Thursday 8 November 2012

Hukum - Hukum Perkembangan


Konsep perkembangan mengandung arti adanya perubahan-perubahan yang progresif yang terjadi sebagai hasil kematangan dan pengalaman. Perubahan itu menyangkut seluruh yang ada pada manusia dan perubahan ini merupakan suatu proses yang kompleks yang mengintegrasikan seluruh struktur tersebut. Artinya perubahan ini menyangkut struktur fisik dan neurologik, tingkah laku dan sifat-sifat (traits) yang berjalan secara teratur dan terus menerus. Dikatakan progresif, oleh karena pada 20 tahun pertama kehidupan, perubahan-perubahan itu biasanya menghasilkan cara-cara bereaksi yang lebih baik/maju, yaitu dalam bentuk tingkah laku yang lebih sehat, lebih terorganisasi, lebih kompleks, stabil dan efisien.
Pendapat umum mengatakan bahwa tingkah laku pada tingkatan yang lebih lanjut dianggap lebih matang dibanding dengan tingkatan sebelumnya, dan masa dewasa dianggap memiliki taraf kematangan yang paling tinggi. Oleh karena itu, kematangan fungsi-fungsi dan struktur-struktur pada masa dewasa dianggap sebagai tujuan ideal dari perkembangan.
Dalam perkembangan tersebut terdapat hukum-hukum yang merupakan kecenderungan-kecenderungan umum dalam pertumbuhan dan perkembangan individu, yaitu:
A. Hukum Cephalocoudal
Hukum ini menyangkut pertumbuhan fisik yang dimulai dari kepala ke arah kaki. Bagian-bagian pada kepala tumbuh lebih dahulu daripada bagian-bagian lain. Hal ini sudah terlihat pada pertumbuhan pranatal, yaitu pada janin. Seorang bayi yang baru dilahirkan mempunyai bagian-bagian dan alat-alat pada kepala yang lebih “matang” daripada bagian-bagian lain. Bayi bisa menggunakan mulut dan matanya lebih cepat daripada anggota badan lainnya. Baik pada masa perkembangan pranatal, neonatal maupun anak-anak, proporsi bagian kepala dengan rangka batang tubuhnya mula-mula kecil dan makin lama perbandingan ini makin besar.
B. Hukum Proximodistal
Hukum ini menyangkut pertumbuhan fisik yang berpusat pada sumbu (seperti jantung, hati, dan alat-alat pencernaan) dan mengarah ke tepi (seperti tangan dan kaki). Artinya, alat-alat tubuh yang berada di pusat lebih dahulu berfungsi daripada anggota tubuh yang berada di tepi. Hal ini dikarenakan alat-alat tubuh yang berada di pusat itu lebih vital daripada anggota tubuh yang ada di tepi seperti tangan dan kaki. Kelainan yang terjadi pada jantung dan ginjal bisa berakibat fatal bagi anak, akan tetapi kelainan yang terjadi pada anggota gerak masih dapat membuat anak melangsungkan kehidupannya.
Ditinjau dari sudut biologis, anatomis dan ilmu faal masih banyak lagi ketentuan yang berhubungan dengan pertumbuhan, stuktur dan fungsi serta kefaalan anggota tubuh. Misalnya dalam hal kematangan, anggota-angota tubuh akan tumbuh, berkembang dan berfungsi yang tidak sama antara satu dengan lainnya.Contohnya terlihat kepada kelenjar-kelenjar kelamin, yang baru mulai berfungsi (matang) ketika anak memasuki masa remaja. Pada saat ini terjadi perubahan besar pada bentuk tubuh, yang bahkan juga mempengaruhi perubahan pada kehidupan psikisnya. Contoh lain misalnya pertumbuhan indera penglihatan atau mata lebih cepat daripada pertumbuhan otot-otot tangan dan kaki.
