Tuesday 25 November 2014

[Cerbung] Story of My Life (7-end)


“Kau tidak apa-apa?”

Aku berusaha membuka mataku dan bangun.

“Kenapa kau tiba-tiba pingsan?” tanya Radit.

Aku hanya memandang sekelilingku. Masih sedikit gelap walau ada sebuah lilin yang menyala di atas meja. Aku bisa melihat Radit. Aku pun memeluknya erat.

“Syukurlah kau di sini. Aku takut.” Ucapku pelan. Radit membelai rambutku lembut.

“Maaf.”

Aku semakin mengeratkan pelukanku.

“Kau tidak apa-apa sekarang?” tanya Radit.

Aku mengangguk pelan. Radit pun beranjak ingin mengambil handphone di atas meja. Namun, ia tidak mengetahui adanya air di lantai yang kutumpahkan tadi. Sehingga ia terpeleset dan hilang keseimbangan.

“Awas, Dit!” Aku segera menariknya agar tidak terjatuh ke belakang. Tubuh Radit pun ikut tertarik ke depan hingga menimpaku yang masih terduduk di tempat tidur.

Jantungku berdebar lebih cepat dari biasanya karena Radit berada di jarak yang sangat dekat denganku. Aku bahkan bisa merasakan hembusan nafasnya menyentuh permukaan kulit wajahku. Mataku mengerjap berkali-kali saking gugupnya. Apalagi Radit tak juga bangkit dari posisinya. Ia masih menindihku dengan kedua tangannya digunakan untuk menopang beban tubuhnya. Astaga, aku bisa merasakan hawa panas yang mengalir di sekujur tubuhku.

Entah apa yang kupikirkan, kedua tanganku malah menyentuh wajahnya dan memperhatikannya wajahnya dengan seksama. Dia sangat tampan. Hal itu mendorongku untuk mengecup bibirnya sekilas. Dia menatapku dengan sedikit terkejut. Astaga, aku sudah gila. Bagaimana aku bisa melakukan hal itu? Aku segera menyadarkan diriku dan mencoba mendorong tubuhnya. Namun, dia justru menahan kedua tanganku dan menatapku tajam.

“Ap,,apa, yang kkau,,la,,lakukan?” tanyaku gugup.

“Entahlah. Ini... naluri.” Tiba-tiba dia mendaratkan bibirnya di bibirku, menciumku dengan lumatan-lumatan lembut yang membuat sekujur tubuhku memanas. Aku tidak dapat berbuat apa-apa. Bahkan saat dia melakukan hal yang lebih jauh, tak ada niatku sedikitpun untuk menghalanginya. Aku tahu ini dosa. Tetapi biarlah aku menanggungnya, karena ini adalah dosa terindah yang pernah kulakukan.

(skip time)

Pagi yang baru, matahari pun bersinar lebih cerah dari biasanya. Mungkin hanya aku yang menganggapnya seperti itu. Entahlah, aku hanya merasa hari ini akan berjalan sangat baik.

Semua pakaian dan barang-barang pribadiku sudah rapi dalam dua koper besar. Ya, hari ini aku akan berangkat ke Amerika, melanjutkan sekolahku di sana. Sekaligus meninggalkan semua hal di sini. Meninggalkan ibuku, ayahku, dan semua masalah yang melibatkan mereka. Meninggalkan sekolahku, guru-guruku, dan teman-temanku serta semua cerita yang melibatkan mereka. Meninggalkan cintaku, Radit, dan semua kenangan indah yang telah kami lalu bersama. Aku ingin meninggalkan semuanya dan memulai hidup baru yang lebih baik, sesuai dengan keinginnanku.

Aku tak tahu apa yang akan terjadi nanti. Aku hanya ingin menutup lembaran kelam hidupku dan memulai menuliskan kisah yang baru. Aku pun tidak tahu apakah bisa melupakan semua yang terjadi. Aku tidak tahu.

Tentang dia, Radit. Aku pun tak tahu apa yang akan terjadi pada hubungan kami. Aku hanya tidak mau membebaninya dengan masalahku sendiri. Inilah alasanku pergi tanpa memberitahunya. Mungkin dia akan marah padaku. Tetapi bagiku inilah jalan yang terbaik untuk kami. Aku pun tidak tahu apa yang akan terjadi nanti. Mungkin saja suatu saat kami akan dipertemukan kembali di waktu dan keadaan yang lebih baik dari saat ini. Tapi untuk saat ini, biarlah kami fokus mengejar impian masing-masing.

Inilah hidupku. Hidup yang dipenuhi pilihan-pilihan yang telah kubuat, masalah demi masalah yang terjadi, maupun kesalahan-kesalahan yang telah kulakukan. Namun, aku tidak akan menyesali apapun. Karena apapun yang terjadi, semua sudah ditakdirkan oleh sutradara terhebat, Tuhan. Harapanku hanya satu. Semoga ini bermuara pada akhir yang indah.

No comments:

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...