Paragraf merupakan inti penuangan buah pikiran dalam sebuah karangan. Dalam paragraf terdapat satu unit buah pikiranyang didukung oleh semua kalimat dalam paragraf tersebut, mulai dari kalimat pengenal, kalimat utama atau kalimat topik, kalimat-kalimat penjelas sampai pada kalimat penutup. Himpunan kalimat ini saling bertalian sehingga membentuk sebuah gagasan. Sabarti Akhadiah dkk. (1998: 144).
Paragraf dapat terdiri atas satu kalimat yang berisi gagasan utama dan sejumlah kalimat yang berisi gagasan penjelas yang menjadi pendukung. Paragraf itulah yang kemudian dapat disusun menjadi teks atau wacana. Dengan demikian unsure terkecil sebuah teks atau wacana adalah paragraf, bukan kalimat. Arifin dan Junaiyah (2009: 82).
Sebuah paragraf pada umumnya terdiri dari beberapa kalimat, dan ada pula paragraf yang hanya terdiri dari satu kalimat panjang. Setiap kalimat yang membentuk paragraf memiliki fungsi yang berbeda-beda. Ada yang memuat ide utama, kalimat ini disebut kalimat utama. Kalimat topik, bahkan, sering kali menjadi fokus dan hanya dapat dijelaskan dalam beberapa paragraf. Hal ini menunjukkan bahwa sebuah kalimat topik bisa dikembangkan dalam bentuk paragraf, atau beberapa paragraf.
Dari penjelasan di atas penulis dapat menyimpulkan bahwa pargraf adalah kumpulan dari beberapa kalimat yang di dalamnya terdapat kalimat utama dan kalimat penjelas.
a. Cara yang dapat dilakukan dalam pengembangan paragraf, yaitu:
Dari sisi praktis pengembangan paragraf bisa terjadi secara naluriah ketika seorang penulis sudah berpengalaman dan telah melalui latihan-latihan menulis yang senantiasa dievaluasi. Pengembangan paragraf tidak seharusnya mengikuti aturan tertentu, meskipun secara teori paragraf harus dikembangkan melalui tahap-tahap tertentu. Ketika seorang penulis mengetahui apa yang ingin dia sampaikan dan bagaimana menyampakannya, penulis tersebut akan mampu mengembangkan paragrafnya secara jelas.
b. Syarat- syarat pembentukan paragraf
1) Kesatuan
Paragraf dianggap mempunyai kesatuan, jika kalimat-kalimat dalam paragraf itu tidak terlepas dari topiknya atau selalu relevan dengan tipok.
2) Kepaduan
Kepaduan atau koherensi suatu paragraf ditandai dengan urutan pikiran yang teratur serta menggunakan unsur kebahasaan yang jelas.
3) Kelengkapan
Suatu paragraf dikatakan lengkap jika berisi kalimat-kalimat penjelas yang cukup untuk menunjang kejelasan kaliamt topik atau kalimat utama. Sebaliknya paragraf dikatakan tidak lengkap jika hanya dikembangkan melalui pengulangan-pengulangan.
Paragraf dapat terdiri atas satu kalimat yang berisi gagasan utama dan sejumlah kalimat yang berisi gagasan penjelas yang menjadi pendukung. Paragraf itulah yang kemudian dapat disusun menjadi teks atau wacana. Dengan demikian unsure terkecil sebuah teks atau wacana adalah paragraf, bukan kalimat. Arifin dan Junaiyah (2009: 82).
Sebuah paragraf pada umumnya terdiri dari beberapa kalimat, dan ada pula paragraf yang hanya terdiri dari satu kalimat panjang. Setiap kalimat yang membentuk paragraf memiliki fungsi yang berbeda-beda. Ada yang memuat ide utama, kalimat ini disebut kalimat utama. Kalimat topik, bahkan, sering kali menjadi fokus dan hanya dapat dijelaskan dalam beberapa paragraf. Hal ini menunjukkan bahwa sebuah kalimat topik bisa dikembangkan dalam bentuk paragraf, atau beberapa paragraf.
Dari penjelasan di atas penulis dapat menyimpulkan bahwa pargraf adalah kumpulan dari beberapa kalimat yang di dalamnya terdapat kalimat utama dan kalimat penjelas.
a. Cara yang dapat dilakukan dalam pengembangan paragraf, yaitu:
- Tentukan apa yang ingin disampaikan pada sub-topik, sebagai fokus.
