Thursday 4 June 2015

[Hunhan Fanfiction] Pretty Boy (Chapter 2)




This is hunhan fanfiction, Sehun & Luhan as main cast. 
Rated T for now. Yaoi. BL.
I don't own anything except the story line.
Happy reading~


-Chapter 2-

Luhan berdiri di depan cermin dengan handuk yang melilit di pinggangnya dan handuk kecil di bahunya. Luhan terdiam menatap wajahnya di cermin. Bukan untuk mengagumi kecantikannya. Melainkan untuk menyesali mengapa wajahnya tidak seperti anak laki-laki yang lain. Mengapa ia harus mengikuti garis wajah ibunya yang cantik, bukan ayahnya yang tampan? Apalagi watery eyes-nya yang bulat dengan bulu mata yang lentik membuatnya semakin terlihat seperti anak perempuan. Luhan benci. Luhan benci wajah itu. Wajah yang membuatnya tidak bisa mendapatkan kekasih di usia yang sudah menginjak angka 17 tahun tersebut.

Luhan menghela nafas panjang sebelum akhirnya mengeringkan rambutnya dan memakai pakaian seragamnya. Tak seperti biasa, hari ini ia membiarkan seragamnya keluar, tanpa dasi, dan dua kancing atas terbuka. Sesekali berpenampilan berantakan mungkin tidak masalah. Rambutnya yang biasanya tersisir rapi dibiarkan menjuntai begitu saja hingga menutupi kening dan sebagian kecil matanya. Lalu menarik tas ranselnya keluar kamar.

Luhan melihat pria paruh baya yang tak lain adalah ayahnya duduk di sofa ruang tengah dalam keadaan tidak sadarkan diri dengan sebotol alkohol di tangannya. Sebuah pemandangan yang terlalu biasa bagi Luhan. Sehingga ia memilih tidak memperdulikannya dan bergegas menuju sekolah.

Luhan duduk di bangkunya tanpa mengindahkan tatapan terkejut dari orang-orang yang melihatnya sejak menginjakkan kaki di sekolah. Termasuk Sehun dan Jongin yang duduk di sisi kanan dan kirinya itu.

“Hei, Luhan. Kau baik-baik saja?” tanya Jongin khawatir. Luhan menoleh sejenak melihat Jongin di sebelah kanannya. “Ya.” Ucapnya lalu mengeluarkan buku dan alat tulis dari dalam tasnya.

“Tapi, kau tampak berbeda. Benar kan’, hun?” Jongin meminta pendapat Sehun. Sehun hanya mengangguk pelan. “Kau tidak memakai dasi, seragammu keluar, dan rambutmu itu tidak kau sisir. Apa kau tidak takut kena hukuman komisi disiplin?”

Luhan hanya mengidikkan bahunya tidak peduli. Tapi perkataan Jongin berbuah kenyataan. Tak lama kemudian, seorang siswa berwajah serius dengan mata bulat owl dan bibir berbentuk love menghampirinya.

“Luhan, kau melanggar aturan dalam berpakaian. Kau harus berlari keliling lapangan tiga kali dan merapikan seragammu setelahnya. Mengerti?”

“Ya, Kyungsoo. Aku mengerti.” Luhan melangkah keluar kelas, meninggalkan Kyungsoo yang juga teman seorganisasinya itu bersama Sehun dan Jongin.

“Kau..” Kyungsoo mengalihkan perhatiannya pada siswa berkulit tan dengan rambut cokelat gelap bernama Jongin dengan pandangan meneliti mulai dari ujung kaki sampai ujung rambut dan Kyungsoo sama sekali tidak menemukan ada yang salah sehingga membuat Jongin tersenyum puas. “Tumben kau rapi.” Ujar Kyungsoo kecewa karena tidak berhasil mengerjai siswa yang paling dibencinya itu.

“Iya. Aku sudah bertekad untuk berubah. Demi kamu. Kau suka kan?” Jongin menebar senyum seratus watt-nya yang sayangnya belum bisa meluluhkan hati sang komisi disiplin. “Cih... Terserah.” Kyungsoo memilih mengalihkan pandangannya pada Sehun dan melihat ada yang kurang dari penampilan namja itu.

“Sehun, name-tag mu mana?” tanya Kyungsoo.

“Aku lupa.” Jawab Sehun cuek. Kyungsoo hanya menghela nafas panjang. “Lari keliling lapangan tiga kali.”

Luhan mulai berlari keliling lapangan sepak bola saat Sehun tiba-tiba sudah berada di sampingnya dan ikut berlari bersamanya.

“Heoh? Kau dihukum juga?” tanya Luhan terkejut.

“Ya, aku lupa membawa name tag-ku.” Jawab Sehun sewajarnya. Luhan mengangguk mengerti. Tiga kali berlari memutar lapangan cukup membuat kedua pemuda itu kelelahan. Luhan memilih untuk membolos di jam pertama dan beristirahat di rooftop gedung sekolahnya. Sehun ikut membolos bersama Luhan, ditemani dua botol minuman jus jeruk pelepas dahaga dan keripik kentang rasa keju kesukaan Luhan.

“Sebenarnya ada apa denganmu? Apa ini ada hubungannya dengan kejadian kemarin?” tanya Sehun. Luhan terdiam sejenak tanpa mengalihkan pandangannya dari gedung-gedung pencakar langit di hadapannya.

