Monday 3 November 2014

Suicide (Mengapa Aku Ingin Bunuh Diri)


Semua orang yang tak pernah berada di titik terendah dalam hidupnya, mungkin berpikir bahwa bunuh diri adalah hal yang bodoh dan orang yang melakukannya adalah orang paling bodoh di dunia tanpa mengetahui alasan di balik tindakan itu. Kita semua tahu kalau bunuh diri adalah dosa. Arwah kita pun tak akan diterima di dunia maupun di akhirat. Tetapi, alasan banyak orang yang masih melakukannya adalah karena mereka tidak memiliki satupun alasan untuk tetap bertahan. Saat tak ada lagi orang yang berdiri di pihakmu, saat tak ada lagi hal yang dapat kau lakukan untuk mengubah yang telah terjadi, maupun saat semua yang kau usahakan tak juga dapat mendatangkan kebahagiaan, saat itulah hidup terasa sangat sulit. Sehingga mengakhiri hidup itu adalah satu-satunya jalan yang terbaik.
Aku tidak menyarankan kalian untuk mengakhiri hidup. Aku hanya mencoba berbagi pengalaman tentang masa-masa sulit yang pernah kualami sendiri. Ya, aku pun pernah terpuruk dalam kesendirian, kesepian, dan kehampaan hidup. Aku merasa tak ada seorangpun yang dapat mengerti perasaanku saat itu. Bahkan, orang-orang terdekat denganku sekaligus orang-orang yang paling kupercaya tak dapat menjadi tempatku bersandar. Aku pun merasa Tuhan sangat jauh dariku dan aku telah terjebak dalam keadaan yang sebenarnya tak pernah kuinginkan. Aku ingin mati saja. Bunuh diri pun menjadi satu-satunya cara yang menurutku bisa membuatku mengakhiri kesedihanku.

Kemudian, sore itu, aku yang masih remaja pun menenggak obat nyamuk cair yang sudah kupersiapkan jauh-jauh hari. Memang aku sudah memikirkan hal itu telah lama. Namun, sampai detik terakhir aku memutuskan bunuh diri, aku masih berharap akan ada seseorang yang datang padaku dan menyembuhkan semua rasa sakit itu. Tetapi tidak, tak seorangpun yang mengerti keadaanku. Sehingga aku pun membulatkan tekad mengakhiri hidupku.

Aku meminum cairan racun itu beberapa teguk, mungkin hampir setengah botol. Tak sampai beberapa menit kemudian, kepalaku menjadi pusing dan pening. Perutku sangat tidak nyaman. Pandanganku mulai kabur. Bahkan, aku tak dapat berdiri dengan benar dan berjalan pun terasa sulit. Akhirnya, aku hanya berbaring di kamar, menunggu hingga malaikat maut itu datang menjemputku.

Namun, tak lama kemudian kakakku datang dan terkejut melihat kondisiku. Dia pun bertanya apa yang sudah kulakukan. Aku tak menjawab apa-apa. Tetapi bau obat nyamuk itu masih menyengat keluar dari mulutku. Kakakku pun membawaku ke rumah sakit terdekat tanpa memikirkan apa-apa lagi.

Di rumah sakit, aku langsung dibawa ke unit gawat darurat. Dokter pun segera memeriksa keadaanku dan segera menyuruh para perawat untuk mencuci perutku. Para perawat itu pun memasukkan cairan yang entah apa membuatku mulai muntah dan mengeluarkan semua isi dalam perutku. Aku masih ingat rasanya, sangat menyiksa.

Beberapa jam kemudian, setelah aku sadar aku melihat kedua orang tuaku melihatku cemas. Mereka tak habis pikir mengapa aku melakukan tindakan bodoh itu. Aku hanya bisa terdiam.

Aku dirawat selama beberapa hari. Para kerabat pun datang menjengukku dan memberikan nasihat-nasihat yang sebenarnya tak satupun dapat masuk ke dalam otakku saat itu. karena sungguh aku hanya membutuhkan satu alasan untuk dapat bertahan hidup. Aku masih belum menemukannya.

