a. Pengertian Karangan
Menurut Gie (2002: 3) dalam bukunya yang berjudul “Terampil Mengarang” memberikan pemahaman mengenai mengarang, karangan, pengarang, dan karang mengarang, yaitu:
1) Mengarang diartikan sebagai rangkaian kegiatan seseorang mengungkapkan gagasan dan mengungkapkan gagasan dan menyampaikannya melalui bahasa tulis kepada masyarakat pembaca untuk dipahami;
2) Karangan diartikan sebagai hasil perwujudan gagasan seseorang dalam bahasa tulis yang dapat dibaca dan dimengerti oleh masyarakat pembaca;
3) Pengarang adalah seseorang yang karena kegemarannya atau berdasrkan bidang kerjanya melakukan kegiatan mengarang;
4) Karang-mengarang adalah kegiatan atau pekerjaan mengarang. Kata ini juga berarti perihal mengarang.
b. Jenis Karangan
Selanjutnya, menurut Ramly dan Azis (2008:77-94), wacana atau karangan dibagi menjadi lima bagian, yaitu:
1) Narasi
Narasi adalah karangan yang menceritakan suatu peristiwa atau kejadian sedemikian rupa sehingga pembaca seolah-olah mengalami sendiri kejadian yang diceritakan itu. Keraf (dalam Ramly, 2008: 77) mengemukakan bahwa narasi dapat dibagi menjadi dua, yaitu (1) narasi ekspositoris, yaitu narasi yang sasarannya adalah ketepatan informasi mengenai suatu peristiwa yang dideskripsikan, dan (2) narasi sugesti, yaitu narasi yang berusaha untuk member maksud tertentu, menyampaikan suatu amanat terselubung kepada para pembaca atau pendengar.
2) Deskripsi
Deskripsi adalah karangan yang menggambarkan sebuah objek sedemikian rupa sehingga pembaca merasa seolah-olah melihat sendiri yang digambarkan itu.
3) Eksposisi
Eksposisi adalah karangan yang memaparkan sejumlah pengetahuan atau informasi dengan tujuan agar pembaca mendapat informasi dan pegetahuan dengan sejelas-jelasnya.
4) Argumentasi
Argumentasi adalah karangan yang bertujuan untuk membuktikan suatu kebenaran sehingga pembaca meyakini kebenaran itu.
5) Persuasi
Persuasi adalah karangan yang bertujuan untuk memengaruhi pembaca, yang memerlukan fakta penunjang.
c. Pola Pengembangan Karangan
Menurut Keraf (2001: 26-30), ada beberapa pola pengembangan karangan, antara lain: (1) dengan hal-hal yang khusus (umum-khusus/khusus-umum); (2) dengan alasan-alasan (sebab-akibat); (3) dengan perbandingan; (4) dengan contoh-contoh; (5) dengan definisi luas; dan (6) dengan campuran. Pola pengembangan karangan tersebut dijelaskan sebagai berikut.
1) Pengembangan dengan hal-hal khusus
Dalam bentuk umum ke khusus, gagasan utama diletakkan pada awal karangan, kemudian diikuti dengan rincian-rincian khusus.
Contoh:
(1) Salah satu kedudukan bahasa Indonesia adalah sebagai bahasa nasional. (2) Kedudukan ini dimiliki sejak dicetuskannya Sumpah Pemuda pada tanggal 28 Oktober 1928. (3) Kedudukan ini dimungkinkan pada kenyataan bahwa bahasa Melayu yang mendasari bahasa Indonesia telah menjadi Lingua Franca selam berabad-abad di seluruh tanah air kita. (4) Hal ini ditunjang lagi oleh factor tidak terjadinya “persaingan bahasa”, maksudnya persaingan bahasa daerah yang lain untuk mencapai kedudukannya sebagai bahasa nasional (Keraf, 2001: 26).
Penulis dapat juga menempuh cara lain. Rincian-rincian (kekhususan) dituliskan lebih dahulu, kemudian pada akhir karangan disimpulkan gagasan utamanya. Jadi, dalam pengembangan ini digunakan pole pengembangan dari khusus ke umum.
2) Pengembangan dengan Alasan-alasan
Dalam pengembangan menurut pola ini, fakta yang menjadi sebab terjadinya sesuatu itu dikemukakan lebih dulu, kemudian disusul oleh rincian-rincian sebagai akibatnya, dalam hal ini sebab merupakan gagasan utama, sedangkan akibat merupakan gagasan penjelas.