C.  Perkembangan Terjadi dari Umum ke Khusus
Hukum ini menyatakan bahwa pada setiap aspek terjadi proses perkembangan yang dimulai dari hal-hal yang umum, kemudian secara sedikit demi sedikit meningkat ke hal-hal yang khusus . Terjadi proses diferensiasi seperti dikemukakan oleh Werner (1957) sebagai berikut; “perkembangan sejalan dengan prinsip orthogenetis, bahwa perkembangan berlangsung dari keadaan global dan kurang berdiferensiasi sampai ke keadaan di mana diferensiasi itu diartikan sebagai prinsip totalitas pada diri anak; bahwa dari penghayatan totalitas itu lambat laun bagian-bagiannya menjadi semakin nyata dan bertambah jelas dalam kerangka keseluruhan.”
Sejak bayi dilahirkan, ia telah mempunyai “gambaran total atau gambaran lengkap” tentang dunia ini, hanya saja gambaran tersebut masih kabur dan samar-samar. Terbawa oleh perkembangannya, gambaran total yang samar-samar tadi berangsur-angsur menjadi terang dan bagian-bagiannya bertambah nyata, jelas dan strukturnya semakin lengkap. Timbullah kemudian kompleks dan unsure-unsur, umpamanya unsur gerak, jarak, struktur, warna dan lain-lain. Namun semuanya merupakan bagian dari satu totalitas atau keseluruhan dan mengandung sifat-sifat totalitas tersebut. Dalam hubungannya dengan konsep perkembangan orthogenetic yang dikemukakan oleh Werner ini, maka perubahan kearah terorganisasi dan terintegrasinnya suatu aspek menunjukan adanya kontinuitas. Perubahan-perubahan yang terjadi berlangsung terus pada tahapan-tahapan perkembangan berikutnya dengan cara-cara yang sama. Apa yang ada perkembangan sebelumnya diteruskan pada tahapan-tahapan perkembangan berikutnya dengan cara-cara yang sama. Apa yang ada pada perkembangan berikutnya, sedangkan perubahan kearah diferensiasi yaitu timbulnya karekteristik baru yang berasal dari sesuatu yang sebelumnya masih global disebut diskontinuitas.
Pada anak prasekolah dan taman kanak-kanak tampak adanya diskontinuitas, sedang pada kolompok umur yang lebih tinggi sampai dengan mahasiswa menunjukan kontinuitas.
Misalnya: Reaksi takut; bayi pertama kali akan bereaksi takut terhadap objek/orang asing dengan reaksi umum. Kemudian pada usia-usia selanjutnya reaksi takut ini akan lebih khas/spesifik yang akan ditandai dengan bentuk-bentuk tingkah laku tertentu antara lain: lari, menangis, bersembunyi dan lain sebagainya.
D. Perkembangan Berlangsung dalam Tahapan-Tahapan Perkembangan
Dalam perkembangan terjadi penahapan yang terbagi-bagi ke dalam masa-masa perkembangan. Pada setiap masa perkembangan terdapat ciri-ciri perkembangan yang berbeda antara ciri-ciri yang ada pada suatu masa perkembangan lain. Sebenarnya ciri-ciri yang ada masa perkembangan terdahulu dapat diperlihatkan pada masa-masa perkembangan berikutnya. Hanya dalam hal ini terjadi dominasi pad ciri-ciri yang baru. Jadi bila seseorang suatu tahap dalam perkembanganya, maka mungkin saja ia masih memperlihatkan cirri-ciri yang sebenarnya merupakan cirri-ciri perkembngan masa perkembanganya yang terdahulu hanya saja apa yang diperlihatkan itu dalam “jumlah” yang kecil. Justru apabila ciri-ciri pada masa-masa perkembangan sebelumnya banyak diperlihatkan dalam perkembangan baru berarti ia belum meningkat ke tahap perkembangan berikutnya.
