Tuesday 9 June 2015

[Hunhan Fanfiction] Pretty Boy (Chapter 4)

Hunhan Fanfiction, Sehun & Luhan as main cast
BL, yaoi, rated T for now
I just own the story
Don't like, don't read
Happy reading~~


-Chapter 4-

Hyeri menghembuskan nafas gugup saat perhatian penonton berpusat padanya, menunggu. Hyeri memandang sekeliling, lalu memusatkan pada satu orang yang duduk di sebelah barat. Seorang namja dengan rahang tegas, hidung mancung, bibir tipis dan mata elang yang menatapnya tajam.

“Untuk pangeranku, Oh Sehun.”

.....

“Cie................”

“Siut............suit................”

Penonton riuh bukan main. Beberapa bahkan berdiri dari tempatnya karena begitu bersemangat.

“Terima! Terima! Terima!” Chen, Jongin, Chanyeol, Kris, dan Jummyeon bersorak memprovokasi, berharap akan ada satu pasangan yang jadian malam ini.

Sehun hanya terdiam. Sedikit melirik ke kanan dan mendapati tangan Luhan yang mengepal kuat di atas lututnya. Luhan tak menatap Sehun. Tapi Sehun tahu kedua bola mata favoritnya itu sedang menampakkan kekecewaan.

Sehun berdiri, penonton terdiam dalam sekejap, menunggu jawaban pemuda tinggi itu.

“Maaf. Aku tidak bisa.”

Sehun memilih pergi meninggalkan tempat setelah mengucapkan kalimat itu. Hyeri menunduk dalam, mencoba menahan air mata yang siap berlomba keluar. Lalu berjalan pelan kembali ke tempatnya. Suasana menjadi canggung sejenak sampai Chen mengambil alih perhatian dengan menceritakan sebuah lelucon.

***

Luhan tak bisa tidur, ia memutuskan pergi keluar mencari Sehun yang tidak ditemuinya sejak tadi. Perkemahan sudah sepi karena banyak dari mereka yang telah berada di dalam tenda. Luhan mendekati satu per satu tenda laki-laki, menanyakan keberadaan Sehun. Namun, tak satupun orang yang tahu dimana pemuda itu berada. Sedangkan Jummyeon hanya menyuruhnya kembali ke tenda karena yakin Sehun baik-baik saja dan akan kembali nanti.

Sampai di tempat api unggun tadi, mata Luhan melebar melihat orang yang dicarinya ternyata berada di sana.

“Astaga, Sehunna. Kau dari mana saja? Aku mencarimu.” kata Luhan yang ditanggapi sedikit keterkejutan dari Sehun. Luhan duduk di samping Sehun dan menatap namja itu.

“Kau mencariku?” kata Sehun tanpa mengalihkan pandangannya dari api unggun di depannya. Luhan mengangguk kecil. “Ya. Kau dari mana?”

“... Menenangkan diri. Apa kau tidak marah padaku?” tanya Sehun.

Kening Luhan berkerut, “Marah? Untuk apa aku marah padamu?”

“Kau tahu, Hyeri...” Sehun tak melanjutkan kalimatnya melihat Luhan.

“Apa karena aku, kau menolaknya?” tanya Luhan balik.

“Hah?”

“Kau menolaknya karena tahu aku menyukainya?” tanya Luhan lagi.

Sehun terdiam tak menjawab, kembali mengalihkan pandangannya pada api unggun. Luhan menghela nafas panjang.

“Kau tahu, Sehunna. Kau tidak perlu melakukan itu. Kau bisa menerimanya kalau kau mau, aku tidak apa-apa.”

Sehun menoleh tiba-tiba, “Aku

“Aku tidak apa-apa, sungguh. Walaupun memang menyakitkan mengetahui kenyataan bahwa orang yang dia suka adalah kau, bukan aku. Tapi, aku masih bisa menerima itu. Jadi...

“Aku tidak menyukainya!” Sehun memotong, “Aku sama sekali tidak mempunyai perasaan apapun padanya!”

