Sunday 22 February 2015

[Fanfiction Hunhan/Oneshoot] I Don't Know What Happen To Me


Detik demi detik yang berlalu kadang membuatmu tak sadar bagaimana sekitarmu mulai berubah. Tak lagi sama dengan yang dulu. Kalau dulu, saat kau bisa menghafalkan dua puluh enam huruf abjad di usia lima tahun, ayah dan ibumu akan sangat senang dan memujimu setinggi langit sambil menghadiahkan sebuah pelukan hangat. Dulu, saat kau menangis karena tidak sengaja terjatuh, ayah dan ibumu akan senantiasa berada di sampingmu untuk mengobati dan menenangkanmu. Dulu, saat kau marah dan berkelahi dengan temanmu, ayah dan ibumu akan memisahkan kalian dan tetap berada di pihakmu, walaupun kau salah. Dulu, ketika kau menginginkan sesuatu, ayah dan ibumu akan selalu berusaha mewujudkannya walaupun itu sulit.

Namun, kini, saat kau tidak bisa mengerjakan tugas yang diberikan gurumu, ayah dan ibumu akan marah karena menganggap kau tidak memperhatikan pelajaran. Kini, saat kau mendapatkan rapor merah, ayah dan ibumu mempertanyakan apa saja yang kau lakukan di sekolah. Kini, saat kau berkelahi dengan temanmu hingga babak belur, ayah dan ibumu akan menyalahkanmu tanpa berniat mendengarkan pendapatmu. Kini, saat kau menangis karena suatu hal yang membuatmu sedih, ayah dan ibumu bahkan tidak tahu. Kini, saat kau menginginkan sesuatu, ayah dan ibumu akan menyuruhmu untuk menunggu.

Semua hal di sekitar kita berubah tanpa kita sadari. Setidaknya itulah yang dirasakan seorang pemuda kelas ketiga SHS bernama Oh Sehun. Perbedaan perlakuan kedua orang tuanya membuatnya menjadi anak yang tertutup. Hampir tak ada bahan cerita di setiap kesempatan ia duduk bersama kedua orang tuanya saat sarapan atau makan malam. Ia tak ingin berada di dekat mereka untuk waktu yang lama karena ia merasa asing. Ya, Sehun merasa asing dengan kedua orang tuanya sendiri. Setiap ucapan yang keluar dari bibir kedua orang itu hanya seperti angin lalu baginya. Bahkan, sentuhan dan pelukan dari kedua orang tuanya terasa sangat canggung. Jangan salahkan kepribadian Sehun kecil yang ceria berubah 180 derajat.

Hari ini, kakak Sehun, Oh Luhan, pulang dari Australia. Sudah hampir sepuluh tahun Sehun tidak bertemu dengan kakak yang lebih tua lima tahun darinya itu. Bahkan, Sehun sudah tidak mengingat wajahnya. Mereka hanya berhubungan lewat telepon yang dari waktu ke waktu semakin jarang dilakukan. Tentu, hal itu terjadi karena Sehun yang sudah beranjak remaja itu sudah tidak terlalu peduli pada orang-orang di sekitarnya.

Di sinilah Oh Sehun. Berdiri sambil menatap pintu kedatangan terminal bandara Seoul. Ia ditugaskan untuk menjemput kakaknya itu karena kedua orang tua mereka sedang sibuk bekerja. Walapun wajah kakaknya itu masih samar-samar dalam ingatannya.

Luhan keluar dari bandara sambil menarik koper besar berwarna metalik miliknya. Pandangannya bergerak liar mencari-cari sosok sang adik. Untung saja ia bisa mengenali Sehun dari jauh. Tampaknya adiknya itu tidak banyak berubah, selain tinggi tubuhnya yang kini mengalahkan Luhan.

Sehun mengerutkan keningnya saat seorang pemuda dengan surai cokelat keramel menarik koper besar berwarna metalik berjalan ke arahnya. Siapa dia? Tampak seperti anak-anak dengan senyum polos yang mengembang di bibirnya. Apalagi baju rajutan abu-abu lengan panjang yang dikenakan pemuda itu sedikit kebesaran dan membuatnya terlihat tenggelam. Persis anak kecil. Oh, Sehun bahkan kasihan melihat anak kecil itu menarik koper besar yang sepertinya muat untuk memasukkan tubuh anak itu.

“Sehunna.” Kini pemuda itu sudah berdiri tepat di hadapan Sehun sambil tersenyum. Sehun masih berada dalam dunianya sendiri saat sebuah pelukan hangat mendarat di tubuhnya. Sehun bahkan bisa menghirup dengan jelas aroma vanilla yang manis menyapa indra penciumannya. Sesaat, Sehun terpaku.

“Kau tahu, hyung sangat merindukanmu. Bagaimana kabarmu? Sudah lama kau tidak menelponku.” Luhan melepaskan pelukannya dan kembali menatap adik kesayangannya itu. Namun, tak ada respon dari orang yang diajaknya bicara.

“Hei! Sehunna!” Luhan menggerakkan telapak tangannya di depan wajah Sehun. Sehun tersadar dari lamunannya.

Hyung? Jadi, anak ini adalah kakaknya?

“Kau melamun ya?”

Sehun hanya bisa menggaruk tengkuknya yang tidak gatal. Entah mengapa ia jadi salah tingkah sendiri.

