Wednesday 24 June 2015

[Hunhan Fanfiction] Pretty Boy (Chapter 8)

Hunhan Fanfiction, Sehun & Luhan as main cast

BL, yaoi, rated M

I just own the story

Don't like, don't read

Happy reading~ ~


-Chapter 8-


Sehun menemukan Luhan menyambutnya ketika ia sampai di apartemen. Wajah Luhan tampak cemas menunggu Sehun menceritakan apa yang ia bicarakan dengan ayahnya. Sehun tersenyum, mengajak Luhan untuk duduk di sofa dan menceritakan semuanya.

“Ayahmu meminta maaf. Dia benar-benar menyesal.” kata Sehun setelah mereka duduk di sofa. Luhan terdiam, masih tampak keraguan di wajahnya.

Sehun melanjutkan, “Dia akan mengikuti rehabilitasi alkohol, kau mungkin tidak akan bisa bertemu dengannya untuk beberapa bulan ke depan. Tapi, dia sudah berpesan agar kau hidup dengan baik dan menitipkanmu padaku.”

Luhan menengadah melihat Sehun. “Rehabilitasi alkohol?”

Sehun mengangguk, “Kurasa dia juga menyadari bahwa kecanduannya terhadap alkohol sudah sangat parah. Karena itu dia berinisiatif mengikuti rehabilitasi alkohol. Kau tidak apa-apa dengan hal itu, Lu?”

Luhan mengangguk, “Aku senang dia berniat untuk berubah.” Wajahnya berubah sendu, “Tapi aku belum siap untuk bertemu dengannya.”

“Aku tahu.” Sehun mendekatkan duduknya pada Luhan dan menarik namja itu ke dalam pelukannya. “Karena itu, tinggallah di sini, bersamaku. Hm?”

Luhan mengangguk dalam dekapan Sehun, lalu melingkarkan tangannya di pinggang Sehun, ikut memeluknya erat sembari menghirup aroma tubuh Sehun yang entah sejak kapan menjadi obat penenang baginya. Sementara Sehun mendekap Luhan penuh kasih sambil mengecup puncak kepala Luhan.

“Aku menyayangimu.” ucap Sehun lembut.

***

Suasana sekolah sedang ramai dengan adanya pentas seni yang digelar di gedung serbaguna. Beberapa anak OSIS tergabung sebagai panitia dalam acara itu. Seperti Joonmyeon, Luhan, Kyungsoo, Tao, Chen, Yixing, dan Minseok. Ada pula yang berpartisipasi sebagai pengisi acara. Seperti Chanyeol, Sehun, Kris, Jongin, dan Baekhyun yang bergabung sebagai band pop-rock yang akan membawakan lagu Imagine Dragons. Baekhyun bertindak sebagai vokalis utama, Chanyeol sebagai drummer, sedangkan Sehun sebagai gitaris, Kris sebagai bassist, dan Jongin sebagai keyboardist.

Aula utama telah dipenuhi penonton yang ingin menyaksikan pentas seni tersebut. Mereka duduk di tempat yang telah disediakan. Beberapa ada yang membawa banner untuk mendukung penampil favorit mereka. Joonmyeon dan Chen bertindak sebagai pembawa acara, memperkenalkan penampil pertama, yang tak lain adalah gadis-gadis cantik, Irene, Soojung, Seulgi, dan Sulli yang membawakan modern dance.

“Luhan, kau lihat Sehun?” tanya Jongin. Luhan yang baru selesai mengarahkan lampu sorot menatap Jongin bingung. “Sehun? Bukankah tadi dia bersama kalian?” tanyanya.

“Iya, tapi dia menghilang. Kami juga sedang mencarinya tapi tidak menemukannya dimanapun. Handphonenya juga tidak aktif. Padahal sebentar lagi kita akan tampil.” kata Jongin.