Luhan terkesiap. Sedikit terkejut dengan nada tinggi yang tiba-tiba dilayangkan Sehun itu. Sehun tersadar, “Maaf.” ucapnya menyesal.

“Tidak. Aku yang salah karena seenaknya menyimpulkan. Mian, Sehunna.” Luhan berdiri dari tempatnya. “Ayo kembali ke tenda, sudah larut malam. Kau bisa masuk angin.” ajak Luhan. Sehun mengangguk setuju. Mereka pun kembali ke tenda. Baekhyun dan Chanyeol sudah tertidur lelap dalam sleeping bag mereka.

“Selamat malam, Sehun.”

“Malam, Luhan.”

Kali pertama Sehun dan Luhan menghabiskan malam bersama. Luhan terlelap begitu cepat sedangkan Sehun masih terjaga. Sehun memilih memandangi wajah pulas orang yang disukainya itu, sambil mengabadikannya lewat kamera ponsel secara diam-diam. Bertambah lagi satu koleksinya. Sehun tersenyum senang.

***

Sehun tak pernah lebih bahagia dari hari ini di pagi hari. Begitu membuka mata, wajahnya langsung dihadapkan pada wajah cantik Luhan yang membuatnya jatuh berkali-kali dalam pesona si pria cantik. Waktu seakan berhenti berputar dan dalam dunia Oh Sehun hanya ada Luhan yang masih tertidur pulas seperti anak kecil. Bulu matanya yang lentik, bibir yang terbuka dengan nafas yang teratur membuatnya kehilangan kontrol dan mengecup bibir ranum itu. Tetapi tidak Sehun lakukan karena suara deheman menyadarkannya. Ada Baekhyun di sana yang melihatnya dengan smirk di bibirnya. Sehun tiba-tiba bangkit dari tidurnya, “Pagi, Baek.” Sapanya salah tingkah.

Baekhyun tersenyum, “Yang lain sudah menunggu kita untuk sarapan. Sebaiknya kau segera bergegas dan jangan lupa bangunkan sleeping beauty itu.” Baekhyun menunjuk Luhan, “Bangunkan dia dengan ciuman.” Baekhyun terkekeh meninggalkan Sehun yang wajahnya sudah memerah luar biasa. Shit! Jika rahasiamu diketahui oleh orang yang memiliki mulut paling ember seperti Baekhyun, itu adalah bencana. Bisa-bisa rahasiamu menjadi informasi umum seantero sekolah. Sehun bertekad akan berbicara serius dengan Baekhyun, membungkam pemuda bereyeliner itu.

“Luhan..” Sehun menggerak-gerakan bahu Luhan, membangunkan pemuda yang lebih pendek itu. Untungnya, Luhan bukan orang yang sulit dibangunkan. Matanya segera terbuka dan menyipit membiasakan cahaya memasuki retinanya. “Pagi, Sehunna.” Luhan bangkit dari tidurnya lalu merenggangkan otot-ototnya. Sehun hanya tersenyum sambil mengajak Luhan untuk sarapan.

“Oya, bus akan datang nanti sore. Jadi, kalian masih punya banyak waktu untuk melakukan hal lain sampai bus datang.” beritahu Jummyeon saat semua anggota OSIS sudah berkumpul untuk sarapan.

“Kalau begitu aku ingin tidur lagi.” Kata Tao, yang memang dikenal hobi tidur itu. “Aku juga.” Sambung Kris.

“Lebih baik kita pergi mendaki saja. Ada yang mau ikut denganku?” tanya Kyungsoo. Beberapa orang mengangkat tangan bersemangat. “Aku ikut.” kata Luhan. “Aku juga. Aku penasaran dengan pemandangan dari puncak gunung.” kata Baekhyun.

“Benar.” Luhan menyeruput teh hangatnya setuju.

“Bagaimana denganmu, Sehun? Kau ikut?” tanya Baekhyun dengan kedipan jailnya. “Kalau kau ikut, kau akan punya lebih banyak waktu bersama...