- Mulailah menulis paragraf pertama mengenai hal yang sifatnya umum dari fokus.
- Berikanlah penjelasan atas apa yang telah disebutkan tanpa beralih fokus.
- Kembangkanlah paragraf secara internal dengan mendeskripsikan entitas dengan latar yang berada pada ide pokok.
- Hubungkanlah paragraf yang satu dengan yang lain dengan menggunakan clue.
- Pastikan setiap paragraf berikut bergerak menuju kekhususan dari fokus.
Dari sisi praktis pengembangan paragraf bisa terjadi secara naluriah ketika seorang penulis sudah berpengalaman dan telah melalui latihan-latihan menulis yang senantiasa dievaluasi. Pengembangan paragraf tidak seharusnya mengikuti aturan tertentu, meskipun secara teori paragraf harus dikembangkan melalui tahap-tahap tertentu. Ketika seorang penulis mengetahui apa yang ingin dia sampaikan dan bagaimana menyampakannya, penulis tersebut akan mampu mengembangkan paragrafnya secara jelas.
b. Syarat- syarat pembentukan paragraf
1) Kesatuan
Paragraf dianggap mempunyai kesatuan, jika kalimat-kalimat dalam paragraf itu tidak terlepas dari topiknya atau selalu relevan dengan tipok.
2) Kepaduan
Kepaduan atau koherensi suatu paragraf ditandai dengan urutan pikiran yang teratur serta menggunakan unsur kebahasaan yang jelas.
3) Kelengkapan
Suatu paragraf dikatakan lengkap jika berisi kalimat-kalimat penjelas yang cukup untuk menunjang kejelasan kaliamt topik atau kalimat utama. Sebaliknya paragraf dikatakan tidak lengkap jika hanya dikembangkan melalui pengulangan-pengulangan.
1. Jenis-jenis paragraf
a. Jenis-jenis paragraf berdasarkan fungsinya:
1) Paragraf peralihan, paragraf peralihan memerankan dua fungsi, yaitu merangkumkan menilai bahan (uraian terdahulu) dan membayangkan bahan (uraian berikutnya). Paragraf peralihan memperkenalkan baik judul, subjek, maupun pembatasan. Kadang-kadang, paragraf peralihan berbentuk pertanyaan, yang menggerakkan para pembaca dari satu gagasan kegagasan lainnya dan mempunyai keunggulan tambahan dalam hal membuat para pembaca menghadapi masalah tersebut.
2) Paragraf penekanan, terdiri dari beberapa kalimat singkat (kadang-kadang hanya terdiri dari satu kalimat ) yang pada umumnya dimaksudkan untuk mengejutkan para pembaca, menimbulkan reaksi dari mereka, atau memastikan bahwa mereka memperoleh pesan yang jelas dan pokok. Kadang-kadang, paragraf penekanan secara tepat-guna mengakhiri suatu tulisan, memberikan suatu pengaruh yang tidak mudah dicapai oleh paragraf yang lebih panjang.
b. Jenis paragraf berdasarkan tujuannya:
1) Paragraf pembuka, paragraf ini berperan sebagai pengantar untuk sampai pada masalah yang akan diuraikan. Paragraf pembuka mempunyai dua kegunaan, yaitu selain supaya dapat menarik perhatian pembaca, juga berfungsi menjelaskan tentang tujuan dari penulisan itu.
2) Paragraf penghubung, paragraf ini berisi tentang inti persoalan yang akan dikemukakan.
3) Paragraf penutup, paragraf ini berisi kesimpulan dari paragraf penghubung. Dapat juga paragraf penghubung berisi penegasan kembali mengenai hal-hal yang dianggap penting dalam paragraf penghubung.
c. Jenis paragraf berdasarkan jenis tulisan (genre):
1) Naratif adalah tulisan yang menceritakan sebuah kejadian. Naratif kebanyakan dalam bentuk fiksi seprti novel, cerpen, dongeng dan sebagainya. Walaupun demikian, naratif tidak selamanya bersifat fiktif, ada juga naratif yang factual (tapi lebih lebih dikenal sebagai recount). Intinya naratif berasal dari kata “to narratte” atau “to tell story” yang artinya menyampaikan cerita. Fungsi sosial dari tulisan naratif adalah digunakan oleh penulis untuk melaporkan kejadian di masa lampau.