“Baiklah, aku akan pergi mencarinya. Aku akan menginformasikan pada kalian jika sudah menemukannya.” Luhan beranjak pergi setelah mengalihkan tanggung jawab pada Yixing.

“Terima kasih, Lu!” teriak Jongin.

Luhan berjalan menyusuri koridor, memeriksa setiap tempat dan ruang kelas untuk menemukan Sehun. Luhan pun memikirkan dimana tempat yang biasa akan dikunjungi Sehun. Luhan menaiki tangga menuju rooftop gedung utama sambil terus mencoba menghubungi Sehun. Beruntung Luhan melihat punggung Sehun saat ia membuka pintu rooftop. Namun, belum sempat Luhan melangkah menghampiri namja itu, ia dikejutkan oleh pemandangan di hadapannya. Sehun mencium seorang gadis.

Luhan terpaku tidak percaya. Perlahan, ia melangkah mundur tanpa suara. Namun, kakinya menginjak botol minuman secara tidak sengaja, membuat kedua orang itu berbalik melihatnya.

“Luhan,” Sehun terkejut melihatnya. Luhan mengalihkan pandangan kepada gadis yang bersama Sehun dan terkejut menemukan bahwa gadis itu ternyata adalah Hyeri.

“Ma-maaf mengganggu kalian. Jo-jongin mencarimu, Sehun. Kalian akan tampil sebentar lagi. Permisi.” Luhan pamit tanpa melihat Sehun sedikitpun. Ia berlari meninggalkan tempat itu.

“Shit!” Sehun kesal. Luhan pasti sudah salah paham padanya. Ia menatap gadis itu tajam. “Ingat, ini kali terakhir aku melihatmu. Kalau kau berusaha menyakiti Luhan lagi, aku tidak akan tinggal diam.” Sehun mengusap bibirnya kasar seakan-akan terdapat kotoran yang melekat di bibir tipisnya. Ia pun meninggalkan tempat itu dan pergi mengejar Luhan.

Hyeri tersenyum. Tentu ini akan menjadi kali terakhir ia menemui namja yang ia sukai itu. Ia akan merelakan cintanya karena ia tahu Sehun tidak akan pernah berpaling mencintainya. Tapi ia tidak menyesal telah menimbulkan kesalahpahaman, sebagai pembalasan terakhir kebenciannya terhadap Luhan.

“Sehun! Akhirnya, kau datang juga.” Jongin segera menarik Sehun ketika melihat namja albino itu dibelakang panggung. “Tunggu, Jongin. Aku ingin bertemu Luhan.” Sehun berusaha melepaskan diri.

“Luhan ada di ruang kontrol. Nanti saja kau menemuinya.”

“Tapi,”

“Ini giliran kita!” Jongin kembali menyeret Sehun naik ke atas panggung. Jongin memberikan gitar pada Sehun dan Sehun terpaksa menerimanya. Baekhyun, Chanyeol, dan Kris sudah standby di tempat masing-masing. Baekhyun berdiri paling depan, menyapa para hadirin di sana.

“Good night, everyone! Perkenalkan, kami Exodus Band, aku Baekhyun vocal, Chanyeol, drum, Kris bassist, Sehun gitar, dan Jongin di keyboard. Kami akan membawakan lagu Imagine Dragons, Demons. Enjoy!”

Penonton bertepuk tangan. Petikan suara gitar mulai terdengar.

When the days are cold
And the cards all fold
And the saints we see
Are all made of gold

When your dreams all fail
And the ones we hail
Are the worst of all
And the blood's run stale

I wanna hide the truth
I wanna shelter you
But with the beast inside
There's nowhere we can hide

No matter what we breed
We still are made of greed
This is my kingdom come
This is my kingdom come

When you feel my heat
Look into my eyes
It's where my demons hide
It's where my demons hide

Don't get too close
It's dark inside
It's where my demons hide
It's where my demons hide

At the curtains call
It's the last of all
When the lights fade out
All the sinners crawl

So they dug your grave
And the masquerade
Will come calling out
At the mess you've made