“Ya! Aku ikut.” Sehun segera memotong kalimat Baekhyun. Menghadiahi pria bereyeliner itu dengan deathglare-nya. Baekhyun hanya tersenyum jail. Namun, respon berlebihan Sehun membuat semua orang yang berada di sana bertanya-tanya. Sepertinya ada yang disembunyikan dari kedua orang berbeda tinggi itu.

“Bersama siapa, Baek?” tanya Chanyeol penasaran. Semua orang pun langsung menatap Baekhyun meminta jawaban. Termasuk yeoja-yeoja yang penasaran dengan siapa Sehun ingin menghabiskan waktunya.

Suasana itu membuat Sehun menelan ludah gugup. Ini gawat. Apalagi Luhan ikut menatap Baekhyun penasaran dan Baekhyun tersenyum licik penuh kemenangan. Awas saja, kau, Baek. Gerutu Sehun dalam hati.

Baekhyun berdehem, “Tentu saja bersama kita semua!” serunya semangat. Sementara yang lain hanya memutar bola matanya, malas. Jawaban Baekhyun benar-benar di luar harapan.

“Okey. Terserah kalian mau apa. Yang penting, usahakan pergi berkelompok dan kembali sebelum pukul 5 sore. Mengerti?”

“Ya. Mengerti.”

Mereka pun bubar. Meninggalkan bekas piring dan gelas untuk dicuci para yeoja. Seperti rencana, Minseok, Chen, Tao dan Kris kembali ke tenda untuk tidur. Kyungsoo, Jongin, Luhan, Baekhyun, Chanyeol, dan Sehun bersiap-siap untuk mendaki. Sementara Jummyeon dan Yixing tetap berada di area perkemahan untuk berjaga-jaga.

Jam tangan Sehun baru menunjukkan pukul 8 pagi saat rombongannya mulai mendaki. Berbekal tas ransel dengan beberapa makanan, kompas, dan ponsel, mereka berangkat. Baekhyun dan Chanyeol memimpin di depan lalu diikuti oleh Kyungsoo, Jongin, Luhan, dan Sehun.

“Tunggu, kita selfie dulu.” Baekhyun mengangkat tongsisnya. Tersenyum menghadap kamera diikuti oleh Chanyeol dengan dua jari V di dekat mata, Kyungsoo dengan senyum dewasa, Jongin dengan senyum mautnya, Luhan dengan jari membentuk huruf V, dan Sehun dengan poker facenya di belakang. Click!

“Jangan lupa mencucinya nanti.” kata Jongin.

“Beres!”

Mereka pun melanjutkan perjalanan. Menapaki satu per satu bebatuan yang telah di atur sedemikian rupa untuk memudahkan para pendaki. Hingga sampai di tengah perjalanan, mereka memutuskan untuk beristirahat. Meminum air putih dan memakan roti sebagai pengganjal perut. Baekhyun dan Chanyeol duduk di atas bebatuan. Sementara Luhan, Kyungsoo, Jongin, dan Sehun berkumpul duduk di atas daun-daun kering.

“Hei, tidakkah kalian pikir mereka tampak terlalu akrab?” Jongin membuka suara sambil memperhatikan Baekhyun dan Chanyeol yang sedang suap-suapan. Kyungsoo mengangguk, “Benar, seperti sepasang kekasih.”

“Mungkin mereka memang sudah pacaran. Uh, aku jadi iri. Kyungsoo-ya kapan kau akan menerimaku?” tanya Jongin sambil menatap Kyungsoo. Kyungsoo membulatkan mata owl-nya lalu memukul kepala Jongin pelan. “Bodoh.” Ucapnya dengan wajah memerah karena malu.

Luhan terkejut mendengarnya, “Jadi, kau dan Jongin...”

Kyungsoo menggeleng keras, “Tidak. Mana mungkin.” sangkalnya.

“Mungkin saja.” Jongin tersenyum, “Aku yakin akan mendapatkan pororo ini!”

Pletak!!! Kyungsoo kembali memukul kepala Jongin dengan botol plastik. “Aww... Kyungsoo-ya kau ini. Kalau aku jadi bodoh bagaimana? Kau mau bertanggungjawab?”