2) Deskriptif adalah tulisan yang menyebutkan karakteristik-karakteristik suatu objek secara keseluruhan, jelas, dan sistematis. Menggambarkan adalah kata kunci dari pengertian tulisan deskriptif, dan dengan dasar itulah dapat dipahami bahwa fungsi social dari tulisan deskriptif adalah memberikan gambaran kepada pembaca.
3) Argumentatif, jenis tulisan ini sering disebut sebagai salah satu tulisan persuasif dan merupakan salah satu jenis tulisan yang menjadi sarana bagi penulis untuk berargumen mengenai suatu isu. Fungsi sosial dari tulisan argumentatif adalah untuk menjelaskan kepada pembaca alasan-alasan, argument, ideologi, kepercayaan, agar pembaca dapat mengadopsi posisi yang diambil oleh penulis.
4) Ekspositori atau eksposisi adalah tulisan yang bersifat factual. Fungsi sosial dari genre ini adalah untuk menyalurkan informasi mengenai fakta-fakta penting di dunia. Secara definisi, tulisan ekspositori fokus pada dua pertanyaan, yaitu mengapa dan bagaimana. Zainurrahman (2011: 37-67)
d. Jenis paragraf berdasarkan pokok pikirannya:
1) Paragraf deduktif adalah paragraf yang dikembangkan dengan kalimat utamanya berada pada awal paragraf, kemudian diikuti oleh kalimat-kallimat penjelas yang saling berkaitan dan mendukung pokok pikiran sehingga paragraf tersebut membentuk satu kesatuan.
2) Paragraf induktif adalah paragraf yang dikembangkan dengan diawali oleh hal-hal yang bersifat khusus dan diakhiri oleh pernyataan yang bersifat umum. Hal-hal yang bersifat khusus tersebut dituangkan dalam kalimat-kalimat penjelas dan pernyataan yang bersifat umum tersebut dituangkan ke dalam kalimat utama.
3) Paragraf deduktif-induktif merupakan campuran antara pargraf deduktif dan paragraf induktif. Paragraf ini dimulai dengan mengungkapkan kalimat utama, kemudian kaliamt penjelas dan diakhiri dengan pengungkapan kalimat utama lagi walaupun redaksinya bervariasi.
4) Paragraf deskriptif adalah paragraf yang kadang-kadanga pikiran pokoknya tidak dinyatakan secara jelas pada salah satu kalimat yang membangunnya. Pikiran pokoknya tersirat pada keseluruhan kalimat yang membangun paragraf yang bersangkutan dan kalimat-kalimat yang membangun paragraf tersebut memiliki kedudukan yang sama pentingnya.
2. Unsur- unsur paragraf
Menurut Verhaar (Risnawati, 2007: 22-26), alat bantu untuk menciptakan susunan yang logis- sistematis itu ialah elemen- elemen paragraf seperti transisi, kalimat topik, kalimat pengembang, kalimat penegas. Keempat unsur paragraf tersebut kadang-kadang muncul bersamaan, tetapi kadang-kadang hanya sebagian yang tampil dalam suatu paragraf.
a. Kalimat topik dan pokok pikiran
Ada berbagai istilah yang sama maknanya dengan kalimat topik. Dalam bahasa inggris kita jumpai istilah-istilah “major, point, main idea, central idea, dan topic sentec” keempat-empatnya bermakna sama mengacu kepada pengertian kallimat topik. Dalam bahasa Indonesia pun kita temui istilah- istilah seperti pikiran utama, pokok pikiran, ide pokok dan kalimat topik. Keempat-empatnya juga mengandung makna yang sama dan mengacu pada pengertian kalimat topik (Keraf, 2001: 77).
Kalimat topik adalah perwujudan pernyataan ide pokok paragraf dalam bentuk umum atau abstrak. Misanya sial benar saya hari ini, harga barang-barang bergerak naik . Contoh menyatakan kesialan seseorang. Kesialan terebut baru berupa pernyataan abstrak harus diuraikan ke dalam contoh-contoh yang konkret. Demikian pula contoh yang menyatakan harga barang naik, masih bersifat umum, yang perlu diperjelas berapa naiknya untuk tiap barang sehingga jelas pengertian yang terdapat pada kalimat topik.
b. Kalimat pengembang dan pikiran penjelas
Menurut Keraf (2001: 9-10), kalimat pengembang atau kalimat penjelas memuat pikiran penjelas sebuah paragraf. Sebagian besar kalimat-kalimat yang terdapat dalam suatu paragraf termasuk kalimat pengembang.