Ada aspek-aspek tertentu yang tidak berkembang dan tidak meningkat lagi, yang hal ini disebut fiksasi. Aspek intelek pada anak-anak tertentu yang memang secara konstitusional terbatas, pada suatu saat akan relatif berhenti, tidak bisa atau sulit berkembang dan dikembangkan. Masalah penahapan (periodisasi) perkembangan ini biasanya juga merupakan masalah yang banyak dipersoalkan oleh para ahli; pendapat mereka mengenalkan dasar-dasar penahapan itu serta panjang masing-masing tahap juga bermacam-macam, yang pada umumnya lebih bersifat teknis daripada konsepsional.
Contoh penahapan dalam perkembangan manusia itu antara lain meliputi: masa pra-lahir, masa jabang bayi ( 0-2 minggu), masa bayi (1 minggu-1 tahun). Masa ank pra-sekolah (1-5 tahun) masa sekolah (1 tahun-12 tahun), masa remaja (13-21 tahun), masa dewasa (21-65 tahun) masa tua (65 tahun keatas).
E. Hukum Tempo dan Ritme Perkembangan
Tahapan perkembangan berlangsung secara berurutan, terus menerus dan dalam tempo perkembangan yang relatif tetap serta bisa berlaku umum. Justru perbedaan-perbedaan waktu, yaitu cepat-lambatnya sesuatu penahapan perkembangan terjadi, atau masa perkembangan dijalan menampilkan adanya perbedaan-perbedaan individu. Semakin lambat masa-masa perkembangan dibandingkan dengan norma-norma umum yang berlaku semakin menunjukan adanya tanda-tanda gangguan atau hambatan dalam perkembangan. Adanya hubungan-hubungan antara satu asfek dengan asfek lain yang saling mempengaruhi, menunjukan bilamana satu aspek mengalami kelambatan, maka pada asfek-asfek lain juga akan terjadi hal yang samaa; sebaliknya kalau tidak maka ada faktor-faktor khusus yang mempengaruhi perkembangan itu. Karena itu setiap gejala baru dapat dijelaskan berdasarkan perkembangan sebelumnya.
Dalam praktik sering terlihat dua hal sebagai petunjuk keterlambatan pada keseluruhan perkembangan mental, yakni:
1) Jika perkembangan kemampuan fisiknya untuk berjalan jauh tertinggal dari patokan umum, tanpa ada sebab khusus pada fungsionalitas fisiknya yang terganggu.
2) Jika perkembangan kemampuan berbicara sangat terlambat dibandingkan dengan anak-anak lain pada masa perkembangan yang sama. Seorang anak yang pada umur 4 tahun misalnya mengalami kesulitan dalam berbicara, mengemukakan sesuatu dan terbatas perbendaharaan kata, mudah diramalkan anak itu akan mengalami kelambatan pada seluruh aspek perkembangan.
Cepat-lambatnya sesuatu masa perkembangan dilalui dan seluruh perkembangan dicapai, selain berbeda antara perkembangan filogenetik dan ontogenetik, juga menunjukan perbedaan secara perorangan, meskipun tingkat perbedaannya tidak terlalu besar. Cepat-lambatnya suatu masa perkembangan dilalui, menjadi ciri yang menetap sepanjang hidupnya, bilamana tidak ada hal-hal yang bisa mempengaruhi proses perkembangan menjadi lambat dan terlambat.
Ritme atau irama perkembangan akan semakin jelas tampak pada saat kematangan fungsi-fungsi. Pada saat itu terlihat adanya selingan diantara cepat dan lambatnya perkembangan, yang kurang lebih tetap/konstan sifatnya. Inilah yang disebut sebagai irama perkembangan.
Setiap perkembangan tidak berlangsung secara melompat-lompat, akan tetapi menurunkan suatu pola tertentu dengan tempo dan iramatertentu pula, yang ditentukan oleh kekuatan-kekuatan dari dalam diri anak. Tidak banyak yang bisa dilakukan oleh ses yang bereorang pendidik untuk mengubah, mempercepat atau memperlambat tempo dan irama perarkembangan tersebut.
Sumber:
Sunarto,H, dan Agung,Hartono. 2008. Perkembangan Peserta Didik. Jakarta : Rineka Cipta.

No comments:

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...