Setelah peristiwa itu, keluargaku pun menjadi lebih memperhatikanku. Mereka lebih berhati-hati dalam perkataan maupun perbuatan saat berada di dekatku. Aku tahu mereka cemas aku akan melakukan tindakan yang sama untuk kedua kali. Karena setiap orang yang pernah berniat bunuh diri, pasti akan memikirkan hal itu lagi. Tetapi tidak, aku tak berpikiran seperti itu lagi. Aku sudah sadar bahwa sebenarnya aku masih memiliki keluarga yang selalu menyayangi dan mendukungku bagaimanapun keadaanku saat itu. Seharusnya aku bisa lebih peka menyadari hal itu sejak awal. Aku tidak sendiri. Aku hanya terjebak dalam pemikiran bahwa tak ada yang memperdulikanku sehingga aku menutup mata dan telingaku dari pengorbanan yang telah mereka lakukan untukku. Aku pun menyadari betapa besar keegoisanku yang hanya memikirkan diriku sendiri. Yang hanya memikirkan kesedihanku sendiri tanpa menyadari bahwa mereka pun memiliki kesedihan yang sama. Tak seharusnya aku mengakhiri hidupku yang berharga ini.

Aku pun mulai membuka diri dan menjadi lebih peka terhadap keadaan sekitar. Aku tak ingin terpuruk untuk yang kedua kalinya. Aku memutuskan untuk menjadi manusia yang lebih baik dan menjalankan hidupku sesuai takdir Tuhan dengan lebih mendekatkan diri padanya. Benar. Kehampaan yang kurasakan dulu tak ada lagi. Hati dan pikiranku menjadi jauh lebih damai dan tentram. Aku hanya memikirkan hal-hal positif dan tak lagi melihat ke belakang. Setiap yang kulakukan didasari oleh keinginan dan kehendakku sendiri sehingga aku dapat menyelesaikannya dengan baik. Aku merasa tentram dan bahagia hanya dengan hal-hal kecil yang terjadi. Bahagia dengan cara yang sederhana.

Ada cara yang aku lakukan untuk bertahan hidup. Pertama, sebelum meminta maaf kepada Tuhan, akan lebih baik jika aku bisa memaafkan diriku sendiri. Memaafkan diriku di masa lalu yang telah membuat pilihan-pilihan hidup yang salah, memaafkan diriku atas semua kesalahan yang kulakukan dan menerima diriku apa adanya. Karena kita tidak akan pernah bisa bahagia sebelum bisa menerima diri kita sendiri apa adanya.

Kedua, memohon ampun kepada Tuhan. Sengaja atau tidak, banyak kesalahan-kesalahan yang telah kita lakukan yang membuat pikiran dan hati kita menjadi berat dan tak tenang. Dengan memohon ampun kepada-Nya, hati dan pikiran kita akan menjadi lebih tentram. Kita pun dapat melewati hari-hari dengan perasaan ringan dan damai.

Ketiga, meminta maaf dan memaafkan orang-orang sekitar kita. Sebagai manusia biasa, kita pasti pernah melakukan kesalahan kepada orang lain. Oleh karena itu, ada baiknya kita dapat meminta maaf kepada orang itu. Sama halnya saat orang lain melakukan kesalahan, kita harus dapat memaafkan dan melupakan semua kesalahan orang lain kepada kita. Dengan begitu, beban di pundak kita akan terasa jauh lebih ringan. 
 
Akhirnya, aku memang tidak bisa mengubah pikiran orang yang memikirkan tentang bunuh diri. Mungkin, mereka pun menganggapkanku orang yang sok tahu. Tetapi, aku berbicara menurut pengalamanku sendiri. Memang sulit untuk mendengarkan perkataan orang lain jika kita sedang berada dalam titik terendah dalam hidup kita. Karena menurut kita, tak akan ada orang yang dapat memahami apa yang kita rasakan saat ini. Tetapi kita tak boleh mudah putus asa. Ingatlah, akan ada pelangi setelah hujan. Begitu pun dalam hidup kita. Setelah masa-masa sulit berlalu, masa-masa bahagia akan datang. Bukankah kita tidak pernah mengetahui apa yang akan terjadi esok? Tak ada salahnya untuk tetap bertahan menjalani hidup dan melakukan yang terbaik dalam hidup kita. Kelak, kebahagiaan itu pasti akan datang.


No comments:

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...