Don't wanna let you down
But I am, hell bound
Though this is all for you
Don't wanna hide the truth

No matter what we breed
We still are made of greed
This is my kingdom come
This is my kingdom come

When you feel my heat
Look into my eyes
It's where my demons hide
It's where my demons hide

Don't get too close
It's dark inside
It's where my demons hide
It's where my demons hide


Mereka mengakhiri penampilan dengan tepuk tangan meriah dari penonton. Baekhyun, Chanyeol, Kris, Sehun, dan Jongin pun membungkukkan badan berterima kasih lalu turun panggung. Joonmyeon dan Chen memperkenalkan penampil selanjutnya.

Sehun segera berlari meninggalkan anggota band-nya. “Ada apa dengannya?” tanya Chanyeol heran.

“Biasa... Sudah tidak sabar bertemu pujaan hatinya.” kata Jongin.

Sehun menginjakkan kakinya di ruang kontrol dan segera mengedarkan pandangannya mencari sosok Luhan. Sehun melihat Luhan sedang duduk bersama Kyungsoo sambil mengatur lampu sorot dan audio. Tanpa menunggu lagi, Sehun segera menghampiri namja itu.

“Lu, kita perlu bicara.” kata Sehun. Tangannya menarik tangan Luhan dan membuat Luhan melihatnya terkejut. Luhan melepaskan tangan Sehun pelan.

“Nanti saja, Hunna. Aku masih harus menyelesaikan ini.” ucapnya lembut.

“Tapi..

“Sebentar. Kita masih punya banyak waktu, kan?” Luhan kembali duduk dan bekerja tanpa melihat Sehun lagi. Sehun akhirnya meninggalkan ruangan itu dengan berat hati.

“Ada apa?” tanya Kyungsoo menyadari ada kejanggalan dari hubungan kedua temannya itu. “Apa kalian sedang bertengkar?”

Luhan menggeleng, “Tidak.”

“Lalu? Kenapa kau cemberut begitu? Sejak kembali tadi, ekspresimu berubah drastis, Lu. Kau tidak bisa membohongiku.”

“....”

“Apa Sehun selingkuh di belakangmu?”

Luhan mendelik mendengar ucapan Kyungsoo, tak menyangka ternyata teman owl-nya itu peka juga.

“Jadi, benar Sehun selingkuh? Dasar, semua namja sama saja. Makanya aku belum mau pacaran.”

Luhan melihat Kyungsoo heran. “Bukankah kita juga namja?”

“Eh, kau benar.” Kyungsoo menggaruk kepalanya yang tidak gatal. “Jadi apa yang akan kau lakukan?”

“Molla...” Luhan menghela nafas. Seharusnya ia tidak apa-apa jika Sehun mencium orang lain. Itu hak Sehun. Tapi kenapa hatinya terasa panas dan tidak rela? Mungkinkah dia cemburu? Apa... mungkin tanpa sadar ia juga telah jatuh cinta pada namja itu?

***

Seharusnya Sehun segera menemui Luhan setelah acara itu berakhir. Tapi, Kim Songsaenim menyuruhnya untuk menghadap membicarakan formulir tentang rencana pendidikan yang belum ia kumpulkan. Alhasil, Sehun hanya mengirim pesan pada Luhan untuk pulang lebih awal dan menyuruhnya untuk berhati-hati.

Sehun baru diperbolehkan pulang satu setengah jam kemudian, setelah menerima nasehat panjang lebar dari wali kelasnya itu. Langit tampak mendung saat Sehun berlari keluar gedung sekolah. Di tengah jalan, hujan keras turun tiba-tiba membuatnya harus berteduh di tempat terdekat. Sehun memberhentikan sebuah taksi dan berlari memasuki taksi tersebut. Dalam pikirannya, ia harus segera bertemu Luhan dan menjelaskan semuanya.

