Thursday 12 March 2015

[Fanfiction Hunhan] I'm In Love With My Best Friend - Chapter 02



Sehun keluar dari kelas dan berjalan menuju jurusan tempat Luhan berkuliah. Sehun dan Luhan memang berada di satu fakultas yang sama, yaitu ekonomi. Bedanya, Sehun mengambil jurusan akuntansi sedangkan Luhan mengambil jurusan marketing. Sehingga keduanya sudah sering bertemu setelah kelas mereka selesai.

Hari ini, mereka berencana membeli perlengkapan menyamar yang akan digunakan Luhan saat bertemu orang tua Sehun sore nanti. Setelah bertemu dengan Luhan, Sehun pun mengajak Luhan pergi ke butik.

Salah satu butik ternama di daerah gangnam menjadi tempat tujuan Sehun. Mereka pun sampai setelah menempuh perjalanan kurang dari dua puluh menit dengan menggunakan mobil pribadi Sehun.

Sehun disambut hangat oleh para pegawai di sana. Butik itu memang sudah menjadi langganan keluarganya.

“Ada yang bisa kami bantu, tuan?” tanya salah seorang pegawai wanita sambil tersenyum manis. Mungkin bermaksud menggoda pria tampan di depannya. Sayangnya, Sehun sama sekali tidak melihatnya.

“Aku ingin memilih pakaian wanita sebagai kado, tetapi sementara aku memilih, aku tidak ingin siapapun kecuali aku dan temanku berada di sini.” Ujar Sehun dengan tampang dingin ciri khasnya.

“Oh, baik tuan. Kami akan menunggu di luar.” Pegawai itu pun mengisyaratkan kepada pegawai lainnya untuk meninggalkan ruangan. Sehingga hanya Sehun dan Luhan yang berada di dalam ruangan yang dipenuhi koleksi busana wanita terbaru itu.

“Hei,, tidakkah itu berlebihan? Kita bisa mengambil baju mana saja kemudian pergi.” Ujar Luhan.

Sehun yang sedang melihat-lihat pakaian menggeleng pelan.

“Bukan sembarang baju, Luhan. Harus sesuai dengan seleraku, dan yang pasti cocok di tubuhmu.”

Luhan hanya mendengus kesal mendengarnya. Tapi mau bagaimana lagi? Luhan sudah menyetujui ide ini dan seorang pria manly tidak pernah mengingkari ucapannya.

“Coba lihat ini.” Sehun menunjukkan sebuah mini dress dengan warna peach yang lembut. Luhan bengong melihatnya. Ya, dress itu memang terlihat manis. Tetapi mengingat dia yang akan memakainya nanti, membuatnya ingin muntah.

“Pilihanmu buruk. Yang ini saja, jauh lebih elegan.” Luhan memperlihatkan sebuah baju kaos hitam dengan glitter perak dan celana panjang hitam.

“Oh, big no. Kau ingin memakai celana? Orang tuaku langsung bisa tahu kalau kau laki-laki. Lagipula aku tidak tidak mau memiliki pacar yang berpenampilan gotik seperti itu.”

“Memangnya apa yang salah dengan penampilan gotik? Aku suka.”

“Mungkin kau perlu diingatkan, Luhan. Disini, kau yang harus menyamar sebagai wanita. Jadi, kau harus mengikuti seleraku.”

Luhan mendengus kesal.

“Ya ya ya. Terserahmu saja.”

Sehun tersenyum lalu mengambil beberapa potong dress yang berwarna lembut, beberapa perhiasan, dan beberapa pasang sepatu high heels.

Apa? High heels? Luhan segera menghentikan tindakan Sehun.

“Kenapa harus high heels? Bagaimana kalau nanti aku terjatuh?”

“Kau bisa belajar. Lagipula aku ingin pacarku terlihat lebih tinggi.”

“Jadi, maksudmu aku pendek begitu?”

“Tak perlu kau tanyakan.”

“Yak!!!”

Sebuah pukulan mendarat tepat di lengan Sehun membuat barang-barang yang dibawanya berjatuhan.

“Tenang saja, Lu. Kau hanya memakai high heels saat orang tuaku ada. Mereka jarang pulang ke rumah kecuali ada hal penting. Okey?” Sehun kembali mengambil barang-barang yang terjatuh tadi. Luhan hanya mengerucutkan bibirnya, kesal.

***

Luhan membuka matanya dan memandang kagum pada sosok yang ia lihat di cermin. Mengapa wajahnya tampak begitu berbeda? Wanita yang mendandaninya sejak setengah jam yang lalu pasti sangat ahli di bidangnya sehingga bisa mengubah Luhan yang manly menjadi sosok cantik seperti ini dengan rambut berwarna cokelat panjang. Luhan jadi takut jatuh cinta pada dirinya sendiri.

“Anda terlihat sangat cantik.” Puji wanita itu. Luhan tak tahu harus bereaksi seperti apa. Ya, dia memang terlihat cantik, tapi mengingat kalau dirinya adalah laki-laki, tetap saja itu tidak bisa dianggap sebagai pujian.

Luhan pun keluar dari ruang rias itu setelah mengenakan dress yang dibeli Sehun tadi sambil menenteng sepatu highheels dengan warna senada.