3) Pengembangan dengan Perbandingan
Pola pengembangan karangan ini dilakukan penulis dalam memaparkan persamaan dan perbedaan dua objek/gagasan atau lebih. Perbandingan tersebut dapat dilakukan karena objek yang berbeda itu mempunyai persamaan tertentu dan juga perbedaan tertentu.
4) Pengembangan dengan Contoh-contoh
Pola pengembangan dengan contoh-contoh terlebih dahulu dikemukakan suatu pernyataan,kemudian disebutkan rincian-rincian berupa contoh-contoh konkret.
5) Pengembangan dengan Definisi Luas
Definisi luas dapat dipakai untuk mengembangkan pikiran utama. Semua penjelas atau uraian menuju pada perumusan definisi itu sendiri.
6) Pengembangan dengan Campuran
Pada pola pengembangan ini, rincian-rincian terhadap gagasan utama terdiri atas campuran dari dua atau lebih cara pengembangan paragraph. Jadi, dalam karangan itu terdapat campuran umum-khusus dengan sebab-akibat, atau dengan perbandingan dan sebagainya.
d. Faktor-faktor yang Perlu Diperhatikan dalam Menulis Karangan
Menurut Akhadiah (dalam Hasnindah, 2011: 25) dalam menulis karangan, terdapat beberapa faktor yang perlu diperhatikan, yaitu :
1) Memilih judul yang efektif dan efisien.
2) Membuat kerangka karangan.
3) Pengembangan karangan berdasarkan kerangka karangan.
4) Sistematika penulisan meliputi pendahuluan, isi, dan penutup.
5) Kesesuaian isi karangan dengan judul karangan.
6) Tata bahasa.
7) Menggunakan ejaan dan tanda baca yang disempurnakan dalam karangan.
Daftar Pustaka
Menurut Gie (2002: 3) dalam bukunya yang berjudul “Terampil Mengarang” memberikan pemahaman mengenai mengarang, karangan, pengarang, dan karang mengarang, yaitu:
1) Mengarang diartikan sebagai rangkaian kegiatan seseorang mengungkapkan gagasan dan mengungkapkan gagasan dan menyampaikannya melalui bahasa tulis kepada masyarakat pembaca untuk dipahami;
2) Karangan diartikan sebagai hasil perwujudan gagasan seseorang dalam bahasa tulis yang dapat dibaca dan dimengerti oleh masyarakat pembaca;
3) Pengarang adalah seseorang yang karena kegemarannya atau berdasrkan bidang kerjanya melakukan kegiatan mengarang;
4) Karang-mengarang adalah kegiatan atau pekerjaan mengarang. Kata ini juga berarti perihal mengarang.
b. Jenis Karangan
Selanjutnya, menurut Ramly dan Azis (2008:77-94), wacana atau karangan dibagi menjadi lima bagian, yaitu:
1) Narasi
Narasi adalah karangan yang menceritakan suatu peristiwa atau kejadian sedemikian rupa sehingga pembaca seolah-olah mengalami sendiri kejadian yang diceritakan itu. Keraf (dalam Ramly, 2008: 77) mengemukakan bahwa narasi dapat dibagi menjadi dua, yaitu (1) narasi ekspositoris, yaitu narasi yang sasarannya adalah ketepatan informasi mengenai suatu peristiwa yang dideskripsikan, dan (2) narasi sugesti, yaitu narasi yang berusaha untuk member maksud tertentu, menyampaikan suatu amanat terselubung kepada para pembaca atau pendengar.
2) Deskripsi
Deskripsi adalah karangan yang menggambarkan sebuah objek sedemikian rupa sehingga pembaca merasa seolah-olah melihat sendiri yang digambarkan itu.
3) Eksposisi
Eksposisi adalah karangan yang memaparkan sejumlah pengetahuan atau informasi dengan tujuan agar pembaca mendapat informasi dan pegetahuan dengan sejelas-jelasnya.
4) Argumentasi
Argumentasi adalah karangan yang bertujuan untuk membuktikan suatu kebenaran sehingga pembaca meyakini kebenaran itu.
5) Persuasi
Persuasi adalah karangan yang bertujuan untuk memengaruhi pembaca, yang memerlukan fakta penunjang.
c. Pola Pengembangan Karangan
Menurut Keraf (2001: 26-30), ada beberapa pola pengembangan karangan, antara lain: (1) dengan hal-hal yang khusus (umum-khusus/khusus-umum); (2) dengan alasan-alasan (sebab-akibat); (3) dengan perbandingan; (4) dengan contoh-contoh; (5) dengan definisi luas; dan (6) dengan campuran. Pola pengembangan karangan tersebut dijelaskan sebagai berikut.