Luhan sudah memperkirakan Sehun akan basah kuyup saat hujan turun. Namja itu memang tidak pernah membawa payung. Luhan pun segera menghampiri Sehun yang baru saja memasuki apartemen dengan seragam sekolah yang basah.

“Mandilah. Aku sudah menyiapkan air hangat untukmu.” kata Luhan lalu kembali ke dapur. Sehun mengikutinya dari belakang, “Tapi,”

“Kita akan bicara setelah kau mandi dan mengganti pakaianmu.” kata Luhan lagi. Mau tak mau, Sehun menurutinya. Ia pun masuk ke kamarnya meninggalkan Luhan di dapur yang sibuk membuat cokelat panas.

Sehun telah selesai mandi dan berganti pakaian. Sehun memakai baju kaos abu-abu dengan celana denim pendek menghampiri Luhan yang sedang menuangkan cokelat panas ke dalam dua buah cangkir.

“Luhan, kau salah paham. Aku menemui Hyeri untuk memberinya peringatan karena dialah yang telah menyebarkan berita tentangmu di sekolah. Tapi, dia tiba-tiba menciumku. Aku juga terkejut.”

Luhan meletakkan poci di meja, lalu menatap namja yang sedang berbicara padanya itu. Sehun menatapnya, rambutnya masih basah dengan tetesan air yang jatuh satu persatu. Tampak jelas, Sehun sangat terburu-buru keluar kamar.

“Hyeri?” Luhan mengulang pendengarannya. “Mengapa dia melakukan itu?” Luhan mengambil handuk kering di dekat kursi. “Kemari, rambutmu masih basah.” ucapnya. Sehun mendekat dan Luhan segera mengeringkan rambut pemuda itu dengan handuk kecil. Sehun lebih tinggi darinya, membuatnya harus sedikit berjinjit untuk mencapai kepala Sehun.

“Dia hanya tidak suka melihat kita bersama. Tapi kau tidak perlu khawatir. Dia tidak akan mengulanginya lagi.”

“Ooh..” Luhan mengangguk mengerti. “Lalu bagaimana dengan... ciuman kalian? Apa kau menikmatinya?”

Sehun dikejutkan dengan pertanyaan Luhan. Mengapa Luhan menanyakan hal itu?

“Menikmati apanya? Aku bahkan menyesalinya. Kau tahu aku tidak suka padanya.” kata Sehun tanpa mengalihkan pandangannya dari Luhan yang masih sibuk mengeringkan rambutnya.

“Benarkah?” Luhan terdengar tak percaya.

Alis Sehun bertaut, “Jadi, jawaban apa yang kau inginkan, Luhan? Apa aku harus menjawab kalau aku menikmatinya? Itu bahkan bukan sebuah ciuman. Hanya menempelkan bibir secara sepihak.”

Luhan terdiam, membuat Sehun semakin larut dalam pikirannya.

“Kau cemburu?” tanya Sehun, “Apa kau masih menyukai yeoja itu?”

Gerakan Luhan terhenti. Ia mencoba memikirkan pertanyaan Sehun itu. Tidak. Luhan tidak menyukai Hyeri lagi. Ia bahkan sudah melupakan gadis itu. Luhan tidak cemburu pada Sehun karena Hyeri. Lebih tepatnya, Luhan cemburu pada Hyeri karena Sehun.

“Tidak. Aku sudah melupakan yeoja itu.”

“Benarkah?” kali ini suara Sehun terdengar tidak percaya.

“Itu benar. Sudahlah. Aku tidak mau membahas gadis itu lagi.”

“Kau marah?” tanya Sehun. Matanya memperhatikan Luhan.

“Tidak.” ujar Luhan pelan. Luhan masih sibuk mengeringkan rambut Sehun tanpa melihat namja itu. Sehun sedikit kecewa mendengarnya. Itu berarti Luhan sama sekali tidak menganggapnya sebagai kekasih.