“Biar saja. Kau memang sudah bodoh dari sananya.” Kata Kyungsoo cuek.

Luhan tertawa melihat kedua orang itu. “Kalian akan jadi pasangan yang lucu.” Luhan meminum air putihnya. “Tunggu dulu. Jadi, hanya aku dan Sehun yang tidak punya pasangan di sini?” sadarnya sambil melihat Sehun. Sehun hanya terdiam sambil memakan rotinya tenang.

“Curang.” Luhan mengerucutkan bibirnya kesal. “Seandainya aku tahu kalau acara ini hanya untuk sepasang kekasih, lebih baik aku tidur di tenda.”

“Kau berpasangan dengan Sehun saja.” Tiba-tiba Baekhyun dan Chanyeol sudah menghampiri mereka. Sehun tersedak mendengar kalimat yang dilontarkan Baekhyun itu, segera meminum air putihnya cepat.

“Kau ini bicara apa, Baek? Lihat, Sehun sampai tersedak begitu. Sehunna, gwenchana?” tanya Luhan. Sehun mengangguk pelan sambil menatap Baekhyun dengan deathglare-nya. Baekhyun hanya tersenyum melihatnya.

Mereka pun melanjutkan pendakian. Setelah beberapa langkah, Sehun yang melihat Baekhyun tertinggal di belakang tidak menyia-nyiakan hal itu. Sehun segera menarik Baekhyun menjauh dari kelompok.

“Yak! Kenapa kau menarikku?!” protes Baekhyun.

“Salah sendiri. Kenapa kau terus memojokkanku, hah? Kau tahu betapa besar keinginanku menjahit mulutmu sekarang?”

“Wow... Santai, bro! Aku hanya bercanda. Lagipula aku tidak benar-benar mengatakan kalau kau menyukai Luhan. Bukan?”

“Yak! Pelankan suaramu!”

“Kau tenang saja, Sehunna. Aku tidak akan membocorkannya. Walaupun mulutku sudah sangat gatal untuk mengatakannya. Tapi aku masih menghargaimu sebagai teman. Jadi, aku hanya akan menunggu sampai kau mengatakannya sendiri. Okey?”

“Oke. Aku percaya padamu.”

“Sebaiknya kita kembali ke rombongan sebelum mereka curiga.”

Sehun mengangguk lalu mengikuti Baekhyun kembali mendaki. “Oh ya. Kalau bisa jangan terlalu lama mengatakannya. Luhan akan senang mengetahui ada orang yang menyukainya. Walaupun aku tidak bisa menjamin Luhan akan menerimamu.” ujar Baekhyun. Sehun hanya terdiam mendengarnya.

“Luhan!!!” suara teriak Kyungsoo mengejutkan Sehun dan Baekhyun. Mereka segera berlari menghampiri yang lain. Mendapati wajah panik Kyungsoo, Chanyeol, dan Jongin yang berkerumun di pinggir jurang. Sehun mengarahkan pandangannya ke bawah dan terkejut melihat Luhan berpegangan pada bebatuan di jurang.

“Luhan!” Sehun berlutut dan mengulurkan tangannya. “Pegang tanganku.”

Luhan melihatnya, lalu mencoba menggapai tangan Sehun. Sehun semakin merendahkan tubuhnya. Baekhyun, Chanyeol, Kyungsoo, dan Jongin menahannya di belakang agar Sehun tidak ikut jatuh. Grep! Luhan berhasil menggapai tangan Sehun. 
 
“Pegang yang erat. Aku akan menarikmu. Bersama, satu, dua, tiga!” Sehun menarik tangan Luhan ke atas, dibantu keempat temannya yang lain. Namun, tiba-tiba pegangan Luhan di tangan Sehun melemah. Membuat Sehun terkejut dan menatap Luhan dalam. Luhan terdiam, kedua mata yang biasanya berbinar itu meredup gelap. Mereka hanya bertatapan dalam diam. Namun, Sehun tahu arti dari cara Luhan menatapnya. Tatapan yang syarat akan kesedihan dan penyesalan. Hingga sampai di satu titik dimana Sehun tahu Luhan akan menyerah. Luhan ingin membiarkan tubuhnya jatuh ke jurang dan remuk tak berbentuk lagi. Namun, Sehun tentu tidak akan membiarkan hal itu.