Susunan kalimat pengembang tidak sembarangan. Urutan kalimat pengembang sebagai perluasan pemaparan ide pokok yang bersifat abstrak menuruti hakikat ide pokok. Pengembangan kalimat topik yang bersifat kronologis biasanya menyangkut hubungan antara benda atau kejadian dengan waktu. Urutannya masa lalu, kini, dan masa yang akan datang (Muliono, 1988: 98).
c. Kalimat penegas
Kalimat penegas. Fungsi kalimat penegas adalah sebagai pengulang atau penegas kembali kalimat topik, dan sebagai daya penarik para pembaca atau sebagai selingan untuk menghilangkan kejemuan.
Kedudukan kallimat penegas dalam suatu paragraf tidak bersifat mutlak. Ia ada bila pengarang merasa memerlukannya utuk menunjang kejelasan informasi. Ia tidak ada bila pengarang memandang kehadirannya tidak diperlukan atau bila pengarang merasa kejelasan informasi tidak terganggu tanpa adanya kalimat penegas.
3. Penilaian tulisan
Tolla dan Marlan (1991: 31-32) mengemukakan kriteria penilaian holistic dalam ranah kemampuan menulis yang umum dikenal dalam pembelajaran menulis bahasa Indonesia yang sekaligus dijadikan indikator penilaian dalam penelitian ini adalah: isi karangan, organisasi karangan, penggunaan bahasa (kalimat efektif), pilihan kata ejaan dan tanda baca.
kriteria peilaian holistic yang dikemukakan berikut ini didasarkan pada criteria yang dikemukakan oleh Omaggio (Tolla dan Marlan, 1991: 31-32), yaitu:
a. Isi karangan dengan alternatif penilaian:
1) Bermakna, menarik, tetap, jalan pikiran baik;
2) Pada umumnya baik, tetapi faktany tidak dikembangkan sehingga terjadi banyak pengulangan;
3) Pengembangan kurang relevan dengan isi yang diminta;
4) Isi karang tidak relevan dengan isi yang diminta;
5) Tidak tampak usaha untuk membuat karangan yang bermakna.
b. Organisasi karangan dengan alternatif penilaian:
1) Paragraf tersusun rapi, pemakain kalimat topic baik, oragnisasi meyakinkan, alur karang mudah dimengerti;
2) Ada usaha menyusun paragraf yang baik, tetapi batas ide paragraf tidak jelas;
3) Fakta tersusun dalam paragraf dengan baik, tetapi berbelit-belit;
4) Urutan oaragraf sulit diikuti, sulit dipahami;
5) Paragraf tidak terencana dengan baik.
c. Penggunaa bahasa dengan alternatif penilaian:
1) Kalimat lancar, cermat, meskipun ada sedikit kesalahan tata bahasa;
2) Kalimat lancar, cermat tetapi ada beberapa kesalah tata bahasa;
3) Kesalahan tata bahasa yang cukup prinsipil sehingga menyebabkan kalimat tidak gramatikal;
4) Ada beberapa kalimat yang tidak bisa dipahami;
5) Kalimat dalam karangan tidak dapat dipahami.
d. Pilihan kata dengan alternatif penilaian:
1) Pemakain kata lancar, tepat, tidak bernada ganda;
2) Kata yang digunakan jelas, tetapi tidak jelas penggunaanya;
3) Kata kurang jelas dan kurang jelas penggunaanya;
4) Banyak kata yang digunakan tetapi menyebabkan kalimat sulit dipahami;
5) Pamakaian kata yang tidak tepat, bentuk kata semua salah.
e. Penggunaan ejaan, dengan alternatif penilaian:
a) Pemakain ejaan dan tanda baca baik sekali, penulisan sukunkata semua benar;
b) Ada kesalahan ejaan dan tanda baca;
c) Banyak kesalahan ejaan dan tanda baca tetapi masih dapat dipahami;
d) Kesalahan ejaan dan tanda baca banyak sekali;
e) Penggunaan ejaan dan tanda baca serba salah.