1) Pengembangan dengan hal-hal khusus
Dalam bentuk umum ke khusus, gagasan utama diletakkan pada awal karangan, kemudian diikuti dengan rincian-rincian khusus.
Contoh:
(1) Salah satu kedudukan bahasa Indonesia adalah sebagai bahasa nasional. (2) Kedudukan ini dimiliki sejak dicetuskannya Sumpah Pemuda pada tanggal 28 Oktober 1928. (3) Kedudukan ini dimungkinkan pada kenyataan bahwa bahasa Melayu yang mendasari bahasa Indonesia telah menjadi Lingua Franca selam berabad-abad di seluruh tanah air kita. (4) Hal ini ditunjang lagi oleh factor tidak terjadinya “persaingan bahasa”, maksudnya persaingan bahasa daerah yang lain untuk mencapai kedudukannya sebagai bahasa nasional (Keraf, 2001: 26).
Penulis dapat juga menempuh cara lain. Rincian-rincian (kekhususan) dituliskan lebih dahulu, kemudian pada akhir karangan disimpulkan gagasan utamanya. Jadi, dalam pengembangan ini digunakan pole pengembangan dari khusus ke umum.
2) Pengembangan dengan Alasan-alasan
Dalam pengembangan menurut pola ini, fakta yang menjadi sebab terjadinya sesuatu itu dikemukakan lebih dulu, kemudian disusul oleh rincian-rincian sebagai akibatnya, dalam hal ini sebab merupakan gagasan utama, sedangkan akibat merupakan gagasan penjelas.
3) Pengembangan dengan Perbandingan
Pola pengembangan karangan ini dilakukan penulis dalam memaparkan persamaan dan perbedaan dua objek/gagasan atau lebih. Perbandingan tersebut dapat dilakukan karena objek yang berbeda itu mempunyai persamaan tertentu dan juga perbedaan tertentu.
4) Pengembangan dengan Contoh-contoh
Pola pengembangan dengan contoh-contoh terlebih dahulu dikemukakan suatu pernyataan,kemudian disebutkan rincian-rincian berupa contoh-contoh konkret.
5) Pengembangan dengan Definisi Luas
Definisi luas dapat dipakai untuk mengembangkan pikiran utama. Semua penjelas atau uraian menuju pada perumusan definisi itu sendiri.
6) Pengembangan dengan Campuran
Pada pola pengembangan ini, rincian-rincian terhadap gagasan utama terdiri atas campuran dari dua atau lebih cara pengembangan paragraph. Jadi, dalam karangan itu terdapat campuran umum-khusus dengan sebab-akibat, atau dengan perbandingan dan sebagainya.
d. Faktor-faktor yang Perlu Diperhatikan dalam Menulis Karangan
Menurut Akhadiah (dalam Hasnindah, 2011: 25) dalam menulis karangan, terdapat beberapa faktor yang perlu diperhatikan, yaitu :
1) Memilih judul yang efektif dan efisien.
2) Membuat kerangka karangan.
3) Pengembangan karangan berdasarkan kerangka karangan.
4) Sistematika penulisan meliputi pendahuluan, isi, dan penutup.
5) Kesesuaian isi karangan dengan judul karangan.
6) Tata bahasa.
7) Menggunakan ejaan dan tanda baca yang disempurnakan dalam karangan.
Daftar Pustaka
Abbas, Hasnindah. 2011. “Meningkatkan Hasil Belajar Bahasa Indonesia Keterampilan Menulis Materi Membuat Karangan Melalui Media Gambar Seri Pada Murid Kelas V SDN Sudirman III Makassar”. Skripsi. Makassar: FIP UNM.
Keraf, Gorys. 2001. Argumentasi dan Narasi. Jakarta: PT Gramedia.
Ramli dan Azis. 2008. Bahasa Indonesia. Makassar: Badan Penerbit UNM.
The Liang Gie. 2002. Terampil Mengarang. Yogyakarta: Andi Yogyakarta.
Keraf, Gorys. 2001. Argumentasi dan Narasi. Jakarta: PT Gramedia.
Ramli dan Azis. 2008. Bahasa Indonesia. Makassar: Badan Penerbit UNM.
The Liang Gie. 2002. Terampil Mengarang. Yogyakarta: Andi Yogyakarta.
No comments:
Post a Comment