Tuesday 3 February 2015

[Fanfiction Hunhan] Sehun's Angel Part 6


Luhan menyukai Sulli (?)

Sehun's Angel

 
La...la...la...

Ibarat dejavu, ketiga orang yang sedang duduk manis di sebuah sofa panjang itu hanya bisa berpura-pura menikmati suara tak kenal nada milik Oh Sehun yang sedang mendendangkan lagu favoritnya.

Tao, Chanyol, dan Kris.

Bagi mereka, hari ini buruk.

Dipaksa membolos sekolah hanya untuk mendengarkan nyanyian sumbang dari Sehun.

Tapi mau tidak mau mereka melakukannya. Tentu saja demi label persahabatan.

Sehun mulai kehabisan suara, ia berhenti dan duduk di sofa sambil meneguk minuman di gelas.

Chanyeol, Kris, dan Tao akhirnya bisa bernafas lega.

“Ya, Sehun. Apa yang membuatmu patah hati kali ini?” tanya Chanyeol penasaran.

Sehun menghela nafas panjang. “Luhan menolakku.”

“What?!” Kris terkejut. Ekspresi yang sama ditunjukkan oleh dua orang di sampingnya.

“Bukankah kemarin kau berkesempatan menyatakan perasaanmu?” tanya Tao yang sempat mendengar ucapan Sehun pada Luhan kemarin.

Sehun mengangguk pelan.

“Tapi dia bilang aku tidak boleh menyukainya. Apa itu masuk akal? Memangnya dia siapa? Dia tidak berhak melarangku untuk menyukainya...”

“Kau benar. Rasa suka adalah hak asasi setiap manusia.” Tao setuju.

“Apa mungkin Luhan menyukai orang lain?” pikir Kris.

“Siapa? Menurutku Luhan tidak tampak tertarik pada orang lain. Dia tidak pernah menaruh perhatian berlebih pada seseorang.”

Kening Sehun berkerut mendengar ucapan Chanyeol.

Perhatian lebih pada seseorang?

Oh, shit!

Itu Sulli!

“Luhan menyukai Sulli!” Sehun histeris.

Mata Chanyeol, Kris, dan Tao melotot tidak percaya.

...

...

...

Priiit......Priiiiit........Priiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiit..................................

Bunyi peluit terdengar nyaring di lapangan sepak bola menghentikan permainan uji coba antara SMA Shinwa dan SMA Serin.

Tim sepak bola SMA Shinwa menang telak dengan skor 5-2.

Tim yang beranggotakan 11 orang pemain dengan 4 cadangan itu bersorak gembira. Saling memuji dan berpelukan dengan para anggotanya.

Hal yang sama dilakukan Luhan dan Minseok.

“Permainanmu bagus!” puji Minseok.

“Kau juga.” Balas Luhan sambil memeluk Minseok.

1...2...3...4...5...

Pelukan yang cukup lama itu membuat semburat merah menghiasi pipi imut Minseok.

Ia segera melepaskan pelukan Luhan dan berlari kembali ke ruang ganti.

Luhan tersenyum.

...

...

...

Sulli baru keluar dari ruang latihan ballet saat matanya tak sengaja melihat Sehun berjalan menghampirinya.

Sulli ingin menghindari Sehun. Tapi Sehun berjalan lebih cepat dari dugaannya.

“Ya! Kau!”

Suara Sehun meninggi. Hal itu membuat Sulli heran. Ada apa lagi dengan si albino ini?

“Apa?” Sulli menatap Sehun dingin.

“Kau! Berhenti menggoda pria lain! Apa Minseok tak cukup baik untukmu?!”

What the hell?

“Yak! Apa maksudmu hah?! Siapa juga yang menggoda pria lain?! Kalau kau masih tergoda olehku, itu salahmu!”

“Eoh?! Aku?! Tergoda olehmu?! Jangan mimpi!!!”

“Kalau bukan kau siapa lagi?”

“Kau tidak perlu tahu! Yang penting mulai sekarang berhentilah tebar pesona pada pria lain! Kau tidak secantik itu, tahu! Luhan masih lebih cantik darimu!”

Sehun melenggang pergi, meninggalkan Sulli dengan wajah memerah karena marah.

What? Luhan lebih cantik darinya?

Bisa-bisanya si albino itu menganggap seorang pria lebih cantik darinya.

“Yak!! Oh Sehun! Kembali kau!!!”

Sulli berteriak histeris berlari mengejar Sehun, mengikuti Sehun yang berjalan memasuki ruang ganti pemain sepak bola.

“Yak! Oh Se,”

“Sssstttt...” Sehun mengisyaratkan Sulli untuk menutup mulutnya. Tampaknya para pemain bola telah memasuki ruangan itu.

Sehun menarik Sulli bersembunyi dibelakang lemari.

Sulli menurut saja. Sempat terlintas di benak Sulli mengapa mereka harus bersembunyi?

Sulli beranjak keluar tetapi melihat para pemain sementara berganti pakaian, ia mengurungkan niatnya. Wajahnya memerah.

Senyum Sehun tersungging melihatnya.

Sulli hanya menunduk malu.

Tik...tik...tik...

Satu per satu pemain meninggalkan tempat itu. Tinggal Luhan dan Minseok yang masih membereskan barang-barang mereka.

Sulli pun berniat keluar dari tempat persembunyiannya. Namun Sehun menahannya, membuat kedua mata Sulli melotot ke arahnya.

Sehun memberikan sinyal agar Sulli tetap di tempat dengan meletakkan jari telunjuknya di depan bibirnya.

Sulli tak ingin memperdulikan arahan Sehun, ia beranjak keluar, namun suara Minseok menghentikan pergerakannya.

“Tunggu, Luhan.”

Luhan yang baru saja akan meninggallkan ruangan itu berbalik melihat Minseok.

“Ada apa?”

Minseok terlihat gugup, tangannya gemetar, dan jantungnya berpacu dua kali lebih cepat.

Ia menunduk kemudian menatap Luhan, lalu menunduk lagi.

Salah tingkah.

Luhan tahu itu.

“Ada apa, Minseok?” Luhan mengulang pertanyaannya.

“Aku.. ingin memastikan satu hal.”

“Eoh?” Luhan tidak mengerti.

“Hmm.. Bisakah kau membantuku?”

“Bisa. Apa yang perlu kubantu?”

Minseok menatap kedua mata Luhan tanpa berkedip.

“Kau hanya perlu diam, tetap di tempatmu. Apapun yang terjadi. Bisa?”

Luhan berpikir sejenak. “Baiklah.” Ucapnya kemudian.

Detik berikutnya, bibir Minseok sudah menempel tepat di bibir Luhan.

Minseok mencium Luhan dengan mata yang terpejam.

Luhan terkejut, tetapi ia tetap berdiri seperti patung.

Diam, tetap berada di tempatnya, tanpa bergerak sedikitpun.

Sementara dua pasang mata memanas melihat pemandangan itu.

Sehun dan Sulli mati-matian menahan amarahnya yang sudah sampai di ubun-ubun. Tapi mereka tidak dapat melakukan apa-apa saking terkejutnya. Apalagi tubuh mereka seperti terpaku di tempatnya.

Minseok melepaskan ciumannya. Lalu menunduk dalam.

“Sepertinya aku memang menyukaimu, Luhan.”

Luhan tersenyum dalam hati.

...

...

...

No comments:

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...