimulus

Variasi stimulus adalah suatu kegiatan guru dalam konteks proses interaksi belajar-mengajar yang ditunjukkan untuk mengatasi kebosanan siswa sehingga mereka tekun, antusias, dan partisipatif. Aspek-aspek yang perlu dilatihkan dalam kegiatan ini:

a. Gerak guru: (1) biasakan bergerak bebas sesuai maksud; (2) jangan menerangkan sambil menulis menghadap papan tulis; (3) jangan menerangkan sambil mondar-mandir atau hanya duduk; (4) arah pandangan menjelaskan ke seluruh kelas, bukan ke arah luar atau langit-langit; (5) bila mengobservasi seluruh kelas usahakan bergerak perlahan-lahan dari arah depan ke belakang atau belakang ke depan.

b. Isyarat guru: gerak tubuh yang mengandung maksud tertentu, misalnya gerakan tangan yang menyatakan sesuatu, anggukan kepala, gerak mengangkat alis mata, mengerutkan kening, dan bertepuk tangan.

c. Suara guru: jangan menggunakan suara yang monoton, melainkan bervariasi.

d. Guru diam: pembicaraan lebih mengundang perhatian pendengar, apabila disampaikan dengan selingan diam.

e. Gaya interaksi, digunakan untuk menghindari kebosanan siswa, yakni pola guru-kelompok murid, pola guru-murid sebagai individu, pola murid-murid.

No comments:

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...