Monday 2 February 2015

[Fanfiction Hunhan/Oneshoot] Because I Hate You


Sehun menaiki tangga sambil berlari cepat menuju atap gedung sekolah. Ia bisa saja menunggu lift terbuka, namun hatinya tidak tenang. Mungkin berlari akan lebih cepat. Walaupun nafasnya berpacu dengan degup jantungnya yang berdebar dua kali lebih cepat. Tak sampai lima menit kemudian, Sehun sampai. Nafasnya masih terengah-engah. Namun langkahnya tak berhenti untuk segera mendekati Luhan yang sedang terduduk lemas itu.

Mengetahui seseorang mendekat, Luhan mendongak melihat siapa yang datang.

Saat mengetahui orang itu adalah Sehun, ia mencoba berdiri walaupun terasa sulit. Luka di perutnya akibat pukulan-pukulan keras itu masih terasa perih. Belum lagi sebelah kakinya tak dapat ia luruskan karena dihantam besi.

Sehun menghela nafas melihat keadaan pemuda itu. Meninggalkan luka di tubuh maupun wajah Luhan sungguh bukan keinginan Sehun.

Pemuda yang lebih pendek dari Sehun itu mencoba berjalan menjauhi Sehun. Namun, Sehun menghentikan langkahnya dan mendorongnya hingga tersudut di tembok.

Luhan tertunduk dalam. Tubuhnya mulai gemetar. Reaksi alami yang dilakukan tubuhnya saat berada di dekat Sehun. Ia ketakutan. Mungkin Sehun akan membunuhnya. Tak ada yang tahu.

Namun bukan itu yang ada dalam pikiran Sehun. Sehun melihat Luhan cemas. Wajah malaikat itu sudah berubah drastis. Ada lebam biru di pipi sebelah kanan Luhan, benjol kecil di keningnya, dan darah segar di sudut bibirnya.

“Bunuh aku.”

Mata Sehun membulat mendengar suara yang keluar dari bibir mungil itu.

“Apa?”

“Bunuh saja aku. Aku sudah tidak bisa hidup seperti ini.”

Suara Luhan terdengar lemah. Ia tahu ia tak memiliki daya apa-apa. Mungkin jika ia mati, ia akan merasa tenang. Ketenangan yang tak pernah didapatnya setelah menginjakkan kaki di sekolah itu.

“Bodoh. Untuk apa aku membunuhmu?”

Ah, benar. Sehun tidak ingin membunuhnya. Ia hanya ingin menyiksanya hingga malaikat maut datang dengan sendirinya, bukan?

Luhan tidak dapat lagi menahan kesedihannya. Air matanya jatuh satu-satu.

“Luhan...” Sehun tidak dapat menyembunyikan rasa terkejutnya. Ini kali pertama ia melihat Luhan menangis.

“Apa salahku? Kenapa aku harus menerima semua ini?” Luhan mengumpulkan segenap keberaniannya menatap mata Sehun. Walaupun bulir-bulir air mata tak kunjung berhenti terjun bebas dari pelupuk matanya.

Sehun terdiam.

“Salahmu?...”

Sehun menatap Luhan tajam.

“Karena aku membencimu.”

Benar. Luhan tahu Sehun membencinya. Luhan kembali tertunduk dalam.

“Aku membencimu, karena telah membuatku menyukaimu.”

Luhan menegakkan kepalanya, matanya yang sendu kini membulat terkejut.

Dengan ibu jarinya, Sehun menyeka darah yang keluar dari sudur bibir Luhan.

“Mianhe.”

Luhan hanya bisa berdiri mematung saat bibir yang lembut itu menyentuh bibirnya.

Mata Sehun terpejam, bibirnya dengan lembut menjelajah permukaan bibir Luhan, menghisap dan menjilat sisa darah yang masih tertinggal di sana.

Luhan meringis, perih.

Tapi ia tidak bisa berbuat apa-apa.

“Aku membencimu, karena telah membuatku menyukaimu.”

Jadi itu alasan Sehun menindas Luhan, membuat Luhan menjadi kutu buku tanpa seorang pun teman yang berani mendekatinya.

Karena Luhan adalah milik Sehun. Sehun tidak ingin Luhan berbicara maupun tersenyum dengan orang lain. Bahkan, Sehun tidak akan rela Luhan menatap orang lain dengan kedua matanya yang indah itu selain menatap Sehun.

Jangan katakan Sehun sudah gila. Tidak. Ia hanya dibutakan oleh cinta.



*End*

No comments:

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...