Luhan tersenyum melihat Sehun sedikit menunduk, sedih. “Aku tidak marah. Hanya saja, aku tidak rela melihat bibir ini, disentuh orang lain.” Tangan Luhan turun ke bibir Sehun, membuat Sehun menatapnya terkejut. Luhan mengusap bibir Sehun lembut, seakan menghapus sesuatu dari sana, lalu mendaratkan sebuah kecupan manis tepat di bibir Sehun.

Sehun terpaku sejenak, mencerna kejadian barusan. Luhan tersenyum lalu kembali mengeringkan rambut Sehun. Sehun terdiam, matanya beradu pandang dengan kedua mata Luhan yang mencoba menghindari tatapannya.

“Jja. Ini sudah kering.” ucap Luhan sambil menurunkan handuk itu dari kepala Sehun. Sehun menahan tangan Luhan saat tangan itu berada di dekat lehernya. Luhan terdiam. Mata mereka saling bertatapan untuk beberapa detik sebelum akhirnya Luhan bisa merasakan Sehun mendekat ke wajahnya. Luhan mengerjapkan matanya, berada dalam mode loading.

“Bisa kau jelaskan apa maksud kalimatmu tadi?” tanya Sehun sambil menatap Luhan intens.

Luhan terdiam. Berada dalam jarak sedekat itu dengan Sehun ditambah tatapan tajam yang mempesona itu membuat otaknya blank dalam sekejap. Luhan terpaku di tempat dengan kelopak mata yang mengerjap imut.

Sehun tersenyum tipis, semakin mendekat, dan saat hidung mereka bersentuhan, Luhan bisa merasakan hembusan nafas Sehun menerpa wajahnya. Sehun memiringkan kepalanya, dan Luhan perlahan-lahan memejamkan kedua matanya. Saat itulah kedua bibir itu bertemu dalam sebuah ciuman yang dalam.

Luhan merasakan kakinya lemas hingga tak mampu menopang tubuhnya. Beruntung, Sehun segera menahan pinggangnya dan mendorongnya pelan ke tembok tanpa melepaskan ciuman mereka.

Kepala Sehun bergerak ke kanan dan kiri. Lidahnya dengan lihai masuk ke dalam rongga mulut Luhan dan mengabsen seluruh isinya. Lidahnya pun secara tak sengaja bertemu dengan lidah Luhan yang bergerak kaku. Namun, ia segera membelitnya hingga saling bertaut. Panas. Saat merasakan pasokan oksigen mereka telah menipis, barulah pertautan itu terlepas dan menyisakan saliva di sudut bibir Luhan.

Sehun masih menatap intens wajah cantik yang sedang mengatur nafasnya itu. Sungguh, Sehun tak pernah melihat pemandangan yang lebih indah dari ini. Rasa manis bibir Luhan dalam sekejap sudah menjadi candu baginya. Membuatnya tak tahan untuk merasakannya lagi. Ia pun kembali menyatukan bibir mereka dalam ciuman panas sambil menekan tengkuk Luhan dengan satu tangannya.

Sehun menjauhkan wajahnya beberapa menit kemudian, masih dengan jarak yang begitu dekat, jemari Sehun bergerak membuka kancing pakaian Luhan tanpa mengalihkan tatapannya pada kedua mata bening itu. Satu, dua, tiga kancing atas baju Luhan terlepas dan menampilkan dada putih mulusnya yang membangkitkan gairah Sehun dalam sekejap. Luhan hanya terdiam menatap Sehun dengan rona merah yang kentara di wajahnya. Sehun tersenyum tipis, mengusap lembut kedua sisi rahang bawah Luhan untuk mengurangi kegugupan namja yang lebih pendek itu.

Kemudian suara berat dari Sehun keluar dari bibir tipisnya, “Aku menginginkanmu, Luhan.”

Luhan mengerjap beberapa kali, mencerna kalimat yang dilontarkan Sehun. Sesungguhnya ciuman yang sangat memabukkan tadi membuat ia menyadari ada sisi tubuhnya yang menginginkan lebih dari itu. Maka dengan tatapan sayunya, Luhan mengangguk pelan, membuat wajah Sehun kembali mendekat kepadanya.