Menurut Nurgyantoro (2010: 430) menulis karangan dalam bentuk apapun dengan menggunakan media gambar maka ada beberapa aspek yang harus diperhatikan, sebagai berikut:
a. Kesesuaian dengan gambar
b. Ketetapan logika urutan cerita
c. Ketepatan makna keseluruhan cerita
d. Ketetapan kata dan ketepatan kalimat
e. Ejaan dan tata tulis
a. Jenis-jenis paragraf berdasarkan fungsinya:
1) Paragraf peralihan, paragraf peralihan memerankan dua fungsi, yaitu merangkumkan menilai bahan (uraian terdahulu) dan membayangkan bahan (uraian berikutnya). Paragraf peralihan memperkenalkan baik judul, subjek, maupun pembatasan. Kadang-kadang, paragraf peralihan berbentuk pertanyaan, yang menggerakkan para pembaca dari satu gagasan kegagasan lainnya dan mempunyai keunggulan tambahan dalam hal membuat para pembaca menghadapi masalah tersebut.
2) Paragraf penekanan, terdiri dari beberapa kalimat singkat (kadang-kadang hanya terdiri dari satu kalimat ) yang pada umumnya dimaksudkan untuk mengejutkan para pembaca, menimbulkan reaksi dari mereka, atau memastikan bahwa mereka memperoleh pesan yang jelas dan pokok. Kadang-kadang, paragraf penekanan secara tepat-guna mengakhiri suatu tulisan, memberikan suatu pengaruh yang tidak mudah dicapai oleh paragraf yang lebih panjang.
b. Jenis paragraf berdasarkan tujuannya:
1) Paragraf pembuka, paragraf ini berperan sebagai pengantar untuk sampai pada masalah yang akan diuraikan. Paragraf pembuka mempunyai dua kegunaan, yaitu selain supaya dapat menarik perhatian pembaca, juga berfungsi menjelaskan tentang tujuan dari penulisan itu.
2) Paragraf penghubung, paragraf ini berisi tentang inti persoalan yang akan dikemukakan.
3) Paragraf penutup, paragraf ini berisi kesimpulan dari paragraf penghubung. Dapat juga paragraf penghubung berisi penegasan kembali mengenai hal-hal yang dianggap penting dalam paragraf penghubung.
c. Jenis paragraf berdasarkan jenis tulisan (genre):
1) Naratif adalah tulisan yang menceritakan sebuah kejadian. Naratif kebanyakan dalam bentuk fiksi seprti novel, cerpen, dongeng dan sebagainya. Walaupun demikian, naratif tidak selamanya bersifat fiktif, ada juga naratif yang factual (tapi lebih lebih dikenal sebagai recount). Intinya naratif berasal dari kata “to narratte” atau “to tell story” yang artinya menyampaikan cerita. Fungsi sosial dari tulisan naratif adalah digunakan oleh penulis untuk melaporkan kejadian di masa lampau.
2) Deskriptif adalah tulisan yang menyebutkan karakteristik-karakteristik suatu objek secara keseluruhan, jelas, dan sistematis. Menggambarkan adalah kata kunci dari pengertian tulisan deskriptif, dan dengan dasar itulah dapat dipahami bahwa fungsi social dari tulisan deskriptif adalah memberikan gambaran kepada pembaca.
3) Argumentatif, jenis tulisan ini sering disebut sebagai salah satu tulisan persuasif dan merupakan salah satu jenis tulisan yang menjadi sarana bagi penulis untuk berargumen mengenai suatu isu. Fungsi sosial dari tulisan argumentatif adalah untuk menjelaskan kepada pembaca alasan-alasan, argument, ideologi, kepercayaan, agar pembaca dapat mengadopsi posisi yang diambil oleh penulis.
4) Ekspositori atau eksposisi adalah tulisan yang bersifat factual. Fungsi sosial dari genre ini adalah untuk menyalurkan informasi mengenai fakta-fakta penting di dunia. Secara definisi, tulisan ekspositori fokus pada dua pertanyaan, yaitu mengapa dan bagaimana. Zainurrahman (2011: 37-67)
d. Jenis paragraf berdasarkan pokok pikirannya:
1) Paragraf deduktif adalah paragraf yang dikembangkan dengan kalimat utamanya berada pada awal paragraf, kemudian diikuti oleh kalimat-kallimat penjelas yang saling berkaitan dan mendukung pokok pikiran sehingga paragraf tersebut membentuk satu kesatuan.
2) Paragraf induktif adalah paragraf yang dikembangkan dengan diawali oleh hal-hal yang bersifat khusus dan diakhiri oleh pernyataan yang bersifat umum. Hal-hal yang bersifat khusus tersebut dituangkan dalam kalimat-kalimat penjelas dan pernyataan yang bersifat umum tersebut dituangkan ke dalam kalimat utama.