Sehun yang menunggu di luar terkejut tak percaya akan pemandangan di hadapannya. Luhan, sahabatnya, kini telah berubah 180 derajat menjadi seorang gadis cantik. Sehun yakin ia akan bisa mengelabui kedua orang tuanya dengan mudah.

“Jangan melihatku seperti itu.” kata Luhan risih. Sehun hanya tersenyum sambil menghampiri Luhan.

Sehun mengambil sepatu high heels dari tangan Luhan lalu berlutut dengan satu lututnya di lantai dan satu lutut tetap menghadap ke atas. Luhan sempat terkejut melihat Sehun memakaikan sepatu itu di kakinya. Ya, ini terlihat seperti adegan-adegan romantis dalam film-film drama. Bahkan beberapa orang yang lewat menatapnya iri.

‘Hahaha, mereka tidak tahu saja apa yang terjadi di sini.’ Batin Luhan.

Setelah memakaikan sepatu di kaki Luhan, Sehun pun kembali berdiri.

“Kau bisa berjalan?” tanya Sehun.

Luhan berusaha melangkah, namun langkahnya terlihat sangat janggal, seperti ditiup angin topan. Beberapa kali Luhan hampir terjatuh, untung saja Sehun segera menangkapnya. Sekali lagi, karena kejadian itu, orang-orang menatap iri padanya.

Setelah beberapa kali latihan berjalan bolak balik, Luhan akhirnya dapat berjalan dengan sedikit normal, walaupun harus menggaet lengan Sehun sebagai pegangan.

Hari menjelang sore, matahari mulai kembali ke peraduannya saat Sehun dan Luhan telah sampai di rumah Sehun. Walaupun mereka bersahabat, ini adalah kali pertama Luhan menginjakkan kakinya di rumah Sehun. Mereka harus melewati gerbang yang sangat tinggi berwarna hitam kelam lalu menyelusuri sebuah jalan yang dipenuhi pepohonan di sisi-sisinya kemudian tiba di rumah megah bergaya eropa dengan pilar-pilar yang menjulang tinggi.

Luhan tidak bisa menyembunyikan perasaan kagumnya terhadap rumah itu. Pasti orang tua Sehun sangat kaya, pikirnya.

“Kau siap?” Sehun berhenti lalu menoleh melihat Luhan. Luhan mengangguk yakin. Mereka pun masuk ke dalam rumah saat asisten rumah tangga Sehun membukakan pintunya.

Nuansa ala eropa semakin kental terasa saat Luhan memasuki ruang tamu rumah itu. Lantai dari marmer mengkilat, perabot berwarna keemasan, guci-guci besar, dan lukisan-lukisan yang terpajang di dinding membuat Luhan tak yakin ia masih berada di Korea.

Dua orang pria paruh baya menyambut mereka. Luhan segera dapat mengenali mereka sebagai orang tua Sehun.

“Selamat datang di rumah kami, perkenalkan, aku Roger dan dia suamiku, Taehun.” Ujar salah satu pria bertampang blasteran itu sambil mengulurkan tangannya. Luhan segera menyambutnya sambil tersenyum.

“Saya Luna, senang bertemu Anda.” Ujar Luhan sambil menyalami kedua pria itu bergantian. Beruntung Luhan tidak perlu ikut memalsukan suaranya karena ia memiliki suara yang cukup lembut untuk ukuran pria.

Orang tua Sehun pun mengajak Luhan untuk duduk di sofa sembari berbincang-bincang. Roger memuji Sehun yang bisa mendapatkan Luna yang cantik. Sehun hanya tersenyum salah tingkah mendengar pujian itu. Taehun pun penasaran tentang bagaimana pertemuan mereka. Untung saja Sehun dan Luhan sudah menyiapkan hal itu. Mereka bercerita sebagaimana adanya. Bahwa Sehun bertemu Luhan karena dikenalkan oleh salah satu temannya, bernama Kris. Dari situlah mereka mulai saling mengenal dan menjadi sepasang kekasih.

Setelah berbincang-bincang, mereka pun menyantap makan malam di ruang makan. Ruangan itu sangat luas dengan meja makan panjang yang cukup untuk dua puluh orang. Berbagai macam makanan mewah pun dihidangkan, semua menu eropa. Luhan menyantapnya dengan rakus. Memakan makanan sampai kedua pipinya menggelembung penuh. Ia hampir lupa tentang penyamarannya kalau saja Sehun tidak segera mengingatkannya dengan menyenggol kakinya.

“Moap, mwakanan inie eianak syekali.” Ujar Luhan tidak jelas namun masih bisa dipahami oleh ketiga orang di sana.

Orang tua Sehun tersenyum, “Kami senang kau menyukainya.”

Sedangkan Sehun hanya menghela nafas kesal, hancur sudah image kekasih yang dibuatnya. Beruntung, kedua orang tuanya tidak curiga.

Luhan hampir tersedak, Sehun segera memberikannya air minum.

“Makanya jangan makan terlalu cepat. Pelan-pelan saja.” Ujar Sehun sambil mengelus pundak Luhan.

“Iya, maaf.” Balas Luhan.

Sementara kedua pria yang duduk di hadapan mereka berpikiran tentang betapa manisnya pasangan itu.

-
-
-

TBC

1 comment:

Yuko said...

wkwk luhan gabisa jaga image banget, seru ceritanya bingung mau ngomong apalagi. tapi serius deh, sehun disini manis banget ama luhan padahal cuman pura2 doang

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...