Bibir Sehun yang dingin dengan hembusan nafas yang panas itu kemudian menyentuh kulit leher Luhan, menjilat, dan menyesapnya sembari menggigit kecil hingga meninggalkan ruam merah yang kentara. Luhan mengatup bibirnya menahan suara yang entah mengapa berlomba ingin keluar.

“ngghh...”

Sentuhan bibir Sehun terlalu nikmat untuk Luhan terima sehingga di gigitan berikutnya suara itu lolos dari bibir mungilnya. Luhan mendesah, kepalanya bergerak ke atas dan memberikan ruang yang lebih luas pada Sehun untuk membuat tanda di lehernya.

-

-

-

Kulit yang bergesekan, cairan yang lengket dan suara kecipak yang sangat kentara memenuhi ruangan. Sehun masih memaju-mundurkan miliknya dengan tempo cepat. Membuat tubuh mereka tersentak-sentak dengan keras.

“Hun-hunnah..ah.. aku.. aku-hampir...”

“Wait for me, baby...”

“Hunnaaaah... Sa-sa....”

“Sarange, Luhan-ah...”

“Na-nado... sarange... Sehunnah...”

Klimaks menghampiri mereka di waktu yang hampir bersamaan. Tubuh Sehun jatuh di samping Luhan. Sungguh pengalaman yang luar biasa untuknya. Nafasnya berlomba keluar dan ia pun melirik namja di sampingnya yang juga sedang terengah-engah.

Sehun tersenyum, mengangkat kepalanya dan mencium kening Luhan. Luhan terkesiap dan menatap Sehun dalam diam. Beberapa detik kemudian, ia hanya tersenyum sambil menyembunyikan rona merah di pipinya.

Sehun menarik selimut mereka hingga menutupi tubuh keduanya sampai dada. Tangannya bergerak memeluk namja yang lebih kecil darinya itu dengan posesif. Memejamkan mata seraya mencium wangi sampo dari rambut selembut sutera Luhan yang entah mengapa terasa begitu menyenangkan.

Luhan menyamankan dirinya, tenggelam di dada bidang Sehun. Dan dengan cepat mengantarnya terlelap. Ia sangat lelah.

***

Sehun terbangun lebih dulu, tanpa pergerakan, matanya menatap sosok namja yang masih tertidur pulas di sampingnya. Sehun terdiam memperhatikan wajah cantik dengan bulu mata yang terlihat semakin lentik ketika kelopaknya tertutup itu. Sehun menyunggingkan senyum mengingat aktivitas mereka semalam. Sehun tak pernah menyangka hari itu akan tiba. Hari dimana ia dapat memiliki Luhan sepenuhnya dan tenggelam dalam kenikmatan dunia yang tak pernah ia dapatkan sebelumnya.

Sehun tersenyum lagi, bibir Luhan sedikit bengkak terbuka dengan nafas teratur menandakan ia masih larut dalam dunia mimpinya. Tanda kissmark yang terlihat sedikit membiru itu nampak jelas dari sebagian tubuh atas Luhan yang terekspos membuat Sehun semakin yakin bahwa hal itu memang nyata, bukan sekadar mimpi basah yang selama ini ia alami. Sehun bergerak mengecup puncak kepala Luhan sebelum akhirnya bangkit dari tempat tidurnya dengan gerakan yang teramat pelan, tak ingin membangunkan kekasihnya itu.