“Mian, hyung. Ayo kita pulang.” Sehun segera mengambil alih koper kakaknya dan memasukkannya ke dalam bagasi mobil. Luhan hanya mengikuti adiknya naik ke mobil.

Sehun berada di belakang kemudi fokus menjalankan mobilnya pulang ke rumah. Di sampingnya, Luhan duduk sambil bercerita panjang lebar tentang perjalanan hidupnya di Australia. Sesekali Luhan berhenti bercerita untuk bersenandung kecil sesuai lagu yang diputar di radio. Suara Luhan sangat lembut, Sehun mengakuinya. Mungkin, setelah ini Sehun akan meminta Luhan untuk menyanyikan sebuah lagu pengantar tidur.

“Bagaimana denganmu, Sehunna? Apa kau sudah punya pacar?” tanya Luhan tiba-tiba. Entah bagaimana cerita Luhan bisa bermuara pada pertanyaan sensitif itu. Sehun terdiam sejenak, lalu menggeleng kepalanya pelan tanpa mengalihkan pandangannya dari jalan raya.

“Mwo? Benarkah?” Luhan mengerjapkan mata berkali-kali. Ia tidak dapat percaya kalau adiknya, yang menurutnya keren plus ganteng, sedang tidak memiliki pacar. Padahal ia yakin, dalam satu lirikan saja, Sehun bisa membuat gadis manapun jatuh hati padanya.

“Aku sedang tidak ingin pacaran. Hyung tahu sendiri bagaimana sibuknya siswa di tahun terakhir SHS. Pacaran hanya membuang-buang waktu.” Lanjut Sehun seakan mengerti keterkejutan kakaknya itu.

Luhan mengangguk paham. Pandangannya beralih ke jalan raya. Ia pun mulai bercerita tentang kisah asmaranya di sana. Luhan baru putus dengan pacarnya sebulan yang lalu. Alasannya, ia mendapati mantan kekasihnya selingkuh. Sungguh, pengalaman yang pahit, benar?

Sehun mematikan mesin mobilnya ketika mereka sudah sampai di bagasi rumah. Sehun menoleh melihat Luhan, kakaknya itu masih tertidur dengan mulut yang sedikit terbuka sehingga membuat air liurnya menetes keluar. Tampaknya, Luhan sangat kelelahan. Sehun hanya tersenyum melihat kakaknya yang semakin terlihat seperti anak kecil itu.

Entah sejak kapan kakaknya berubah menjadi begitu manis. Bahkan, Sehun harus menahan diri untuk tidak tergoda melihat kakaknya itu. Oh, lihatlah wajah bayi itu, rambut selembut sutera itu, bibir mungil yang menarik perhatian itu. Bagaimanapun Sehun mencoba menahan diri, sungguh pemandangan di hadapannya sangat menggoda iman. Perlahan, Sehun mendekatkan wajahnya pada Luhan, lalu mencium bibir mungil Luhan seraya membersihkan sisa liur yang menetes dari bibir bibir merah ranum itu. Mulut Luhan yang sedikit terbuka seakan memberikan peluang bagi Sehun untuk melumat belahan atas dan bawah bibir Luhan dengan sangat lembut. Membuat Sehun menyadari betapa manisnya benda lunak itu.

Luhan bergerak tidak nyaman, Sehun segera tersadar dari kekhilafannya dan segera kembali ke tempatnya semula.

“Eoh? Sudah sampai?” Luhan terkejut mengetahui mereka sudah berada dalam garasi.

“Ya, hyung. Baru saja. Cepatlah masuk, biar aku yang membawa barangmu.”

“Baiklah.”

Luhan turun dari mobil lalu melangkah memasuki rumah tingkat dua yang berarsitektur eropa itu. Langkahnya terhenti ketika menyadari ada yang aneh dari bibirnya, seperti lebih berisi dari sebelumnya. Perasaan yang sama ketika ia mencium mantan kekasihnya. Entahlah, Luhan tak mau ambil pusing. Ia segera melanjutkan langkahnya memasuki rumah.

Sehun hanya bisa menatap punggung kakaknya itu sampai menghilang dari balik pintu.

Semua hal di sekitar kita berubah tanpa kita sadari. Sehun sadar, perasaannya pada sang kakak sudah tak sama lagi seperti sepuluh tahun yang lalu. Bahkan, pelukan dari sang kakak sanggup membuatnya berdebar dalam sekejap. Tak pernah ada yang berani mendekatkan dirinya sampai memeluknya seperti itu. Sehun dikenal galak dan dingin. Ia juga menolak segala bentuk skinship kecuali jabatan tangan yang tak pernah lebih dari dua detik. Mungkin, itu yang membuatnya begitu gugup.

Yang pasti, perasaan yang salah itu telah berhasil tertanam dalam hati Oh Sehun. Perasaan yang tanpa ia sadari kelak akan membutakan mata hati dan akal sehatnya. Perasaan yang tanpa ia sadari kelak akan menggiringnya ke dunia gelap.

Sehun tidak tahu apa yang terjadi pada dirinya. Tetapi, ia tahu kalau ia harus mendapatkan Luhan. Walaupun itu berarti memutuskan hubungan keluarga mereka.

3 comments:

Unknown said...

aku yg komen pertama lg nih ;'v ?
sepertinya blog ini banyak ff hunhan yg harusku baca :3 boleh kan thor? hehe

Unknown said...

Wah seru...nih

Unknown said...

Wah seru...nih

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...