3) Paragraf deduktif-induktif merupakan campuran antara pargraf deduktif dan paragraf induktif. Paragraf ini dimulai dengan mengungkapkan kalimat utama, kemudian kaliamt penjelas dan diakhiri dengan pengungkapan kalimat utama lagi walaupun redaksinya bervariasi.
4) Paragraf deskriptif adalah paragraf yang kadang-kadanga pikiran pokoknya tidak dinyatakan secara jelas pada salah satu kalimat yang membangunnya. Pikiran pokoknya tersirat pada keseluruhan kalimat yang membangun paragraf yang bersangkutan dan kalimat-kalimat yang membangun paragraf tersebut memiliki kedudukan yang sama pentingnya.
2. Unsur- unsur paragraf
Menurut Verhaar (Risnawati, 2007: 22-26), alat bantu untuk menciptakan susunan yang logis- sistematis itu ialah elemen- elemen paragraf seperti transisi, kalimat topik, kalimat pengembang, kalimat penegas. Keempat unsur paragraf tersebut kadang-kadang muncul bersamaan, tetapi kadang-kadang hanya sebagian yang tampil dalam suatu paragraf.
a. Kalimat topik dan pokok pikiran
Ada berbagai istilah yang sama maknanya dengan kalimat topik. Dalam bahasa inggris kita jumpai istilah-istilah “major, point, main idea, central idea, dan topic sentec” keempat-empatnya bermakna sama mengacu kepada pengertian kallimat topik. Dalam bahasa Indonesia pun kita temui istilah- istilah seperti pikiran utama, pokok pikiran, ide pokok dan kalimat topik. Keempat-empatnya juga mengandung makna yang sama dan mengacu pada pengertian kalimat topik (Keraf, 2001: 77).
Kalimat topik adalah perwujudan pernyataan ide pokok paragraf dalam bentuk umum atau abstrak. Misanya sial benar saya hari ini, harga barang-barang bergerak naik . Contoh menyatakan kesialan seseorang. Kesialan terebut baru berupa pernyataan abstrak harus diuraikan ke dalam contoh-contoh yang konkret. Demikian pula contoh yang menyatakan harga barang naik, masih bersifat umum, yang perlu diperjelas berapa naiknya untuk tiap barang sehingga jelas pengertian yang terdapat pada kalimat topik.
b. Kalimat pengembang dan pikiran penjelas
Menurut Keraf (2001: 9-10), kalimat pengembang atau kalimat penjelas memuat pikiran penjelas sebuah paragraf. Sebagian besar kalimat-kalimat yang terdapat dalam suatu paragraf termasuk kalimat pengembang.
Susunan kalimat pengembang tidak sembarangan. Urutan kalimat pengembang sebagai perluasan pemaparan ide pokok yang bersifat abstrak menuruti hakikat ide pokok. Pengembangan kalimat topik yang bersifat kronologis biasanya menyangkut hubungan antara benda atau kejadian dengan waktu. Urutannya masa lalu, kini, dan masa yang akan datang (Muliono, 1988: 98).
c. Kalimat penegas
Kalimat penegas. Fungsi kalimat penegas adalah sebagai pengulang atau penegas kembali kalimat topik, dan sebagai daya penarik para pembaca atau sebagai selingan untuk menghilangkan kejemuan.
Kedudukan kallimat penegas dalam suatu paragraf tidak bersifat mutlak. Ia ada bila pengarang merasa memerlukannya utuk menunjang kejelasan informasi. Ia tidak ada bila pengarang memandang kehadirannya tidak diperlukan atau bila pengarang merasa kejelasan informasi tidak terganggu tanpa adanya kalimat penegas.
3. Penilaian tulisan
Tolla dan Marlan (1991: 31-32) mengemukakan kriteria penilaian holistic dalam ranah kemampuan menulis yang umum dikenal dalam pembelajaran menulis bahasa Indonesia yang sekaligus dijadikan indikator penilaian dalam penelitian ini adalah: isi karangan, organisasi karangan, penggunaan bahasa (kalimat efektif), pilihan kata ejaan dan tanda baca.