Luhan terbangun ketika silau matahari mengganggu ketenangan tidurnya. Setelah mendapatkan kesadaran sepenuhnya, Luhan mengernyit merasakan tubuh bagian bawahnya yang terasa sakit bukan main. Pikirannya pun melayang pada kejadian semalam, saat ia dan Sehun berada di bawah selimut yang sama dan berbagi kehangatan. Tak ayal wajahnya kembali merah seperti kepiting rebus. Oh, Sehun, dimana dia? Luhan tidak menemukan namja itu di sampingnya. Tapi ia justru bersyukur, karena bertemu Sehun hanya membuat wajahnya lebih merah hingga telinga karena malu. Luhan memilih bangkit, walau dengan susah payah, menuju kamar mandi untuk membersihkan tubuhnya yang lengket dan berbau sperma.

Luhan melihat punggung Sehun membelakanginya, sedang sibuk membuat sesuatu di dapur. Namun, Luhan bisa menebak Sehun sedang membuat pancake dari baunya. Luhan perlahan mendekat, ketika ia telah sampai tepat di belakang Sehun, Luhan melingkarkan tangannya memeluk pinggang namja itu.

Sehun terkesiap, “Luhan?”

“Jangan berbalik, Hunna.” Luhan mengeratkan pelukannya, “Biarkan seperti ini.”

Sehun heran, “Wae?”

“Aku malu.” ucap Luhan, tak ayal membuat Sehun tersenyum.

“Mengapa kau harus malu, Lu?” tanyanya. Tanpa melihatpun, Sehun bisa mengetahui jika wajah kekasihnya itu pasti sudah semerah tomat. Namun, ia tidak dapat menyembunyikan senyumnya melihat tingkah Luhan yang menggemaskan itu.

“Molla~” Luhan menghela nafas, mencoba menetralkan detak jantungnya yang terlalu cepat setiap berada di dekat Sehun.

Sehun mematikan kompor, lalu melepaskan tangan Luhan yang melingkar di pinggangnya dengan lembut seraya berbalik menghadap Luhan. Saat itulah Sehun tahu bahwa tebakannya benar, wajah Luhan memerah seperti tomat dan menunduk karena tak berani menatap Sehun.

“Luhan.” Panggil Sehun. “Apa kau menyesal?”

Luhan mendongak menatap Sehun cepat, “Tidak.”

“Lalu?” Sehun mengangkat tangannya mengelus kedua pipi Luhan. “Kenapa, Lu?”

Mata Luhan bergerak tak tentu, salah tingkah. Sentuhan Sehun di wajahnya terasa begitu hangat dan berhasil membuat wajahnya semakin merah padam.

“Aku- aku hanya merasa belum bisa membalas kebaikanmu, Sehunna. Aku- tidak memiliki apa-apa yang bisa kuberikan padamu. Aku-”

“Sssstttt....” Jari telunjuk Sehun terangkat dan berada tepat di depan bibir Luhan, seketika membungkam mulut namja itu. “Jangan memikirkan hal itu, Lu.” Sehun merengkuh Luhan dalam pelukannya, memeluknya hangat seraya mengelus pundak Luhan lembut. “Kehadiranmu sudah menjadi anugerah terbesar dalam hidupku, Luhan. Asalkan kau berada di sampingku, aku tidak menginginkan apapun lagi.”

Luhan tersenyum mendengarnya. Perasaannya menghangat dan ia pun melingkarkan tangannya memeluk Sehun erat. “Arasso... Kalau begitu, aku akan terus berada di sampingmu, Hunnah. Aku tidak akan pernah meninggalkanmu.”

Sehun tersenyum, “Gumawo, Luhan-ah. Aku mencintaimu.”

“Aku juga mencintaimu, Sehunna.”

Mereka larut dalam perasaan bahagia. Mengabaikan sepasang orang tua yang melihat pemandangan itu dengan wajah terkejut mereka. Tak lama kemudian, pria paruh baya itu memanggil Sehun dengan suara yang menggelegar karena amarah.

“SEHUN!!!”

Pelukan Sehun dan Luhan terlepas karena terkejut. Sehun mengarahkan pandangannya ke sumber suara dan matanya melebar melihat kedua orang yang familiar itu.

“Ayah...Ibu...”



-tbc-

No comments:

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...