Sehun memegang erat tangan Luhan dan menarik tubuh kecil itu sekuat tenaganya. Tanpa peduli bahwa orang yang ingin ditolongnya itu tak berusaha membantu dirinya sendiri. Usaha Sehun beserta keempat temannya itu akhirnya membuahkan hasil. Luhan berhasil diselamatkan.

“Kau baik-baik saja, Luhan? Ada yang sakit?” Kyungsoo segera memeriksa kondisi Luhan. Luhan tersenyum tipis, “Aku baik-baik saja.” ucapnya dengan keringat dingin yang masih mengalir dari pelipisnya. “Terima kasih.”

“Syukurlah.” ucap keempat temannya yang lain lega.

“Luhan hampir jatuh ke jurang. Apa yang kalian lakukan? Kenapa kalian bisa seceroboh itu?! Bagaimana kalau Luhan tidak bisa diselamatkan?! Apa kalian bisa bertanggungjawab?!” tanya Sehun dengan amarah yang menggebu-gebu. Nafasnya masih terengah-engah dengan baju setengah basah oleh keringat. Kelima orang yang berada di sana terkejut melihat orang yang biasanya tenang itu marah seperti saat ini.

“Maafkan kami, Sehunna. Kami memang terlalu ceroboh.” Kata Kyungsoo. Luhan menggeleng tidak setuju melihat raut penyesalan keempat temannya itu.

“Tidak, kalian tidak perlu minta maaf, ini salahku yang tidak hati-hati.” kata Luhan.

“Maaf? Itu tidak cukup! Kalian sudah lalai menjaga Luhan. Terutama kau, Kyungsoo. Kau yang berada paling dekat dengan Luhan!”

“Yak! Kenapa kau malah menyalahkan Kyungsoo?!” Jongin tidak terima.

“Benar! Itu kecelakaan, Sehun! Kau pikir kami berencana ingin menjatuhkan Luhan ke jurang, begitu?!” Chanyeol mulai tersulut emosinya. “Hei, tenanglah.” Baekhyun mengelus pundak kekasihnya itu.

“Aku tidak tahu. Tapi selalu ada kemungkinan di dunia ini.” Sehun menatap sinis keempat temannya itu.

“Yak! Kau!!!” Emosi Jongin meledak. Ia segera menarik baju Sehun dan bersiap melayangkan tinjunya.

“Cukup, Sehun!!!” Luhan segera bangkit dari duduknya. “Tenanglah, Jongin. Aku minta maaf. Semua salahku.”

Jongin melepaskan cengkramannya di baju Sehun. Lalu menghela nafas. Kyungsoo yang sedari tadi terdiam pun menarik Jongin menjauh. Hal yang sama dilakukan Baekhyun dan Chanyeol.

“Maafkan aku.” Ucap Luhan lagi sebelum keempat temannya itu menjauh, menuruni gunung. Luhan kemudian beralih menatap Sehun. “Aku yang salah, Sehunna. Jangan lampiaskan kekesalanmu pada mereka. Mereka tidak tahu apa-apa.”

“....”

“Terima kasih sudah menolongku. Aku sangat berterima kasih.” Luhan tersenyum tipis. “Ayo kita kembali ke perkemahan.” Luhan berbalik. Namun, langkahnya terhenti saat Sehun menahan lengannya. Luhan menatap kedua mata elang Sehun bertanya.

Sehun terdiam sejenak. Lalu menghela nafas panjang, “Kenapa kau melakukannya?”

Kening Luhan bertaut, “Hah?”

“Kenapa... kau ingin bunuh diri?”

“....”

“....”

“....”

-tbc-

No comments:

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...