kriteria peilaian holistic yang dikemukakan berikut ini didasarkan pada criteria yang dikemukakan oleh Omaggio (Tolla dan Marlan, 1991: 31-32), yaitu:
a. Isi karangan dengan alternatif penilaian:
1) Bermakna, menarik, tetap, jalan pikiran baik;
2) Pada umumnya baik, tetapi faktany tidak dikembangkan sehingga terjadi banyak pengulangan;
3) Pengembangan kurang relevan dengan isi yang diminta;
4) Isi karang tidak relevan dengan isi yang diminta;
5) Tidak tampak usaha untuk membuat karangan yang bermakna.
b. Organisasi karangan dengan alternatif penilaian:
1) Paragraf tersusun rapi, pemakain kalimat topic baik, oragnisasi meyakinkan, alur karang mudah dimengerti;
2) Ada usaha menyusun paragraf yang baik, tetapi batas ide paragraf tidak jelas;
3) Fakta tersusun dalam paragraf dengan baik, tetapi berbelit-belit;
4) Urutan oaragraf sulit diikuti, sulit dipahami;
5) Paragraf tidak terencana dengan baik.
c. Penggunaa bahasa dengan alternatif penilaian:
1) Kalimat lancar, cermat, meskipun ada sedikit kesalahan tata bahasa;
2) Kalimat lancar, cermat tetapi ada beberapa kesalah tata bahasa;
3) Kesalahan tata bahasa yang cukup prinsipil sehingga menyebabkan kalimat tidak gramatikal;
4) Ada beberapa kalimat yang tidak bisa dipahami;
5) Kalimat dalam karangan tidak dapat dipahami.
d. Pilihan kata dengan alternatif penilaian:
1) Pemakain kata lancar, tepat, tidak bernada ganda;
2) Kata yang digunakan jelas, tetapi tidak jelas penggunaanya;
3) Kata kurang jelas dan kurang jelas penggunaanya;
4) Banyak kata yang digunakan tetapi menyebabkan kalimat sulit dipahami;
5) Pamakaian kata yang tidak tepat, bentuk kata semua salah.
e. Penggunaan ejaan, dengan alternatif penilaian:
a) Pemakain ejaan dan tanda baca baik sekali, penulisan sukunkata semua benar;
b) Ada kesalahan ejaan dan tanda baca;
c) Banyak kesalahan ejaan dan tanda baca tetapi masih dapat dipahami;
d) Kesalahan ejaan dan tanda baca banyak sekali;
e) Penggunaan ejaan dan tanda baca serba salah.
Menurut Nurgyantoro (2010: 430) menulis karangan dalam bentuk apapun dengan menggunakan media gambar maka ada beberapa aspek yang harus diperhatikan, sebagai berikut:
a. Kesesuaian dengan gambar
b. Ketetapan logika urutan cerita
c. Ketepatan makna keseluruhan cerita
d. Ketetapan kata dan ketepatan kalimat
e. Ejaan dan tata tulis
Sumber:
Akhadiah, Sabarti, dkk. 1998. “Pembinaan Kemampuan Menulis Bahasa Indonesia”. Jakarta: Erlangga.
Arifin, Zaenal & Jumaiyah. 2009. “Sintaksis”. Jakarta: PT Grapindo.
Muliono, Anton., dkk. 1988. “Tata Bahasa Baku Bahasa Indonesia”. Jakarta: Balai Pustaka.
Nurgyantro, Burhan. 2010. “Penilaian Pembelajaran Bahasa (Berbasis Kompetensi)”. Yogyakarta: BpFe.
Tolla, Achmad & Marlan Martini. 1991. “Retorika Menulis Siswa Kelas II SMA Negeri di Kota Madya Ujung Pandang”. Laporan Penelitian. Ujung pandang: IKIP Ujung Pandang.
Zainurrahman. 2011. “Menulis (dari Teori Hingga Paraktik)”. Bandung: ALFABETA.
Arifin, Zaenal & Jumaiyah. 2009. “Sintaksis”. Jakarta: PT Grapindo.
Muliono, Anton., dkk. 1988. “Tata Bahasa Baku Bahasa Indonesia”. Jakarta: Balai Pustaka.
Nurgyantro, Burhan. 2010. “Penilaian Pembelajaran Bahasa (Berbasis Kompetensi)”. Yogyakarta: BpFe.
Tolla, Achmad & Marlan Martini. 1991. “Retorika Menulis Siswa Kelas II SMA Negeri di Kota Madya Ujung Pandang”. Laporan Penelitian. Ujung pandang: IKIP Ujung Pandang.
Zainurrahman. 2011. “Menulis (dari Teori Hingga Paraktik)”. Bandung: ALFABETA.
No comments:
Post a Comment