“Tidak. Kejadian itu sudah sering terjadi. Aku hanya ingin berubah penampilan. Bagaimana menurutmu, Sehunna?”

“Apa aku harus jujur?” tanya Sehun. Luhan mengangguk yakin. “Kau tidak cocok berpenampilan seperti bad boy, tahu? Ini bukan gayamu.” Jawab Sehun -Walaupun aku juga menyukainya.- sambungnya dalam hati.

“Kau benar.” Luhan meneguk jus jeruknya sebentar. Lalu memperhatikan seragamnya yang masih berantakan. “Ini memang bukan gayaku.” Jari-jari Luhan bergerak memasang dua kancing atas kemejanya dengan gerakan yang sungguh membuat Sehun kesulitan menelan air liurnya sendiri. Kemudian Luhan mengeluarkan dasinya dari saku celana dan memakainya dengan telaten. Sehun yang duduk di sampingnya hanya terdiam menatapnya.

“Oh ya, aku bawa dua name tag. Kau bisa meminjamnya. Orang lain tidak akan memperhatikan.” Ujar Luhan lalu mengeluarkan name tag-nya dari saku seragamnya dan memasangkannya di jas almamater Sehun. Sehun yang terkesiap oleh gerakan tiba-tiba Luhan tak dapat mengendalikan detak jantungnya yang berpacu seperti genderang perang. Apalagi jarak Luhan yang sangat dekat dengannya. Membuatnya dapat menghirup aroma khas vanilla tubuh Luhan yang sudah sangat familiar dengan indra penciumannya. Kelopak mata Luhan mengerjap beberapa kali dengan bibir yang sedikit mengerucut menandakan ia sedang kesulitan. Tapi tak lama kemudian Luhan berhasil memasangkan name tag-nya di jas almamater Sehun.

“Ja! Sekarang namamu Xi Luhan. Hahaha...” Luhan tertawa geli. Sehun hanya tersenyum canggung membalasnya. Sibuk menormalkan detak jantungnya kembali dengan menghirup nafas dalam-dalam dan menghembuskannya perlahan.

“Gumawo... Tapi kenapa kau bisa membawa dua name-tag, Lu?” tanya Sehun.

“Kau tahu barang-barangku sering hilang. Minggu lalu aku kehilangan baju olahragaku. Padahal aku sudah menyimpannya di loker dalam keadaan terkunci. Jadi, aku sengaja membawa dua buah perlengkapan sekolah yang penting, name tag salah satunya.”

Jawaban Luhan membuat Sehun tersedak jus jeruk yang diminumnya.

“Sehunna! Gwenchana?” tanya Luhan panik. Sehun hanya mengangguk pelan.

“Aku sempat berpikir mungkin ada pencuri di sekolah kita. Tapi ternyata hanya barang-barangku yang sering hilang. Siswa lain tidak. Kyungsoo hanya mengatakan kalau itu ulah penggemarku. Tidak masuk akal, bukan? Mana mungkin aku punya penggemar.” lanjut Luhan.

Sehun terdiam mendengarnya.

-Ucapan Kyungsoo memang benar. Itu ulah penggemarmu, Luhan. Penggemar yang benar-benar mencintaimu. Aku, Oh Sehun.-

Sehun sangat ingin mengatakan hal itu. Tapi sekarang bukan saat yang tepat. Sehingga Sehun hanya membalas cerita Luhan dengan kalimat, “Ya, itu memang tidak masuk akal.”

“Bagaimana denganmu? Apa barangmu sering hilang? Setahuku kau punya banyak penggemar, bukan?” tanya Luhan sambil membuka bungkus keripiknya dan membaginya dengan Sehun.

“Tidak juga. Hanya ada beberapa benda seperti surat dan cokelat yang memenuhi lokerku.”

“Woah... Kau beruntung, Sehunna. Kau memang tampan. Jadi, banyak yeoja yang menyukaimu.” Luhan menatap kosong ke depan dan diam untuk beberapa detik. “Kau membuatku iri, tahu?” ujar Luhan. Sehun hanya menatapnya, tak tahu harus bereaksi seperti apa.

“Hahaha... Kau serius sekali, Hunna. Aku hanya bercanda.” Luhan tertawa. Tapi Sehun bisa merasakan kalau hal itu sangat dipaksakan.

“Ayo kembali ke kelas. Bel sudah berbunyi.” Ajak Luhan sambil berdiri dari tempatnya lalu membereskan sampah botol minuman dan bungkus keripik yang sudah habis dan memasukkannya ke dalam kantung plastik. Sehun ikut berdiri dari tempatnya kemudian mangambil alih kantung plastik di tangan Luhan. “Aku saja yang membuangnya.” Kata Sehun lalu beranjak pergi setelah Luhan mengangguk mengiyakan.

Tentu Sehun tidak benar-benar membuang sampah itu. Apalagi di sana ada botol bekas minuman Luhan yang menempel langsung di bibir si pemuda cantik. Sehun tidak menyia-nyiakannya. Malam ini, Sehun tertidur setelah mencium mulut botol sambil berpikiran kalau ia sedang memberikan kecupan selamat malam pada Luhan.

-tbc-



Nb: Konfliknya baru muncul chapter depan ya. Thanks for reading!

1 comment:

Unknown said...

wah.. sehun ternyata fans fanatiknya luhan yeth :v keren thor^^

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...