Friday 9 November 2012

Hanya Dia

Hari ini, tak seperti biasa, aku pulang saat adzan isya berkumandang. Tak seperti biasa pula, tak ada telepon atau sms yang menanyakan keberadaanku saat aku tak di rumah. Tak ada kekhawatiran. Bukan karena aku sudah dewasa jadi tak perlu ditanyai lagi. Bukan pula karena aku bisa menjaga diriku sendiri. Melainkan karena mereka sudah tidak peduli lagi.
Ya, mereka tidak peduli. Karena aku bukan gadis yang dulu lagi. Jadi tidak ada yang perlu dikhawatirkan. Aku mengerti itu. Saat ini aku telah menjadi seseorang yang tak memiliki apa-apa. Seperti kantong kresek yang dapat dibuang begitu saja. Aku mengerti. Aku tidak dapat memberikan apa-apa kepada mereka selain luka dan kekecewaan. 
Hari ini pula, untuk pertama kalinya orang yang (dulu) sangat kuhormati, membentakku karena masalah sepele. Hal itu membuatku sangat terluka, sampai tak dapat menahan air mata yang mengalir deras. Setiap helaan nafas terasa berat. Semua air pun terasa pahit. Aku mengerti itu. Beliau sudah tak menganggapku apa-apa lagi. Dimatanya aku hanya debu yang sebaiknya menghilang saja. Aku mengerti.
Hari ini, untuk pertama kalinya dalam hidupku aku menyadari, aku tidak memiliki siapa-siapa, selain Tuhan. Hanya Dia-lah yang dapat menerima keadaanku saat ini. Hanya Dia-lah yang akan selalu menyayangiku sebesar apapun dosa yang telah kulakukan. Hanya Dia-lah yang akan selalu menerimaku kembali meski aku sering melupakan-Nya. Hanya Dia.
Mulai hari ini, aku hanya akan hidup untuk Dia. Aku akan melakukan segalanya dengan tujuan beribadah kepada-Nya. Karena Dia satu-satunya alasanku tetap bertahan di dunia yang kejam ini.

Allah Swt. Tuhanku... Aku memohon ampun atas segala dosa yang telah kulakukan......

No comments:

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...